"Mas, kumohon jangan lakukan ini, Mas," lirihku sesenggukan.
"Biar saja, Mbak. Jika kemaatianku bisa membuat semua orang percaya kalau aku tidak bersalah, itu bukan masalah. Aku yakin itu tidak sakit," sahut Farida penuh percaya diri, karena dia yakin kalau Habib tidak akan berani menembaknya.
"Seseorang memang bisa melawan rasa sakit, tapi tidak dengan rasa takut," ucap Habib tersenyum licik.
Suasana yang tadinya penuh tangis kini berubah jadi tegang. Bunda terus menyebut nama Farida bercampur isak tangis yang tak tertahan. Dia juga berusaha untuk menghampiri putrinya, tapi bang Fahri dan mbak Anisa berusaha menahan bunda agar tidak mendekati Farida yang di acungi pistol.
Aku berusaha menyuruh Habib untuk menurunkan pistol itu dari kepala Farida, tapi abi bilang jangan ikut campur. Beginilah cara Habib menyelesaikan masalahnya.
"Tapi, Bi. Habib bisa melukai adikku," rintih ku sesenggukan pada ayah mertuaku.