Menatap diri di cermin, Arif menipiskan senyumnya. Pantulan penampilannya sangat puas di pandang mata. Kini pemuda tampan tersebut menyambar jaket dan kunci mobil. Namun, ringtone HP di atas kasur membawa tangannya mengangkat sebuah panggilan Vidio call dari Bunda tercinta.
"Hallo, Bund," sapa Arif lembut seraya melambaikan tangan ke kamera.
"Anak Bunda. Waduh tampan sekali pagi-pagi," puji wanita paruh baya di seberang sana. Meski mengulas senyum, kerutan sendu tetap saja hadir menyertai. "Pasti mau jemput kekasihnya ya?" goda sang Bunda seraya mengedipkan mata.
Seperti biasa, Arif selalu mendapatkan telpon maupun Vidio call dari sang Bunda setiap hari. Sejak kejadian bersama Erlangga tempo hari, orang tua Arif semakin sering menyempatkan diri menghubungi anaknya. Meskipun jauh dari orang tua, pemuda tampan tersebut selalu ketat dipantau. Wijaya semakin banyak mengirim pasukan anak buah untuk mengawasi pergerakan sang pewaris tahta.