Saat aku mengatakan aku sudah tidak peduli lagi dengan perintah, ijin atau larangan Habib, tentu saja itu semua bukan berarti aku ingin menjadi istri pembangkang. Semua itu bukan hal yang serius, karena pastinya aku tidak mau menjadi istri durhaka.
Mbak Anisa yang mendengar ceritaku hari ini hanya bisa memberikan ketegaran lewat usapan di punggung. Dia mengerti akan kondisiku, katanya aku hanya perlu ruang dan waktu untuk memulihkan kondisi hati dan membiasakan diri dengan kehadiran Aisyah.
Terkadang aku berpikir, bagaimana istri-istri diluaran sana bisa menerima madu dari suaminya dengan mudah? Sedangkan aku? Menerima kehadiran Aisyah sama sekali tak semudah itu. Rasanya, setiap kali melihat interaksi Habib dan istri keduanya, membuatku semakin tersiksa sepanjang waktu.
