Ini adalah kisah sebuah keluarga yang selalu bahagia dengan sepasang suami istri yang dikaruniai dua orang anak.
Sampai suatu hari, mereka semua mendapat kabar, bahwa sang ibunda tercinta telah meninggal dunia dikarenakan kecelakaan mobil yang dinaikinya.
Mereka semua pun dilanda nasib buruk
Karena sosok sang ibunda tercinta, telah tiada alias, telah meninggalkan mereka semua untuk selama-lamanya.
Tidak ada yang pernah tahu, kapan dan dimana Tuhan akan mengambil kebahagiaan dan nyawa seseorang. Meskipun begitu, kita harus tetap menjalani setiap prosesnya. Karena hidup itu ibarat sebuah proses, selama raga masih bernyawa dan selama itu pula takdir akan terus mengikuti kita dan akan selalu memberi kita kejutan yang tak pernah kita duga sebelumnya.
FLASHBACK ON.
SENIN, 08 MARET 20** (SEBELUM KECELAKAAN)
Drrrrtttttt
"Hm, siapa yang menelpon malam-malam begini?" tanya Ibu Rina yang baru saja keluar dari kamar mandi sehabis membersihkan tubuhnya saat mendengar suara dering telpon rumah.
Karena merasa suara dering telpon semakin menjadi, alhasil, mau tak mau Ibu Rina pun berjalan menghampiri telpon rumah berada.
Ibu Rina,mengangkat telpon rumah tersebut, "Halo, maaf siapa ya?" tanyanya kepada orang yang menelponnya.
"Ini aku Rin, Sera. Alumni SMA."
Ibu Rina mencoba untuk mengingat kembali siapa itu Sera, "Oh, Sera toh. Apa kabar, Ser? Dan ada apa sampai kamu menelpon ku, malam-malam begini?" tanya Ibu Rina yang sudah tau siapa itu Sera dan bingung kenapa Sera menelponnya larut malam begini.
"Aku baik-baik saja, Rin. Aku menelponmu, malam-malam begini, hanya ingin menyampaikan pesan dari; ketua kelas. Katanya beliau mengadakan acara 'Reuni SMA' dan rencananya, beliau ingin mengajakmu juga Rin."
"Reuni SMA?" heran Ibu Rina.
"Iya, bagaimana? Kamu mau ikut?"
Ibu Rina, mengernyitkan keningnya ia bingung harus menjawab apa, "Bagaimana dengan kamu, Ser? Apakah kamu juga ikut datang ke acara itu?" tanyanya.
"Iya, aku ikut, dikarenakan aku juga di undang untuk turut datang ke sana. Bagaimana, kamu mau ikut kan?"
"Yah... Baiklah, aku akan datang ke sana. Memangnya kapan acaranya?" ujar Ibu Rina pasrah, sambil menghembuskan nafasnya pelan.
"Besok,tepat pukul 01.00 siang. Di SMA kita dulu, Rin di SMA UTSUKUSHI HANA."
Ibu Rina mengganguk mengerti, "Baiklah, ada yang mau disampaikan lagi? Jika tidak, aku akan menutup telponnya soalnya sudah larut malam sekali Ser." Ujar Ibu Rina yang sudah menguap karena mengantuk.
"Sudah, hanya itu saja yang ingin aku sampaikan kepadamu, Rin. Kalau begitu, sampai ketemu lagi di SMA UTSUKUSHI HANA ya, Rin. Selamat malam."
"Ya, selamat malam juga."
Pippp
Ibu Rina, pun memutuskan sambungan telpon miliknya dan langsung bergegas pergi ke kamar tidur, dikarenakan hari yang sudah sangat larut.
-o0o-
Di pagi hari yang cerah tepat pada pukul 08.35 pagi, terlihat seorang Ibu yang sedang sibuk-sibuknya di dapur dengan sebuah celemek yang sudah melingkar di lehernya, dengan kedua tangannya yang tengah sibuk memotong-motong beberapa sayuran.
Sementara itu, di sebuah ruang tamu pun, terlihat ada sepasang kakak beradik yang sedang duduk di sofa yang mengarah tepat ke arah televisi.
"Okaa-san. Apakah sarapan untuk pagi ini sudah siap? Cacing-cacing di perutku sudah berdemo meminta untuk segera di isi oleh suapan makanan, " ujar seorang anak gadis yang sedang duduk di sofa bersama kakaknya itu kepada ibunya, dengan pandangan yang mengarah kepada ibunya yang sedang memasak untuk sarapan, sambil terus menerus mengusap-usap perutnya yang sangat lapar.
Rito, kakak Reina sendiri sampai terkekeh geli saat mendengar ucapan adiknya tadi. "Haha. Kamu ini, ada-ada saja Reina. Masa cacing di perut bisa berdemo? Konyol, " ledek Rito kepada adiknya.
Reina menatap tajam kakaknya yang sudah berani mengatakannya konyol, "Konyol? Kakak sendiri sepertinya tidak tahu ya, jika cacing di perut itu bisa berdemo?" ujarnya sambil terus menatap tajam kakaknya.
