"Randra Dea!"
Teguran keras dari Pak Galang membuat keduanya terdiam kikuk. Tidak berani membela diri satu sama lain karena takut terkena sanksi.
"Mampus lo." Arif menertawakan Randra yang polos-polos saat ketahuan Guru. Sontak sang sahabat pun merasa tersinggung dan replek mendorong Arif. Karena sejak tadi pemuda itu gelisah di kursi, jadilah duduknya tak seimbang, dan ia pun terjatuh kelantai akibat ulah Randra.
Bugh!
Sontak semua mata tertuju pada Arif yang jatuh di bawah sana.
"Ha-ha-ha!" Semua murid menertawakannya, termasuk Randra.
"Ngantuk ya Rif? Ha-ha!"
Randra tertawa puas melihat sahabatnya di olok-olok. "Malu 'kan lo," cibir lelaki itu.
"Ish, dasar!" omel Arif.
"Arif!" geram Pak Galang.
Arif sontak menunjuk Randra, memberitahukan dengan isyarat kalau sahabatnya itulah yang mendorongnya.
"Bukan saya Pak," kilah Randra.
"Apa? Lo dorong gue pas gue nulis." Arif setengah berbohong.
"Eh! Lo jat—"
"Arif tuker tempat sama Dea!" titah Pak Galang.
What!