Aku menatap seisi kamar yang kini kugunakan untuk tidur di rumah abangku. Kamarnya sederhana, tidak ada hiasan apapun selain jam dinding dan chat yang dibuat garis-garis vertikal dengan cat dinding warna pink dan putih.
Rasanya tubuhku sakit semua, seharian membantu persiapan untuk acara arisan, dan sekarang masih harus merapikan ruang tengah setelah arisan tadi. Aku bahkan baru selesai sholat isya, dan pekerjaan masih belum selesai.
Oh, iya. Aku juga berencana untuk mengajak Azka jalan-jalan keliling komplek besok dengan menggunakan motor matic merah milikku yang masih terparkir di garasi rumah ini. Itu sepeda motor lamaku ketika masih kuliah dan menginap di rumah bang Fahri. Kurasa masih bisa digunakan dengan baik.
"El, bisa tolong Mbak sebentar?" Terdengar suara mbak Anisa dari balik pintu yang tertutup.
"Iya, Mbak. Minta tolong apa?" tanyaku lagi setelah membuka pintu kamar.