"Eh, kalian berdua kok, bisa di sini?"
"Ini! Dea kangen katanya sama lo, Za," sahut Randra cepat. Ini kesempatan bagus untuk mengalihkan perhatian Dea. Merangkul gadis bar-bar di sampingnya, Randra pun bisa bernapas lega.
Dea baru ingat tujuan awalnya ke sini. "Za! aku kangen," rengek gadis bar-bar tersebut membentangkan tangan.
"Aku juga kangen, De." Khanza beringsut bangun dari bahu Arif dan masuk ke dalam pelukan sang sahabat.
"Kamu sudah nggak apa-apa 'kan, Za?" tanya Dea seraya mengurai pelukan. Dia takut kalau lama-lama bisa terkena infus Khanza atau luka lainnya.
"Aku sudah baik-baik saja kok, De."
Dea memegang bahu sahabatnya, meneliti wajah Khanza yang masih menyisakan pucat dan sedikit lebam-lebam di sudut bibir. "Sakit banget ya, Za? Mereka kok tega banget sih bikin kamu kaya gitu? Aku balasin boleh nggak? Biar gantian aku yang pukul mereka."