"Kamu yang sabar kalau hadapin Khanza ya Rif," ucap Zay. "Dia anaknya memang manja, cerewet, kadang pecicilan, tukang marah, kalau sudah ngambek, beh susah banget bujukannya."
Arif menoleh pada Zay, sejauh ini yang ia rasa Khanza justru lebih dewasa dari dirinya. Apa karena dia belum jauh saja menjalin hubungan?
"Emang Khanza sering marah ya Kak?"
Belum sempat Zay menjawab. Ponsel Arif berbunyi dan nama Khanza tertera di sana. Menggeser tombol hijau Arif menempelkan hp ke telinga.
"Arif!" Jeritan keras Khanza bahkan terdengar jelas oleh Zay. Arif saja sampai menjauhkan benda pipihnya dari telinga.
"Kebiasaan banget sih! Buang saja sekalian ponsel kamu!"
Tut!
Arif hanya mampu memandangi layar yang sudah kembali ke profil utama. Belum juga dia bicara, Khanza sudah mematikan sambungan mereka.
"Mampus kamu Rif," ledek Zay.
"Dia ngambek Kak?" tanya Arif polos.
"Bukan ngambek lagi kayaknya, tapi marah. Dan pasti setelah ini kamu susah sekali bujuknya. Dia itu keras kepala."