Dalam ketepatan waktu, Kelv kembali untuk kesekian kalinya lagi berkunjung pada rumah kesunyian. Orang-orang berhak merusak rumah itu kala siang lantaran tuan sang pemiliknya tengah pergi, dan yang pasti tuan itu tidak terlalu peduli. Peduli setan hari ini ia akan makan apa? tidur dimana. Lantaran satu hal yang menjadi tekad keyakinannya bahwa sang pengatur takdir tidak akan pernah meninggalkan hambanya meski dalam keadaan terhina.
Begitulah harap pada sorot matanya, tak ingin diberi lantaran bocah lelaki itu sendiri yang memilih untuk menyangkal pemberian orang lain sambil menatap kosong pada Kelvin, sedangkan mulutnya terus berkata "aku bukanlah seorang pengemis tuan!"
Dan kini tubuhnya telah diterpa oleh kehangatan sang Surya, selintas tampak gersang terik dan panas. Namun apalah kekayaan yang ia punya saat Kelv bertemu dengannya namun perkataannya tetap saja menyangkal. Lalu dengan malas Kelvin membalas ucapannya dengan pasrah. "Kalau begitu akan aku tinggalkan makanan ini disini."
Namun malang yang dilakukan bocah lelaki itu hanya terdiam, dan pergi seolah ia tidak membutuhkan belas kasih dari orang-orang yang telah susah payah mengasihi kenestapaan–nya. Mana kala sudah tidak bisa lagi menahan diri, akhirnya Kelv memutuskan untuk membuntuti bocah lelaki itu dari belakang, mengayunkan tapak kaki menuju sebuah gang gang sempit, melewati puluhan rumah kumuh penuh akan kesunyian hingga mempertemukan Kelv dengan sebuah bangunan rumah tua yang sedikit tersimpan sumber cahaya didalamnya, dan tersimpan pula wanita paruh baya sakit-sakitan tanpa dosa tapi seringkali diperlakukan selayaknya manusia tiada guna.
"Aku sudah pulang, Bu," katanya memanggil wanita paruh baya itu dengan sebutan ibu. Selintas suasana itu semakin kontras dengan keadaan. Baru pertama kali Kelv melihat seorang anak yang dengan sukarela menghabiskan masa mudanya hanya demi memuaskan kata ibu bak seorang ratu yang dijunjung tinggi tabiatnya, seraya mengangkat tangan sang ibu dan menciumnya dengan kepala yang menelungkup jatuh seperti daun kering yang tersibak dari pohonnya. Meski tidak masuk akal lantaran iapun tidak pernah merasakannya, tapi kejadian itu sukses membuat perasaannya teduh seakan terbawa luluh dalam sekejap mata kala ia renungkan dengan seksama. Terkesan mengharukan pada masa-masa yang indah itu.
Ketika Kelv bangkit dan meninggalkan mereka berdua, seketika terdengar suara sehalus sutra terngiang menyentuh telinganya dengan lembut ibu dari anak itu bertanya. "Tunggu! siapa namamu anak muda?" katanya hingga menghentikan derap langkah Kelvin.
Jika bukan lantaran melihat putranya yang nestapa mungkin ia tidak akan terpengaruh buaian dari setiap perkataan ibu itu, dan lebih memilih untuk pergi tidak peduli.
Namun siapa yang menyangka saat Kelv mendengar kata Nazma dari mulut yang temaram dan tersenyum padanya tanpa seuntai kata yang menjelaskan makna dari senyumannya itu, sontak saja perasaannya kian yakin bahwa dialah orang yang selama ini kita cari. Lantas jika begitu, siapa bocah laki-laki yang mengalami pukulan dukacita saat hatinya rela dipenuhi dengan kekosongan jiwa. Terjerat pada kehidupan bayang-bayang kegelapan yang mendekap pada kesunyian hatinya.
Lantaran bagaimanapun, anak-anak berhak mengambil haknya atas seluruh kebahagiaan yang dipenuhi masa-masa pembelajarannya, membuka jendela buku, membentangkan seluruh ilmu pengetahuan yang seharusnya mereka rasakan sebelum turun mencari bekal peruntungan. Andaikata kau tahu, seberapa malangnya bocah lelaki itu yang terbiasa menerima hinaan dan bentakan lantaran ketidak adilan-nya sedari kecil. Mungkin hal itu pula yang membuat Kelvin hendak menggerakkan hatinya untuk selalu senantiasa menerima Faisal Alfarizi selayaknya bocah merdeka.
Ditatapnya lamat-lamat sekali lagi wajah ibu dari anak itu, seakan serupa dengan kecantikan serta keanggunan yang sama persis dimiliki paras indah Adelia. Namun sayang melihat situasinya yang seperti ini. Mungkin saja Nazma telah melupakan putrinya atau juga bisa jadi ia hanya berusaha menghapus kenangan masa lalu bersama putrinya dahulu. Bukan karena tidak ada alasan, melainkan memang keduanya yang telah dipaksa dijauhkan dan direnggut kebahagiaannya oleh orang ketiga dengan waktu yang sangat lama, hingga membuat hubungan antara anak dan ibu itu yang tak lagi saling mengenal satu sama lain.
Kemudian dengan hati-hati Kelv terpikir hendak bermaksud apa, dan mulai mengatakan sebuah nama yang mungkin tak asing di telinganya. 'Adelia', kata Kelvin membuat Nazma terhenyak hayut oleh rasa rindu yang telah lama bersarang dilubuk hatinya yang kian dalam.
Hari ini biarkan perasaan Nazma terhanyut dalam kepahitan, biarkan dia mengetahui sebuah kebenaran, bahwa kenyataan memang seringkali sukar untuk kau terima, terlebih hari ini Nazma harus dipisahkan dengan anaknya, Faisal Alfarizi. Tahun tahun yang suram berakhir sudah, dan untuk yang kedua kalinya kejadian 25 tahun silam itu terpaksa harus menimpa kemalangan ibunya kembali. Menimpa seorang bocah nestapa yang tidak berdosa, jelas masih suci jiwanya. Maaf, maaf, sekali lagi maaf.
"Anak muda... andaikata jika air mata mu telah habis setelah perenungan dan penyesalan sebuah dosa yang tidak sebenarnya kau lakukan, akan tetapi kau juga yang harus menanggung kesalahan itu, terkurung dalam jeruji besi hingga membuat seseorang terpaksa mengenali kekosongan hatinya selama di penjara. Maka suara teriakan, tangisan, haru semuanya sudah tidak berarti lagi ditelinga mu. Dan jika ia masih mengingat ibunya yang berdosa, lantas mengapa harus dirimu yang datang memohon pengharapan untuk aku kembali padanya.
Memangnya kau siapa anak muda, lantas masih berhak kah?"