Rito memalingkan pandangannya supaya pandangannya tidak bertemu dengan pandangan adiknya, "Tidak, kakak memang tidak pernah tahu dan memang tidak ingin tahu. Lagi pula jika kakak mengetahuinya kakak akan terlihat konyol sepertimu, " ujarnya kembali meledek.
Reina yang tak tahan dengan ucapan pedas kakaknya pun langsung berteriak kepada ibunya, "Apa?! Mamaa!!! Kak Rito mengejek Reina Konyol!!!" teriak Reina sampai terdengar ke ujung dapur.
"Heh, pengadu." Rito tersenyum kecut dengan pandangan yang masih menatap layar televisi.
"MAMAA!!!!"
Karena mendengar seperti adanya suatu keributan di ruang tamu, Ibu Rina pun langsung berjalan ke arah meja makan yang tak jauh dari sampingnya dengan kedua tangan yang memegang piring berisi sarapan, lalu meletakkannya ke atas meja makan tersebut.
Setelah meletakkan piring di atas meja makan. Lantas, ibu Rina pun langsung berjalan ke arah ruang tamu untuk menemui dua orang anaknya yang sepertinya mulai bertengkar lagi.
"Rito, Reina. Ada apa ribut-ribut?" tanya Ibu Rina kepada kedua anaknya itu, yang sepertinya mulai bertengkar kembali, seperti biasanya.
Reina mendongak menatap ibunya, lalu menunjuk kakaknya dengan jari telunjuknya, "Kak Rito nya ma, dia bilang kalo Reina konyol!!" adu Reina.
Rito menghembuskan nafasnya kasar, ia menatap ibunya, lalu berkata. "Tidak bu, Rito hanya bercanda. Reina nya saja yang terlalu mengambil hati perkataan Rito." Ujarnya
"Bercanda? Tapi kakak tad—"
"Sudah, jangan bertengkar! Kalian ini ya, selalu saja bertengkar setiap harinya. Dan Rito! Kamu juga! Jangan selalu mengejek adikmu. Kamu sendiri tahu bukan, bahwa adikmu itu sangat mudah menangis?!" ucap Ibu Rina sambil menatap Rito, yang sangat hobi menjahili adiknya.
"Haa... Baiklah, maafkan aku bu, " ujarnya pasrah.
Ibu Rina menatap kedua anaknya yang sedang saling memalingkan muka ke arah yang berlawanan, "Sudah, cepat ke meja makan. Mama sudah selesai menyiapkan sarapan untuk kalian. Mama mau membangunkan ayah kalian terlebih dulu, " titah Ibu Rina kepada kedua anaknya untuk segera ke meja makan, untuk menyantap sarapan yang sudah di buatnya.
Rito dan Reina pun saling menoleh, meskipun mereka baru saja bertengkar. Tapi, mereka langsung bisa berbaikan lagi dalam kurun waktu yang singkat, aneh bukan?
"Baik, bu...."
Rito dan Reina pun berjalan beriringan ke arah meja makan, setelah diomeli oleh ibunda mereka, akibat mereka yang selalu membuat keributan seperti biasanya.
Dan ibu Rina, ibunda mereka. Sedang pergi ke kamar tidurnya, berniat untuk membangunkan suaminya.
Tak selang beberapa menit, ibu Rina pun telah datang bersama suaminya ke depan meja makan yang sudah di tempati oleh kedua anaknya itu.
"Selamat pagi yah. "
"Ayah, selamat pagi."
Sapa Rito dan Reina bersamaan di meja makan, saat mereka berdua melihat bahwa ayah mereka sudah datang bersama ibunya.
Ayah Andri menatap kedua anaknya yang sudah terduduk manis di meja makan, kemudian tersenyum, "Oo... Pagi Reina, Rito." Ujarnya lembut
Ibu Rina mengambil kursi di dekat Reina, "Ayo, tak perlu basa-basi. Cepat makan sarapannya, nanti keburu dingin." Titah Ibu Rina kepada kedua anaknya dan suaminya untuk segera bergegas menyantap sarapan supaya tidak keburu dingin.
Ayah Andri menoleh ke arah istrinya yang sudah duduk di meja makan, "Oh iya, bukannya hari ini kamu ada acara 'Reuni SMA'?" tanya Ayah Andri kepada Ibu Rina.
"Iya, " jawab Ibu Rina.
"Kalau begitu, kenapa kamu tidak bergegas pergi ke sana?" tanyanya lagi.
"Acaranya pukul sa—"
Drrrrtttt drrrttt
Ayah Andri merasa bahwa ia mendengar sebuah dering telpon yang berbunyi di sekitarnya, "Handphone siapa yang berbunyi?" tanya Ayah Andri sambil menoleh ke sekitarannya, mencari darimana asal suara dering telpon tersebut.
