"Kalau sampai sekali lagi kalian menyakiti Khanza, gue nggak bakalan kasih ampun! Termasuk lo Zia!"
"Meskipun lo cewe, jangan harap lepas dari gue."
Ancaman Arif tidak terlihat main-main. Melepas kasar cengkraman tangan pada kerah baju Sony. Ia sedikit mendorong hingga lelaki itu terhuyung. Andai tidak dipegang Aldi dan Adit mungkin lelaki jangkung itu akan kembali rebahan di lantai.
"Uhuk-uhuk!" Sony kembali terbatuk akibat otot perutnya yang sakit kembali tergerak.
"Lo!" hardik Arif pada Zia yang sontak berjengkit mundur ke belakang. "Gue tahu lo selama ini suruh orang buat selalu ikutin gue sama Khanza ke mana-mana. Lo, kirim fotonya untuk memanasi-manasi Vera."
Gluk!
Zia meneguk saliva. Ternyata Arif tahu semuanya, lalu kenapa dia tidak menghentikannya jauh-jauh hari?
Mengulas senyum miring, Arif maju selangkah hingga Zia juga turut mundur selangkah. Tubuh mungilnya sampai terbentur dengan alat musik drum yang tersusun rapi di belakangnya.
"G-Gue ...."