Khanza tak bergeming semenjak Arif meminta izin pulang. Lantas Zay pun menghela napas panjang atas kelakuan manja sang Adik yang kambuh.
"Biarin Arif pulang, Za," bujuk sang Kakak. "Dia sudah seharian di sini, mungkin dia capek, mau istirahat dulu di rumah."
Hening. Khanza tetap dalam posisi yang sama. Diam tanpa kata. Membuat sang kekasih greget sendiri jadinya. Andai tidak ada orang, mungkin dia sudah menerkam bibir Khanza sekarang juga.
Zay menyambar bubur yang tadi dibeli sang Mama. Membuka segala penghalang dan penutupnya, lelaki itu pun menyodorkan suapan pada sang Adik. "Makan dulu, kamu tidak ada makan sejak pingsan tadi," ujar Zay.
Khanza hanya menatap sendok berisi makanan lembek tersebut. Enggan membuka mulut, barulah ia menggeleng dengan samar.
"Sedikit saja," desak Zay. Namun lagi-lagi hanya gelengan yang ditunjukkan Khanza.
Faizal menyenggol Arif. Dia yakin kalau lelaki itu yang turun tangan maka Khanza pasti akan menurut.
