Beralih dari kisah Khanza, kita ceritakan saja bagaimana kisah Dea dan Randra. Sebar-bar apa gaya pacaran mereka?
"Aku masukin sedikit lagi ya?" ujar Randra.
"Iya, Bi." Dea mengigit bibir bawahnya, menunggu Randra dengan tidak sabar untuk memasukkan barangnya. "Ayo, Bi," desak wanita bar-bar tersebut.
"Sabar dong, Bi."
"Aa!" pekik Dea. "Rand, pelan-pelan!" rengeknya.
Hayo pada kemana pikirannya? traveling ya?
Randra pun terkekeh geli. "Jangan teriak napa, Bi? Nanti orang ngira aku perkosa kamu lagi."
Dea yang menyapu cipratan tepung di muka pun baru menyadari obrolan ambigu mereka. Lantas memerah dengan muka merona, ia mencebik kesal pada kekasihnya.
"Kamu sih, Bi."
"Lho kok aku?" Randra menunjuk dirinya.
"Kamu masukin tepungnya nggak pelan-pelan, jadi kecipratan ke mana-mana 'kan?"
"Maaf," ucap Randra.
Sudahlah. Mending Dea segera menyelesaikan sesi masak-masak kuenya.
***