Reiji menepuk jidatnya melihat kelakuan tiga remaja yang menurut Reiji aneh-aneh itu. Reiji menenggadah. Ia mengadu pada Tuhan, mengapa ia harus dia yang dikutuk seperti ini? Kenapa tidak kedua saudaranya yang kurang pintar ini saja?
Mereka kembali meletakkan kertas itu di tengah-tengah mereka. Otak mereka dipaksa untuk berpikir, memecahkan teka-teki yang berada di kertas itu. Yuji bahkan memijit pelipisnya, pose berpikir keras.
Ruangan hening beberapa menit, hingga terdengar suara langkah kaki memecah keheningan di ruangan ini.
"Ada apa ini? Apa ada sebuah pesta perayaan?" Sebuah suara terdengar. Adalah Tuan Yudha yang baru tiba di rumahnya. Ia tidak pernah melihat rumahnya seramai ini.