"Nyebelin ih! Pikiran kamu mesum!"
"Ha-ha-ha!"
Khanza mencebikkan bibir. Namun tetap tersenyum dengan rona merah di wajah. Melirik gitar yang tadi di letakkan Arif di lantai, gadis itu kembali mengambilnya. "Ini beneran buat aku, Yang?"
Menghentikan tawa Arif mengangguk pasti. "Iya, Sayang," jawabnya. "Coba lihat ini." Menunjuk tulisan kecil yang sengaja di taruh di dekat senar, Arif menaik-turunkan alisnya.
"Arif love Khanza," gumam gadis cupu tersebut membaca tulisan itu. Sontak semburat merah kembali tercetak di kedua pipi chubby-nya.
"Gimana? Bagus nggak?" tanya Arif.
"Suka nggak?" lanjutnya.
Mata Khanza berkaca-kaca, memandangi sekali lagi tulisan tersebut, ia tidak menyangka di balik sikap cuek Arif tersimpan keromantisan ketika ia sudah menjatuhkan kasih sayang.
"Terima kasih, Sayang," lirih Arif.
"Sebentar, aku ada hadiah lagi buat kamu." Arif bangkit berdiri, masuk ke dalam kamar. Sesaat dia kembali dengan membawa sebuah kotak hadiah yang sangatlah besar.