"Ma, ini aku mah tolong bukain pintunya aku mau ngomong sama Mama aku mau minta maaf maafin aku! Yunita tahu, kalau Yunita salah!"
Tesya kian bajir air matanya tatkala mendengar rengekan putirnya. Hatinya kian teriris sakit saat putrinya terus merengek meminta maaf dengan suara yang memilukan.
Awalnya Tasya masih ingin memberikan pelajaran kepada Yunita tapi karena melihat putrinya yang yang begitu tulus meminta maaf dan benar-benar mengakui kesalahannya akhirnya wanita itu pun beranjak dan membuka pintu kamarnya.
Di ambang pintu, ia melihat Yunita yang terlihat dengan kedua pipi yang basah oleh deraian air mata.
"Mama... Maafin aku... Aku mengaku kalau aku ini salah, Ma," ucap gadis itu sambil sesenggukan dan kedua bola matanya memerah.
"Yunita, putri ku... Apakah kamu benar-benar akan bisa menepati janjimu ini?" tanya Tesya dengan tatapan penuh harap. Namun, dia ragu.
"Yunita tidak pernah mengucapkan janji apapun, Ma... Sekali berjanji, juga akan Yunita tepati."
