Chereads / Sepenggal kisah / Chapter 28 - DNA

Chapter 28 - DNA

***

Di kantor sangat riuh mereka sangat sibuk ditambah lagi suara dari Celoteh beberapa karyawan yang berbicara sambil bekerja

Silla tidak demikian, dia terlihat sangat serius bekerja dia harus segera mengerjakan pekerjaan karena sudah dua hari Rama tidak masuk bekerja jadi pekerjaannya selama 2 hari itu begitu banyak bahkan terlihat bertumpuk.

"Sil, eloh tahu gak bos kita ke mana?" tanya sewot Bian bagian akuntan

"Gue nggak tahu,sepertinya Rama, maksudnya pak Rama mungkin ada urusan keluarga karena sudah dua hari ini dia tidak masuk bekerja" ucap menebak-nebak

Sementara Rama memang datang agak kesiangan karena semalam dia dari dalam perjalanannya Pulang Pergi di hari yang sama dia masih merasa jika tubuhnya menjadi pegal—pegal.

Rama sudah ada di jalan namun dia terkena macet sehingga dia datang ke kantor menjadi siang.

Terlihat dia melirik jam yang melingkar di tangannya itu sudah menunjukkan pukul jam 10:15. Namun dia tetap saja menelusuri jalanan karena dia ingin masuk kerja hari ini juga lagipula dia tidak bekerja selama 2 hari karena sebuah misi atas rasa penasarannya tentang anak dari wanita yang sangat ia cintai itu.

Anak laki-laki itu seakan menjadi potret gambar dirinya saat dia masih kecil dulu yang sama dengannya.

Apalagi dengan sorot matanya seperti dirinya bahkan alis yang tebal Judeo seakan mewarisi alisnya karena dia telah melihat bagaimana wajah Nalon tidak sama sepertinya.

Tapi dia tidak boleh yakin dulu karena dia belum melakukan tes DNA terlebih dahulu.Jika sudah mungkin baru dia akan mengambil alih anak itu karena sejatinya anak itu harus tinggal bersama Ayah biologisnya dia tidak ingin terlalu egois menyikapi semua hal itu.

Hanya saja di hatinya dia masih merasa yakin bahwa dulu terjadinya inseminasi itu adalah benihnya hanya saja karena pengaruh waktu sehingga ia tidak bisa memastikan semua itu apalagi Indra telah terdepak dari rumah sakitbtempat Indra menjajakan dirinya sebagai dokter.

Terlihat kantor masih sangat sibuk karena mereka masih bekerja walau jam kantor sudah menunjukkan pukul Dua belasan.

Tak ada satupun orang dikantor itu yang berkutik dari tempat duduknya masing —masing.

"Sil, kita makan yuk!"Ajak Bian yang merasa sudah sangat lapar.

"Tapi kerjaan aku masih banyak banget nih"keluh Silla yang memperlihatkan dokumen—dokumen penting yang bertumpuk di atas mejanya.

"Ayolah bukannya kita harus isi perut kita dulu baru kita bisa bekerja dengan baik"ujar Bian terkekeh menarik tangan Silla mereka berdua terlihat meninggalkan ruangan tersebut Mereka menuju Cafe yang tersedia di kantor itu.

Mereka berdua terlihat memesan makanan yang ada disediakan disana.

Silla merasa sangat lelah hari ini, bagaimana tidak lelahnya luar biasa karena tidak ada Rama jadi semua perkerjaannya jadi bertumpuk.

Sementara diruangan Rama telah tiba, dia sudah duduk manis di kursi kemegahan itu.Dia juga melirik ke ruangan Silla yang kosong tapi dia yakin jika Silla masuk bekerja karena tumpukan file yang terlihat jelas ada di atas meja kerjanya itu.

Sehabis makan siang bersama dengan Bian mereka berdua kembali ke ruangan mereka masing—masing.

"Sil, kali ini gue ngerasa gak kenyang makannya tadi karena sempet lapar tadinya"ujar Bian.

"Iya nih, sama gue juga gimana kalau kita buat kopi ke pantry!"seru Silla yang menyuruh OB menyiapkan dua gelas kopi untuk mereka berdua.

