Chereads / Married with Mr. Gay / Chapter 1 - CLUB MALAM

Married with Mr. Gay

🇮🇩Ikka_T_Setyawaty29
  • 1
    Completed
  • --
    NOT RATINGS
  • 4k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - CLUB MALAM

Di sebuah club malam yang sangat terkenal di kota ini, terdapat seorang pria tampan yang sangat terkenal di kota ini. Richard pria yang di juluki Mr. Gay ini hampir setiap malam mengunjungi club malam. Ia bersama teman-temannya bersenang-senang minum dan bermain dengan lawan jenis.

"Hei … Richard, apa kabar, Bro?" tanya seorang pria yang sudah berasa di club malam itu.

"Seperti yang lu liat baik," jawab Richard yang lalu memeluk sosok pria yang tadi menyapanya itu.

"Masih normal 'kan, Bro?"

"Normal, dong!"

"Gua pikir udah berubah ha …," tawanya membuat semua teman Richard menertawakannya.

Richard yang mulai terpancing emosi pun membanting botol wine di hadapannya, "Maksud kalian apa?!"

"Santai, Bro. Excel cuma becanda doang, kok!" ucap salah satu temannya yang menenangkan Richard.

"Sorry, Bro. Gua becanda tadi, kita semua di sini sama kok. Gay," ucap Excel pria yang tadi menertawakam Richard.

"Udah … gak usah di bahas lagi. Sekarang kita have fun aja, oke!" sahut Zhein yang lalu menawarkan minuman pada Richard.

Richard meminum wine di meja yang berbeda dengan Excel. Saat ini dirinya sedang sensitif, Zhein menemaninya minum di meja itu. Dia menuangkan wine pada gelas Richard, "Ini wine-nya, Ric."

"Thank's, Zhein." Richard menerima gelas yang berisi wine yang baru saja diberikan oleh Zhein.

"Lu jangan pikirin omongan Excel, dia itu lagi kesel aja sama lu. Setelah dia denger kabar lu di suruh nikah. Dia jadi gitu, dia gak mau kalo lu nikah sama cewe," jelas Zhein.

Richard menatap ke arah Excel yang tengah bersenang-senang bersama teman-teman yang lainnya. Dia bahkan sedang menikmati rutinitas malamnya bersama sekumpulan para pria gay komunitasnya. Richard pun tersenyum sinis, "Gila dia!"

"What? Lu bilang Excel gila?"

"Ya, gua bilang dia gila! Kalo gua gak nikah sama cewe, gua bakal dicoret dari daftar keluarga!"

Zhein tersedak saat ia mendengar Richard mengatakan hal itu, "Lu serius? Apa bokap lu udah tau kalo lu … gay?"

"Yess, semua keluarga udah tau. Dan mereka nyuruh gua buat nikah sama cewe. Bahkan gak cuma itu, tapi mereka juga minta cucu dari gua."

"What?! Cucu? Children?"

"Yess, children! Mereka minta cucu dari gua! Dan … mereka ngasih gua waktu satu tahun untuk itu."

"Wait … maksud lu? Satu tahun buat lu ngasih mereka cucu?"

"Yaps dan yang lebih parahnya lagi. Mereka lagi nyiapin calon istri buat gua."

Zhein memegang kepalanya entah ia akan memberikan solusi apa pada Richard. Tangan Zhein pun meneglus lembut bahu Richard, "This is crazy! Lu mau dijodohin sama cewe."

"Ini emang bener-bener gila, tapi gua masih punya satu minggu buat gua nyari istri sendiri."

"Jadi, lu bisa milih istri sendiri. Ya, udah mending lu cari istri sendiri aja. Istri kontrak? Istri bayaran? Istri bohongan," jawab Zhein yang memberikan ide pada Richard.

Richard menyerkitkan dahinya mencerna ucapan Zhein. Tadinya ia belum memikirkan hal itu karena Richard sudah kesal dengan keputusan ayahnya itu. Saran dan ide Zhein ini bisa menjadi jalan solusi permasalahannya. Richard pun sejalan dengan pemikirian Zhein, ia akan mencari seorang wanita yang mau menikah dengannya dengan imbalan.

'Apa yang di saranin Zhein, ada benernya juga … daripada gua nikah sama cewe yang gak gua suka dan gak gua kenal. Mending gua cari istri bayaran aja, kalo itu istri bohongan dia gak bakal bisa nuntut gua. Hubungan pernikahan ini Cuma sebates di depan umum, selebihnya dia cuma bawahan gua yang gua gaji.' Batin Richard.

"Gua setuju sama ide lu, tapi nyari cewe yang mau jadi istri bayaran di mana?"

"Kalo soal itu, lu tenang aja. Di club ini pasti banyak yang mau. Kita turun ke bawah cari cewe yang mau."

"Kita turun ke club bawah, ke tempat cewe-cewe murahan."

"Ya … karena cuma di sana kita bisa dapet cewe yang mau jadi istri bayaran."

"Gua gak suka ketemu sama cewe-cewe kaya mereka!"

