"Maka dari itu, papa bisa bertahan selama ini meski keluarga utama Pradhika banyak yang membenci papa selama ini. Setidaknya, mereka masih memberi papa tempat tinggal."
"A-apa maksudnya, Pa! Jangan mengerjai Abang seperti ini, Pa! Kenapa ceritanya lebih menyedihkan seperti itu?" tanya Siji.
Tuan Yudha memaksakan diri untuk tersenyum.
"Kenapa papa masih sempat tersenyum begitu? Jangan sok kuat di depan anak sendiri, Pa!" protes Siji. Ia mengalihkan wajah sejenak dari Tuan Yudha hanya untuk mengusap air matanya.
Siji tidak ingin papanya tahu jika Siji sedang menangis saat ini. Itu sangat memalukan, batin Siji.
"Sudah kuperingatkan tadi 'kan, Bang? Abang pasti tidak akan tahan mendengar cerita papa. Jadi, sekarang beritahu kelanjutan cerita Abang tadi, garckita bisa sama-sama tidur nyenyak. Oke?" bujuk Tuan Yudha..