Tiba—tiba telepon yang ada dimejanya itu berdering dengan cepat dia mengangkatnya.

"Sil, keruangan saya sekarang!"seru Rama. Membuat Silla menoleh ke arah ruangan Rama yang bilik hordengnya terbuka.

"hah, berarti dari tadi dia ngelihatin kita dong!"bisik Bian mengambil cangkir kopi panas yang diantar oleh OB barusan.

Sementara Silla langsung menuju ke ruangannya Bosnya itu. Ada yang berbeda pada Rama kali itu.

"Ada apa pak, ekh Ram"Ucapnya kiku

"Sil, mana laporang kerja kemarin?"

"Belum selesai pak!"

"kamu kerjakan dulu baru kasih ke saya nanti"

"Baik pak"ucap Silla sopan seraya dia pamit keluar daei ruangan itu.

Dia mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Rama barusan.

Dia tidak boleh main-main jika Bosnya itu menghendaki pekerjaan yang bertumpuk itu Iya skip dulu.

Dia mengutamakan perkerjaannya yang disuruh oleh Rama barusan tiba-tiba ponselnya berdering dia melihat nomor telepon dari rumahnya yang menghubungi.

Cepat-cepat benar saja ia angkat Lina menghubunginya Lina adalah baby suster anaknya.

"Ada apa?"tanya panik Silla ditelepon.

"Bu, Deo demam. Bagaimana ini Bu, tadi sudah saya kasih obat tapi panasnya belum turun—turun juga Bu,Saya hanya minta izin agar membawa Deo ke rumah sakit karena saya memeriksa temperatur nya sudah mencapai 39 derajat Celcius Bu Saya takut Judeo step bila tidak ditangani langsung Bu"ucap Lina yang ikut cemas.

"Oke, baiklah. Sekarang kamu bawa anak Saya ke rumah sakit Pelita saya akan menyusul kalian kesana"ucap Silla panik seraya mematikan ponselnya itu.

Terlihat dia meraih tasnya Dia sangat gusar namun dia melirik pekerjaannya dia tidak mau kena imbas dari semua itu dia berpikir dia harus memberi tahu Rama karena Rama paling mengerti kalau dengan alasan anak.

"tuk tuk tuk?!" Suara ketuk dari tangannya.

" Ya masuk"ucap Rama datar didalam.Silla pun masuk kedalam ruangan yang berkelas itu.

"Pak saya mau izin pulang, anak saya demam suster yang menjaganya bilang kalau Deo panasnya tidak turun-turun. Saya takut terjadi sesuatu pada anak saya Pak. Saya mohon izin saya hanya membawanya ke rumah sakit jika sudah selesai saya akan kembali kesini "ucap Silla panik.

" Jadi kamu tunggu apalagi sekarang lah jemput Deo ke rumah"

"Pak, saya sudah menyuruh suster untuk mengajak Deo ke rumah sakit Pelita.Jika saya pulang pastilah memakan wsktu saja Pak! "

"Saya antar kamu biar cepat"

" Tidak usah Pak, saya bisa naik ojek Karena jika pakai mobil saya takut terkena macet apalagi ini jam makan siang"

"Ya sudah kita naik motor saja"

"Naik motor pak?"tanya Silla penasaran.

Mereka meninggalkan ruangan itu dan masuk ke dalam Liff ternyata dia memakai motor security yang kerja di perusahaannya.

Sebenarnya Rama merasa bahagia karena motor itu membuat dia dekat dengan Silla wanita yang sampai saat ini belum bisa ia lupakan.

Walau begitu tingginya Mana mungkin dia menempelkan tubuhnya ke tubuh Bosnya itu karenabdia tahu itu semua jadi masalah untuk dia dengan Nalon nantinya.

Tapi bagaimanapun dia harus menjaga perasaan suaminya hingga sampai sekarang dia masih menjaga jarak bersama dengan Bosnya itu karena masalalu diantara mereka berdua sempat ada yang terbesit luka dari keduanya yang sulit untuk diterka. bersambung ...