"Suara apa itu Man??" tanya Arwan yang terkejut karena mendengar suara kegaduhan yang ada di luar.
"Mana kutahu Wan, ayo kita cek," ajak Larman kepada Arwan yang sedari tadi melihat ke arah luar ruangan.
"Tapi Man ... Nenek bilang kita harus tetap disini." tahan Arwan.
"Sudahlah, kita kan tidak tau apa yang ada di luar, siapa tau Nenek sedang dalam bahaya. Jika tidak ada apa-apa, kenapa semua pelayan berlarian ke sana??" tunjuk Larman kearah para pelayan yang sedang berlari ke pintu depan rumah. "Ayo kita juga ikut Wan," ajak Larman.
Situasi pertempuran semakin memanas, Marton dan pasukannya dengan mudah mengalahkan tiga sampai lima pelayan nek Surti hanya dalam beberapa menit menggunakan naga-naganya. "Sialan kalian, membuat para pelayanku mati dan merusak halamanku!!" teriak Nenek Surti kepada Marton.
"Hahaha ... ini karena kau tidak mau menyerahkan mereka Nek, aku dan pasukanku tidak akan berhenti sampai kau mengeluarkan mereka. Semuanya serang!!" perintah Marton kepada para pasukan.
Dalam pertempuran yang berkecamuk itu, Nenek Surti tiba-tiba berteriak seakan memanggil sesuatu.
"BAGALAGUS, keluarlah!!" teriak sang Nenek.
Tiba-tiba muncul seekor wyvern berukuran lebih besar dari para naga yang dimiliki oleh Marton dan pasukannya tadi, ia keluar dari bagian belakang rumah Nenek Surti.
"Grooaaaa!!!!" suaranya menggelegar dan membuat merinding para naga pasukan Marton.
"Apa itu?? Seekor wyvern rupanya??" kata Marton yang seakan tidak percaya akan apa yang ia lihat. "Hebat juga kau Nek memelihara seekor wyvern raksasa seperti ini, tapi kami tidak akan mundur begitu saja!!" tantang Marton sembari berlari dan naik ke punggung Naga miliknya.
"Bagalagus, jangan ragu habisi mereka semua!!" perintah Nek Surti pada wyvern miliknya, "Groaaa!!" jawab sang wyvern seakan mengiyakan perintah majikannya.
Wyvern itu maju dan mulai menggigit badan salah satu Naga beserta pasukan yang berada diatasnya ketika mereka mencoba terbang maju kearah wyvern itu. "Ahh ... sakit sekali toloooong ...!" teriak pasukan yang terkena serangan Bagalagus tadi, sampai akhirnya keduanya mati bersimbah darah dan jatuh ke tanah.
"Sialan, hei kalian!! Kepung wyvern itu, tembakkan api naga," perintah Marton pada pasukannya. "Baik tuan!!" jawab mereka.
Larman dan Arwan sudah berada di halaman bagian dalam dari rumah nenek, dengan nafas masih terengah-engah karena berlari tadi mereka mencoba membaca situasi. "Huft ... huft ... apa ... apa yang ... sedang terjadi??" ujar Larman sambil memegang kedua lutunya.
"Larman lihat!" kata Arwan sambil menunjuk ke arah langit dimana Marton beserta pasukannya sedang bertarung menghadapi wyvern milik Nek Surti. "Nenek, ada apa ini?? Siapa mereka?!" tanya Arwan yang sedang berlari kecil mencoba mendekati sang Nenek.
"Hei, kalian jangan kesini! Mereka pasukan dari teman kalian Suhndi, berniat mengambil kalian!" Cegah sang Nenek pada Arwan yang sudah berada di dekatnya. "Ap ... apa?? Suhndi?? Tadi Nenek bilang Suhndi kan?? Apa maksudnya pasukan??!!" tanya Arwan tak Sabar dengan wajah bingung dan panik.
"Apa maksud nenek?? Suhndi punya pasukan seperti ini?? Makhluk-makhluk itu seperti naga ...." gumam Larman dalam hatinya yang masih mencoba mencerna situasi di hadapannya.
Marton dan pasukan naganya sudah mengepung wyvern itu dengan membentuk lingkaran di udara, "Tembaaak!!" teriak Marton.
"Fuuuushhhhh ......." api menyambar menutupi tubuh Bagalagus itu hingga sudah tidak nampak lagi. "Hahaha ... mati kau sekarang wyvern jelek!!" tawa Marton yang senang karena berhasil menyerang Bagalagus. Namun tiba-tiba api dari naga-naga itu kemudian berputar-putar seperti tornado disekitar tubuh Bagalagus yang besar itu.
