"Amel. Hai." Aku membersihkan tenggorokanku. Wiski membuatku terdengar lebih menggeram dari yang kumaksud. Atau mungkin pria berdasi kupu-kupu di belakang Amel yang memeriksa pantatnya yang membuatku kesal. "Apa yang kamu lakukan di sini?"
"Aku berteman dengan Erna." Amel mengangguk pada calon pengantin, yang melingkarkan lengannya di pinggang Saputra di dekat palang. "Kami bertetangga di pusat kota sebelum dia pindah ke Harris Resort. Kami telah mengerjakan beberapa program pendidikan bersama. Hal-hal tentang sayuran dan menanam kebun dan makan sehat. Murid-murid Aku menyukainya."
Tanganku menutupi tengkukku yang tumbuh terlalu besar—aku mencukur jenggotku saat kami kalah di babak playoff, tapi aku berpikir untuk menumbuhkannya kembali—dan mata Amel melihat ke bawah untuk melihatku melakukannya.
"Jadi Kamu mengajar," kataku.
