*Markas Utama S.E.I.D, 08:20*
Agent Peterson sedang memimpin rapat dengan para Agent yg levelnya dibawah Agent Peterson. Suasana terlihat kacau karena masih ragu dengan bencana yg akan terjadi.
"Aku tau Ryuzaki memang hebat, tapi melihat masa depan? Cih, aku meragukan itu," ucap salah satu Agent.
"Benar, kita harusnya tidak perlu terlalu panik dengan sesuatu yg bahkan belum tentu benar akan terjadi," ucap Agent yg lainnya.
"Semuanya, tolong tenang terlebih dahulu. Aku tau ini memang sulit dipercaya, tapi kumohon percayalah kepada Ryuzaki," ucap Agent Peterson.
"Kita mendengarkan seorang Hero? Bukankah seharusnya sebaliknya? Posisi Hero itu tidak lebih tinggi dari kita. Kita yg memberi mereka uang dan bahkan semua fasilitas yg mereka minta, seharusnya mereka yg tunduk kepada kita."
Ucapan dari Agent itu benar-benar memprovokasi Agent lainnya dan menjadi semakin tak terkendali. Agent Peterson hanya diam karena tidak tau harus berbuat apa.
Saat situasi di ruang rapat sedang kacau, tiba-tiba datang seseorang yg membuat mereka semua diam. Seorang Agent dengan rambut hitam dan wajah yg tegas. Agent level 8, Agent Giotto.
"Kenapa bisa menjadi seribut ini, Agent Peterson?" tanyanya yg membuat suasana hening seketika.
"Maafkan saya, ini adalah kesalahan saya karena tidak bisa mengatur mereka semua."
"Hmm.. jelaskan padaku, apa yg membuat kalian tidak yakin dengan kemampuan para Hero.. kamu yg disana," Agent Giotto menunjuk orang yg berusaha memprovokasi Agent lain.
"Tidak.. bukan begitu.. maksudku, aku tau soal kemampuan para Hero yg merupakan ras Superians. Tapi, ada satu hal yg membuat saya tidak yakin," ucapnya dengan gugup dan terbata-bata.
"Apa kamu sudah tau dengan kekuatan semua Hero yg ditugaskan dalam kelompok ini?"
"Aku.. aku hanya tau beberapa."
"Begitu ya, kurasa ini bukan kesalahanmu karena ketidaktahuanmu dengan kekuatan para Hero. Agent Peterson, bisa kau tunjukkan profil dan kemampuan para Hero yg akan mengikuti misi kali ini?"
"Baik."
Agent Peterson menekan sebuah tombol yg langsung menampilkan hologram profil dan kemampuan yg dimiliki para Hero.
"Bisa kau bacakan?"
"Baik, yg pertama Shikisima Ryuzaki, 28 tahun. Kemampuan yg dimiliki; kemampuan mengontrol semua elemen dasar, kemampuan ilmu bela diri tingkat atas, dan kemampuan unik yaitu dapat berubah menjadi berkali-kali lipat lebih kuat karena kekuatan kegelapan dan amarahnya.."
"Baik, sudah cukup. Organisasi telah memberikan akses khusus kepada para Agent agar dapat melihat statistik kekuatan para Hero lewat handphone yg mereka pakai, apa aku salah?"
"Tidak, anda tidak salah."
"Satu lagi, aku akan membenarkan sesuatu yg keliru disini. Organisasi S.E.I.D adalah sebuah wadah untuk menampung orang-orang berkemampuan unik yg bertujuan untuk menjaga kestabilan negeri ini. Kita penting untuk para Hero, begitu juga sebaliknya. Jadi tidak ada yg merasa paling dibutuhkan disini, mengerti?"
"Baik, saya mengerti."
Aura yg dipancarkan Agent Giotto memancarkan aura seperti seorang ayah. Dia sangat bijaksana dan sangat dihormati oleh Agent-Agent yg lainnya, dia juga merupakan tangan kanan dari pak direktur. Wajahnya yg tegas berbanding terbalik dengan sifatnya yg dewasa dan penyayang.
"Kalau begitu, aku permisi dulu," ucapnya yg langsung pergi dari ruang rapat itu.
Setelah Agent Giotto pergi, Agent Peterson kembali memulai percakapan.
"Aku memang tidak seperti Agent Giotto, tapi kumohon berikan kepercayaan kalian kepadaku sebagai seorang senior.. tidak.. sebagai sesama Agent."
Agent yg lain hanya terdiam mendengar pernyataan Agent Peterson. Tiba-tiba, ada yg berbicara dari para Agent yg tadi.
"Mau bagaimana lagi. Kau tidak mungkin bisa melakukan ini sendiri kan, Agent Peterson?"
"Apa yg akan kita lakukan selanjutnya? Kami siap menerima perintah darimu."
Agent Peterson tersenyum, "Beri peringatan evakuasi untuk para warga yg ada di Java City dan kumpulkan Hero yg tersisa secepatnya."
"Baik!"
***
Peringatan evakuasi telah diumumkan untuk para warga Java City. Tapi, banyak warga yg tidak percaya dengan peringatan tersebut. Hal itu bisa dikatakan wajar, karena rasio serangan monster di Java City tiba-tiba menurun drastis. Ini seperti hari yg cerah sebelum badai besar muncul.
Sementara itu, dua hari kemudian, para Hero yg ditunjuk sudah hampir berkumpul semua kecuali White Shinigami. Sepertinya, dia masih berpegang teguh pada prinsipnya untuk membalas dendam kepada seseorang.
*Markas S.E.I.D, 10:45*
"Jadi berapa orang yg sudah ada disini?" tanya Ryuzaki.
"Kurasa sekitar sembilan orang," ucap Fire God.
"Jadi dia benar-benar tidak datang, ya?"
"Siapa yg kau maksud?" tanya Aiza.
"White Shinigami."
"White Shinigami? maksudmu si pembunuh bayaran itu?" ucap seseorang yg bernama Shota.
"White Shinigami..?"
"Kau tidak tahu? Dia adalah seorang pembunuh bayaran terkenal di dunia bawah. Menurut rumor, adiknya terbunuh oleh seorang pembunuh bayaran dan satu-satunya cara untuk membalas dendam adalah dengan menjadi pembunuh bayaran juga."
"Adiknya.. dibunuh?"
"Ano.." tiba-tiba Aiza berteriak dan membuat semua mata tertuju padanya.
"Ada apa?"
"Aku rasa, aku bisa membujuknya, White Shinigami itu."
Sebuah harapan yg sepertinya bisa membuat salah satu Hero terkuat untuk bergabung telah muncul.
Bersambung...