Posisi matahari sedang tegak lurus dengan bumi. Semburat kuning telah mendominasi di atas langit, membias pada atmosfer hingga sampai pada penglihatan mata kita. Sinar matahari ke merah-merahan masuk melalui celah tirai yang menutupi jendela kamar Khanza.
Cahaya yang datang dari ufuk timur itu menerpa langsung wajah gadis manis yang masih setia memejamkan matanya. Mama Karina—orang tua dari Khanza, menggelengkan kepala saat putri bungsunya itu masih belum bangun juga. Dia menggeser gorden berwarna krem, hingga cahaya matahari semakin banyak masuk ke dalam kamar itu.
"Silau," gumam Khanza dengan suara serak khas bangun tidur. Mengerjap-ngerjapkan mata, saat merasa tidurnya semakin terusik dengan silaunya cahaya, menguap berkali-kali, Khanza mencoba membuka mata.
"Pagi anak Mama?" sapa Karina.
"Pagi, Ma. Sudah jam berapa, Ma?" tanya Khanza seraya mendongak pada jam bulat yang tergantung di dinding. "Jam enam!" pekik Khanza membulatkan mata sempurna.