"Au!" pekik Khanza seraya mengibaskan tangan ke mulut, lidah yang terjulur merasakan kebas akibat rasa panas yang tadi sempat menyentuh indera pengecapnya.
"Pelan-pelan makannya Za," tegur Arif. "Tiup dulu, masih panas."
"Minum dulu." Menyodorkan gelas yang berisi jus jeruk miliknya, Arif berharap minuman dingin itu mampu mengusir rasa perih di lidah Khanza.
Namun belum sempat gadis cupu itu meminum, tangannya yang gemetar tak kuat menyambut gelas kaca dari Arif.
Bugh!
Crak!
Sontak terjatuh ke meja lebih dulu, gelas kaca tersebut pun menggelinding dan terjun bebas ke lantai marmer di bawah sana. Beruntung Khanza memakai sepatu sekolahnya, jika tidak pasti pecahan kaca mampu melukai kakinya.
"Za, kamu tidak apa-apa?" Arif sontak berdiri dan memutari meja. Panik kala mendapati wajah pucat kekasihnya.
Khanza yang masih shock terdiam kaku. Gelenyar tidak nyaman semakin menguasai kalbu. Dan satu titik ingatannya tertuju.
"Kak Zay," lirih Khanza.
