Semua terasa seperti mimpi.
Gadis itu, hanya tertegun tidak menyangka kenyataan didepannya, ia benar-benar tidak bisa membela salah satu dari mereka tentang masalah yang mungkin susah diterima dua laki-laki itu.
"Kan," Adi menegur Kania yang melamun diatas kursi.
"Apa kamu sudah tahu, aku bekerja di perusahaan GD group?" tanya Kania membuka mulutnya perlahan.
Adi ikut duduk di depan Kania, ia berusaha mengatakan sesuatu. "Maafkan aku Kan, seharusnya aku memberi tahu mu," jawab Adi.
Kania tertegun, tidak bisa menyalahkan Adi karena mungkin alasan pribadinya.
"Apa kamu memang pacar kak Damar?" Adi kembali bertanya.
Kania melirik wajah yang menatapnya, dan mengangguk pelan-pelan.
Adi langsung menyandarkan tubuhnya di kursi, ia menggigit bibir bawahnya, perasaannya seperti menabuh sesuatu, seperti luka yang tiba-tiba tersiram air garam, perih namun laki-laki itu hanya menahannya.
Kania memikirkan Damar, sedari tadi ia memanggil ponsel Damar, namun tidak tersambung.