Mengerjap perlahan, Khanza mulai sadar dari pingsan. Namun tatapannya langsung tertuju lagi pada Faizal yang kini direbahkan di atas ranjang brankar ambulan. Sontak air mata kembali luruh. Menangis, ia tak kuasa melihat sang sahabat bernasib tragis.
"Ini hanya mimpikan? Orang itu bukan Faizal 'kan?" racau Khanza dengan lirihnya.
Arif lagi-lagi tak kuasa menyahut Khanza. Ia juga berharap kalau ini adalah mimpi buruknya. Namun apa?
Petugas mengevakuasi tubuh Faizal dengan cekatan. Memasukkan pemuda itu ke dalam ambulans dengan bantuan ranjang dorong.
"Sebaiknya lo sama Khanza ikut di mobil ambulan saja, Rif. Biar gue sama yang lain bawa mobil lo menyusul di belakang," cetus Randra.
Arif mengangguk. Menyerahkan kunci pada Randra, dia menuntun kekasihnya untuk masuk ke dalam mobil yang membawa tubuh sekarat Faizal.
Niu-niu-niu!
Ambulans berlalu pergi membawa korban kecelakaan ke rumah sakit terdekat.