"Ap ... apa?!? Tidak kena??" Marton mulai terkejut seakan tidak percaya pada pemandangan yang ia lihat saat ini. "Tidak ada waktu menjelaskan, kalian harus segera masuk ke dalam, jika tidak nanti kalian akan ditangkap oleh Marton!" perintah Nenek pada Arwan sambil mencoba mendorongnya ke arah Larman. "Kalian, bawa kedua anak ini ke tempat yang aman," kata sang nenek pada para pelayannya.
"Baik Nyonya!!" jawab mereka.
Wyvern Bagalagus semakin membuat api-api dari para naga pasukan Marton itu terus berputar hingga pada Akhirnya.
Whuuussshhh ... BLAR....!!!
"AAHHHHH ... PANAS ... TOLONG!!!" teriak para pasukan Marton.
Api-api itu dikembalikan lagi ke para naga tadi dan pasukan Marton semuanya terkena serangan itu. Marton dengan sigap mengarahkan naga yang ia tunggangi untuk menghindari hembusan Api yang kian mendekat itu. "Sialaaan!!" jeritnya.
Marton berhasil menghindar, tapi sayap kiri dan sebagian badan naganya terkena kobaran api dan masih berkobar yang membuat naga Marton oleng hingga jatuh ke tanah.
Bruk!!! "Ngrroooaahhhh ... Hh ... hh ...." suara dari naga Marton yang perlahan-lahan mati karena kobaran api itu dan sakit ketika terjatuh ke tanah. "Ughh ... dasar, kenapa ia kuat sekali???!!" Marton yang kesakitan mencoba merangkak keluar dari tindihan tubuh naga miliknya.
Larman dan Arwan yang akan segera masuk kedalam rumah dengan dikawal oleh para pelayan mencoba menghentikan langkahnya. "Tunggu sebentar," tahan Larman, "Ada apa Tuan?? Anda berdua harus berada ditempat yang aman," kata pelayan itu.
"Aku ingin bertanya mengenai keberadaan Suhndi pada orang itu, lagi pula ia sudah tidak mampu bertarung kan???" jawab Larman mencoba berjalan ke arah Marton.
Nenek Surti mulai berjalan mendekati Marton yang masih dalam posisi tiarap dan sedikit merangkak, sang wyvern miliknya Bagalagus pun turun dan berdiri disamping Nenek Surti. "Terima kasih Bagalagus, kau hebat." kata sang Nenek sambil membelai bagian atas kepala wyvern besar itu. Bagalagus tampaknya amat senang dengan itu.
"Lihat kan?? Jangan macam-macam diwilayahku inilah akibatnya," kata Nek Surti sambil memelototi Marton yang masih kesakitan itu.
"Ugh ... uhuk ... uhuk, tak kusangka diumurmu sekarang kau masih menyimpan peliharaan yang hebat itu Nek. Aku terlalu meremehkanmu." jawab Marton yang mencoba berdiri walau masih sempoyongan.
"Hei sialan, siapa kau?! Apa yang kau lakukan pada Nenek hah?!?" teriak Arwan yang sudah memegang kerah baju marton seakan siap memukul Marton kapan saja.
"Arwan, Larman kalian masih disini?!" tanya nek Surti pada mereka. "Iya Nek, kami tidak ingin lari begitu saja. Kudengar ia dan Nenek menyebut nama Suhndi, jadi pasti ia tahu dimana teman kami itu," ujar Larman sembari mendekati nenek Surti.
"Apa kalian berdua teman dari Tuanku itu?? Tuan Suhndi?" tanya Marton yang masih berhadap pandang dengan Arwan.
"Tuan?? Kenapa kau memanggilnya dengan sebutan Tuan?? memang apa yang ia lakukan hingga punya pasukan seperti kalian??" tanya Arwan keheranan.
"Oh ... rupanya Nenek itu masih belum menceritakan semuanya," jawab Marton sambil menoleh ke arah sang Nenek. Nenek Surti segera memerintahkan para pelayannya untuk menahan Marton serta mengajak Larman dan Arwan agar segera masuk ke dalam rumah.
"Nenek, ada apa ini?? Apa sebenarnya yang terjadi pada teman kami ini?? Kami tidak tahu, dunia seperti apa ini? Tapi ... tapi ... kenapa Suhndi ..??" Arwan tak lagi sanggup melanjutkan kata-katanya, raut wajahnya menunjukkan wajah yang saat ini sedang shock dan kebingungan.
"Nek, tolong ceritakan pada kami, apa yang sebenarnya terjadi," tambah Larman sambil berusaha menenangkan Arwan disampingnya.
"Baiklah, akan nenek ceritakan mengenai kebenaran dunia ini dan teman kalian Suhndi."