"Huwaakh ...! Bagaimana mungkin ini? Kamu benar-benar masih hidup, Puss?" seru Siji kegirangan.
Siji mengecek kembali kucing itu untuk lebih memastikan bahwa itu bukan kucing yang berbeda. Tapi, kucing itu memang benar-benar Reiji, kucing kesayangannya.
Tuan Yudha menghampiri putranya dan menepuk pucuk kepala Siji.
"Jadi benar, ini kucingmu? Papa lihat sejak tadi dia menjagamu dan menjilati pipimu hingga kau tersadar lho, Bang," ungkap Tuan Yudha.
Siji tersenyum puas. Pantas saja ia merasa ada yang menggelitik pipinya, jadi itu kelakuan kucingnya ini.
"Terima kasih ya sudah membangunkanku, Pus. Kalau tidak, mungkin aku terjebak terus di sana," racau Siji sambil menguyel-uyel kucingnya.
Tuan Yudha meyentuh kening putranya.
"Sepertinya demammu sudah mereda, Bang. Istirahatlah dulu, Nak! Kasihan adek-adekmu jadi ikutan demam gara-gara kamu demam, Bang."
