Diam tanpa kata di alam hampa, aku tanpamu bagai raga yang tidak bernyawa. Walau bukan perpisahan sesungguhnya, tapi ini cukup mengusik sukma.
_Khanza Arisha_
***
Bandar Udara Internasional Soekarno—Hatta. Tempat yang akan menjadi saksi perpisahan Arif dan Khanza. Janji dua pekan, tapi kita tidak tahu takdir ke depan. Untuk tahu jawaban, biarlah waktu yang menentukan.
"Kak Zay, bisa saja." Randra menggaruk tengkuk, salah tingkah sendiri mendengar kata-kata Zay tadi.
Sementara Arif meliarkan mata merasa gelagapan karena ketahuan sudah macam-macamin Adik orang.
Sedangkan Khanza dan Dea, kedua gadis polos tersebut hanya mampu menunduk menyembunyikan rona malu pada wajah. Bagi mereka yang baru saja menjajaki dunia percintaan, ciuman sudah melebihi batasan. Namun kekhilafan senantiasa menyerang.
"Oh ya, Rif. Kapan lo berangkat?" Randra memilih bertanya pada sang sahabat agar suasana canggung tidak serta merta terus melekat.