Chereads / Miliki Aku Dengan Ketulusanmu / Chapter 12 - Melarikan Diri

Chapter 12 - Melarikan Diri

Restoran San Carlo Imperia

Seruan senang dari Adrean sama sekali tidak digubris oleh Gretta yang hanya menatap meja tanpa minat. Gretta memundurkan kursi yang dudukinya dan berdiri sejenak di sana.

"Saya ke belakang sebentar," ucap Gretta tanpa nada, menatap lurus sang nenek yang kini menampilkan ekspresi kesal.

Masa bodo, pikir Gretta.

Ia hanya ingin terbebas dari udara yang seakan mencekiknya di sini.

"Silakan, Greta," sahut Adrean dengan anggukan kepala, serta tangan yang menunjukan gesture seperti apa yang dikatakannya.

Adrean sama sekali tidak mengalihkan tatapan dari Gretta, seakan hanya wanita muda ini yang ada di pandangannya.

"Jangan lama-lama," timpal Karina menatap dengan ancaman yang kentara.

"…"

Gretta hanya mengangguk dan segera membalik tubuhnya, menjauhi meja yang lagi-lagi membicarakan masalah pernikahannya nanti.

Kepergian Gretta diperlihatkan oleh sang ibu, yang melirik dengan tatapan tak terbaca saat punggung sang anak pergi menjauhi mejanya. Kemudian, ia kembali melihat depan dan menunduk tak berdaya, saat ibunya kembali memperjelas rencana ikatan keluarga.

Maafkan ibu, Gretta.

***

Di toilet ramai dengan berbagai jenis wanita, Gretta yang duduk di atas closet tidak bisa membendung rasa sedihnya. Ia menumpahkannya dengan lelehan air mata tanpa suara, sebelum akhrinya dengan cepat kedua punggung tangannya mengusap kasar.

Ia harus pergi dari sini atau ia akan kembali mendengar pembicaraan memuakan baginya. Biarkan sang nenek marah, namun ia yakin jika sang nenek pun tidak akan berani macam-macam mengingat jika ia ini aset berharga.

Ya, aset yang akan semakin memperkaya keluarga Grinson tepatnya.

Gretta beranjak dari duduknya dan keluar dari bilik toilet, kemudian berdiri di depan washtafel dengan cermin luas di depannya.

Tangannya ia letakan di bawah kucuran air dan mencuci berulang bekas bibir pria itu dari sana, berharap apa yang menempel akan luruh terbawa air.

Sungguh, ia merasa jijik saat mengingat kembali bibir pria itu mengecup lama punggung tangannya dengan tatapan lurus kepadanya.

"Aku harus pergi. Tapi, kemana," lirihnya. Lalu, kepalanya menggeleng pelan dan kembali mencuci tangannya hingga bersih "Kemana pun asal pergi dari sini," lanjutnya memutuskan.

Kemudian, ia segera menyambar tas kecil yang untung saja dibawa olehnya, lalu keluar dari dalam toilet dan menuju pintu keluar dengan segera.

Dua puluh menit berlalu

Di dalam ruang VIP yang disewa oleh keluarga Grinson, obrolan yang tecipta seru tiba-tiba berhenti saat Adrean merasa jika Gretta terlalu lama di toilet.

Ia menatap Karina yang juga menatapnya bingung, kemudian menatap Esmeriana yang sedari awal hanya diam.

"Ada apa, Adrean?" tanya Karina.

"Apa Gretta tidak terlalu lama di toilet?" Adrean balik bertanya dengan nada gusar yang kentara. Ia masih ingin berbincang dengan Gretta, gadis yang dinilainya pintar meskipun sedikit dingin.

"Ah! Anda benar juga, kalau begitu biar kita periksa di toilet," sahut Karina memasang senyum kaku.

Nenek Gretta ini segera menatap putrinya—ibu Gretta—Esmeriana yang sedari awal diam tanpa ada sepatah kata pun terucap di depannya "Esme. Kamu cari Gretta di toilet sekarang, dia terlalu lama di sana," lanjunya memerintah.

Esmeriana yang diperintah tidak langsung menjawabnya, melainkan menatap sang ibu dan melirik pria yang umurnya tak jauh darinya dengan datar, sebelum akhirnya mengangguk kecil.

"Akan kuperiksa," sahut Esmeriana seraya beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan meja makan, menyisakan Karina yang menatap Adrean dengan senyum menenangkan.