"Rich … demi lu tetep jadi bagian keluarga Smith! Ayolah, come on … Baby!"

"Oke, gua mau demi lu." Richard pun bangkit dari kursinya lalu mencium pipi Zhein.

Zhein pun tersenyum memandang Richard dan menciumnya. Mereka seakan tidak risih dengan hal itu, bahkan mereka hampir melakukannya setiap kali bertemu. Zhein merangkul bahu kekar Richard, "Let's go, Baby!"

***

Di lantai bawah mereka memasuki club bebas, di mana para pria dan wanita bisa bebas masuk. Berbeda di club yang telah di sewa Richard di sana khusus untuk para pria gay yang termasuk dalam anggota komunitas gay-nya. Richard dan Zhein memang tidak biasa dengan wanita, bisa dikatakan mereka sama sekali tidak menyukai wanita apalagi saat wanita itu merayu.

"Zhein … udah gua bilang, gua gak suka di sini ketemu sama mereka-mereka."

"Sebenernya gua juga gak suka sih, tapi mau gimana lagi. Udah nanggung, ayo!"

"Gak-gak! Gua gak mau, gua mau balik aja!" Richard pun membuat balik tubuhnya dan menabrak seorang wanita. Seorang wanita yang tengah mabuk berat itu pun memaki Richard dengan kata-kata kasar. Hal itu memancing emosi Zhein yang tidak suka dengan perilaku wanita itu.

"Jaga ucapan lu, ya! Lu gak tahu siapa yang lu maki!" ucap Zhein dengan nada kesar dan nafas yang memburu.

"Gua emang gak tau dan gua juga gak mau tau!" ucap wanita itu lalu pergi meninggalkan Zhein dan Richard dengan jalan sempoyongan.

"Gila itu cewe!" umpat Richard.

"Cewe emang gitu! Mending cowo mereka lebih ngerti kita."

Salah satu wanita seksi di ujung memperhatikan Richard dan Zhein. Ia merasa asing dengan mereka karena itu ia pun menghampiri mereka. Wanita seksi itu menyapa mereka dengan rayuan manja membuat mereka sangat muak. Namun, mereka menutupinya, wanita itu mengajak berkenalan dan ia pun memperkenalkan dirinya.

"Hai …," sapa wanita itu dengan manja.

"Hai juga," jawab Zhein.

"Baru pertama ke sini, ya? Baru pertama liat soalnya."

"Iya, kita baru ke sini. Kamu udah sering ke sini, ya?"

Wanita itu pun menyentuh dada bidang Zhein dengan jari-jemarinya dan memainkan jarinya di sana, "Iya, dong. Tiap malem aku di sini, hm … boleh kenalan?"

'Gua pengen banget dorong nih cewe, tapi gak mungkin gua ngelakuin itu di sini.' Batin Richard.

'Sumpah jijih banget sih, ngapain juga cewe ini ngerayu-rayu gua!' Batin Zhein.

"Gimana? Boleh kenalan gak? Gua … Vanessa," ucap wanita seksi itu yang bernama Vanessa.

"Oh … Vanessa, salam kenal, ya. Gua Zhein."

"Zhein, hm … nama yang bagus. Cocok sesuai sama orangnya," rayu Vanessa.

"Biasa aja lah."

"Serius, hm … kalo yang ini namnya siapa?" tanya Vanessa pada Richard yang sedari tadi memilih diam.

Vanessa pun menggibaskan rambutnya ke belakang memperlihatkan belahan dadanya yang terlihat. Pakaiannya yang terbuka membuat belahan dada yang terlihat sangat jelas.

"Emang penting, ya?" jawab Richard ketus.

"Ya, gua kan mau tau juga namanya. Emang gak boleh?"

'Richard pasti udah muak banget sama nih cewe. Lebih baik gua singkirin aja nih cewe dulu.' Batin Zhein.

"Hm … Vanessa," panggil Zhein membuat Vanessa mengalihkan pandangannya dari Richard menuju Zhein?"

"Iya, Zhein. Kenapa?"

"Kita ke sebelah sana, yuk!" Zhein menunjuk sudut club.

"Oh … ayok!" jawab Vanessa yang lalu menarik tangan Zhein dan merangkulkannya di pinggang.

'Di liat-liat nih cowo oke juga. Kayanya main sama dia enak. Hm … gua jadi pengen nyoba. Pasti juniornya gede. Ha ....' Batin Vanessa yang tertarik dengan Zhein.

Vanessa mengigit bibir bawahnya, "Lu tertarik gak sama gua? Kita main yuk malam ini? Gua janji deh bakal puasin lu malam ini."

'Gila nih cewe baru kenal ngajakin tidur bareng!' Batin Zhein.

"Mau 'kan kita olahraga malem?" tanya Vanessa lagi tepat di telinga Zhein.

***

Thank's For Reading..

Kira-kira Vanessa bakal tidur bareng gak nih sama Zhein?

Miss Queen, tunggu komentar kalian ya di kolom review ya..

See you, duu duu...