Rezqi begitu sayu memandang keadaan Shari yang demikian itu. Kembali ia menghela napas dalam-dalam. Sekarang, atau tidak sama sekali, hasut sudut lain hatinya.
Yaah, lebih baik luahkan saja semuanya, dan mungkin ini juga saat yang tepat, agar tidak ada lagi hati yang tersakiti di kemudian hari jika masalah ini terus berlarut-larut hanya karena Rezqi tidak mampu atau segan—atau apa pun alasan di bali itu—utuk berterus terang.
Berhentilah menjadi laki-laki pengecut, Rezqi! Berhentilah bersikap seperti pecundang. Tegakkan kepalamu, busungkan dadamu, hadapi segala karma yang ada dengan jantan.
"Mungkin saya memang salah," ujar Rezqi lagi, "waktu itu, Shari sempat bilang ada kekhawatiran, takut kehilangan saya… dan, dan saya bilangin kalau semua baik-baik saja. Kalau Shari nggak bakal kehilangan saya."
"Lu denger kan, Ji?" sahut Babeh Djaja pula. "Die sengaja mempermainkan anak perawan gue!"