Esmeriana berjalan dengan langkah pasti menuju toilet berada, hingga akhirnya ia sampai dan memasukinya sambil sesekali membuka toilet yang tidak ramai. Namun, sepanjang ia mencari, ia sama sekali tidak menemukan eksistensi putrinya.

"Kemana dia," gumam Esmeriana cemas.

Ia kembali mencari, mengingat jika toilet yang disediakan restoran bukan hanya satu. Alhasil, ia pun menuju toilet lainnya dan memasuki serta memeriksa satu per satu bilik di sana.

"Tidak ada." Esmeriana sudah mulai panik, namun sebisa mungkin ia berusaha tetap tenang dan kembali mencari keberadaan putrinya di tempat lain.

Ia keluar dari toilet dan berjalan menyusuri koridor lainnya, berharap Gretta berdiri atau duduk di salah satu kursi di luar sana.

"Gretta!"

Esmeriana memanggil nama putrinya dengan perasaan cemas, namun yang dipanggil sama sekali tidak ada dan ia pun memutuskan untuk kembali ke ruangan, meskipun ia tidak tahu apakah sang ibu akan marah tidak kepadanya.

"Gretta, kenapa seperti ini," batinnya cemas.

Sampai di depan pintu ruangan, Esmeriana sejenak menormalkan deru napas dan juga ekspresi wajahnya menjadi tenang, kemudian membuka pintu dengan sang ibu juga Adrean yang menatapnya seakan tidak sabar.

Sebisa mungkin ia tidak menampilkan eskpresi berarti, berjalan menghampiri sang ibu dan berdiri di hadapan keduanya tanpa berniat kembali duduk.

"Ibu, Gretta tidak ada di mana-mana," ucap Esmeriana tanpa ekspresi.

"Apa!" Karina menatap anaknya tidak percaya, sedangkan Adrean menghembuskan napasnya mencoba sabar.

"Aku sudah mencarinya kemana pun. Namun dia tidak ada."

"Bagaimana bisa! Cari lagi sampai ketemu!" perintah Karina murka.

"Aku sudah mencarinya ke segala tempat yang ada di restoran ini," jelas Esmeriana.

"Cari lagi-

"Sudah. Tidak perlu, Nyonya Karina. Sepertinya Gretta bosan di sini dan jalan keluar, biarkan saja," lerai Adrean menengahi.

Meskipun ia sedikit merasa terhina, namun menampilkan ekspresi kesal atau marah sekalipun itu percuma baginya. Tapi, ia akan pastikan jika Gretta sudah menjadi miliknya, ia akan membuat gadis itu belajar tata krama dengan benar.

Wanita keras kepala itu, lihat saja nanti, batin Adrean dengan tangan mengepal di bawah meja.

"Tapi Tuan Adre-

"Tidak apa-apa, saya tidak masalah."

Adrena menyela cepat dan menatap Karina dengan gelengan kepala kecil, menampilkan wajah seakan ia memang menerima semuanya. Nyatanya, ia sudah ingin membanting meja saat ini juga.

"Kalau begitu baiklah. Maaf atas kelakuan cucu saya, anda memang orang yang baik, Tuan Adrean," puji Karina tersenyum kecil "Awas kamu Gretta," lanjutnya dalam hati kesal luar biasa.

"Tidak masalah."

***

Sementara keluarganya yang mencari dengan sedikit perdebatan dan janji menyakiti dalam hati. Di sisi lainnya, tepatnya di sebuah bis yang ramai dengan penumpang, terduduk seorang gadis muda yang penampilannya berbeda sekali.

Ya, di saat yang lain memakai pakaian kantor atau juga pakaian biasa. Si gadis muda ini justru memakain pakaian kelewat mewah. Si gadis juga duduk dengan wajah menghadap jendela dan mengindahkan tatapan minat ke arahnya.

Tidak peduli, pikirnya.

Yang saat ini ada dipikirannya adalah menjauhi tempatnya serasa mati dan ingin mengambil napas di tempat sejuk sekejap saja.

Bukan hanya tatapan minat, memuja, aneh dan juga penasaran yang dilayangkan untuk si gadis muda ini. Namun juga ada sebagian yang terang-terangan melihat bagaimana punggung itu terpampang, meskipun sudah tertutup kursi yang diduduki dan surai tergerainya.

Hingga akhirnya sebuah jaket tersampir di bahunya dan ia tersentak kaget melihatnya.

Deg!

Bersambung.