"Ya, ya, ya! Beraktinglah keren, Papa. Karena abang tahu meski mulut papa berkata tajam, tapi papa tetap mengkhawatirkan anak-anak papa, bukan?"
Setelah mengucapkan itu, Siji langsung berlari ke kamarnya sebelum dipukul lagi oleh papanya.
Benar dugaan Siji. Papanya memang sungguhan melempari buku tebal ke arah Siji, untung Siji menghindar cepat dan masuk ke dalam kamar.
"Papa, besok akan menjadi perjalanan panjang. Jadi, Abang harap papa juga cepat untuk beristirahat!" seru Siji, dari dalam kamarnya. Ia takut untuk keluar. Bisa-bisa dihajar lagi dia oleh papanya yang kejam itu.
"Tidurlah duluan, Bang! Papa masih butuh waktu untuk mengartikan beberapa pola, simbol dan aksara yang berada di peta ini!" sahut Tuan Yudha.
Setelahnya, Tuan Yudha membuka laptopnya kembali. Tuan Yudha menyalin peta punya Siji ke kertas kosong lagi. Dengan begitu, Siji juga akan memahami semua pola, simbol dan arah yang tertulis di peta itu.