Ibu Rina memberhentikan kegiatan makanannya terlebih dulu, "Oh, itu telepon rumah yah. Sebentar ibu mau mengangkat teleponnya dulu," ujarnya sambil berdiri bangkit dari posisi duduknya, kemudian berjalan ke arah telpon rumah berada.
Ibu Rina mengangkat telpon rumahnya, kemudian berkata, "Halo, dengan siapa disana?" tanyanya sopan.
"Rin, ini aku Sera. Aku hanya ingin menyampaikan kabar mendadak dari ketua kelas, katanya jam acara 'Reuni' di ubah menjadi jam 09.00 pagi ini!"
Ibu Rina mendongak, menatap ke arah jam dinding yang menggantung di dinding rumahnya yang sudah menunjukkan pukul 09.00. "Ah, baiklah. Terimakasih telah memberitahuku ya, " ujarnya berterimakasih
"Iya."
Ibu Rina menutup telponnya, lalu berjalan tergesa-gesa ke arah kamarnya, melewati ruang meja makan yang tengah di tempati oleh suaminya, dan kedua orang anaknya yang sedang sarapan pagi disana.
Ibu Reina berjalan melewati suami dan kedua anaknya yang sedang menyantap sarapan untuk menuju kamarnya, "Ayah, Rito, Reina. Ibu berangkat ke acara 'Reuni' ya, " ujarnya sambil terus berjalan menuju kamarnya.
Reina mendelik bingung, "Loh? Bukannya acaranya siang bu?" tanya Reina dengan kedua tangan yang sedang memegang sebuah sendok dan garpu.
Ibu Rina menatap Reina sebentar, lalu ia memalingkan wajahnya ke arah tasnya yang sudah ia gendong sekarang, guna mengecek apakah ada barang yang ketinggalan.
"Awalnya acara dimulai pukul 1 siang nanti, tapi tadi ibu dapat telpon dari Sera, teman SMA ibu dulu. Katanya jam acaranya di ubah jadi pukul 9 pagi, sekarang, " ucap Ibu Rina sambil terus merogoh tasnya.
"Oh begitu. Ibu pergi dengan siapa? Diantar ayah kah? Apa bagaimana?" tanya Rito.
"Ibu pergi sendiri saja, lagipula ayah kalian sedang sarapan, " jawab Ibu Rina.
Reina mengangguk mengerti, "Ibu kesana naik apa?" tanya gadis itu.
Ibu Rina merogoh tasnya untuk mengambil ponsel miliknya, setelah mendapatkan apa yang di carinya, Ibu Rina menatap ke arah layar ponsel miliknya tersebut. "Sepertinya, ibu akan naik taksi online. Baru saja, ibu memesan taksinya dan sepertinya, sebentar lagi taksinya akan sampai."
Reina dan Rito mengangguk mengerti lalu berpamitan dengan ibunya.
"Ibu hati-hati di jalan ya, " kata Reina sambil melambai-lambaikan tangannya kepada ibunya sesaat sesudah berpamitan.
"Iya. Ayah, ibu berangkat dulu ya. Baik-baik di rumah, " ujar Ibu Rina diberi anggukan dan senyuman oleh suaminya.
Setelah berpamitan dengan kedua anaknya dan suaminya, Ibu Rina pun lekas pergi ke arah teras rumah untuk menunggu taksi online yang telah ia pesan. Tak perlu menunggu lama, akhirnya taksi online pun sudah berada di depannya.
"Atas nama Kazuya Rina?" tanya supir taksi tersebut.
"Benar pak, saya sendiri, " jawab Ibu Rina.
Supir taksi ber-oh ria, lalu turun dari mobilnya dan membukakan pintu belakang untuk Ibu Rina, "Oh, baik. Silakan masuk ke dalam mobil bu," ucap supir taksi itu mempersilahkan.
Ibu Rina pun masuk ke dalam mobil, saat mendengar supir taksi tersebut yang menyuruhnya untuk segera masuk ke dalam mobil. Lalu tak selang beberapa detik, supir taksi tersebut pun menancapkan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Ibu Rina pun mendelik ke arah ponselnya dan melihat jam yang tertera di ponselnya yang sudah menunjukkan pukul 9 lewat.
"Pak, bisa agak cepat sedikit tidak, bawa mobilnya? Soalnya acaranya sebentar lagi mau mulai, " seru Ibu Rina yang sedikit panik, dikarenakan saat ini jam sudah menunjukkan pukul 09.26
Supir taksi menatap lewat kaca mobil yang menggantung di atasnya, guna melihat penumpangnya. "Oh, baik bu. Saya akan menaikkan kecepatannya, " ujarnya yang mengerti maksud penumpangnya.
Supir taksi pun menancapkan gasnya dengan kecepatan lumayan di atas rata-rata. Bahkan, mobil taksi yang sedang ia tumpangi sekarang, menyela mobil-mobil yang ada di jalan.
NAAS!!!!
Saat supir taksi tersebut hendak menyela sebuah mobil yang berada di depannya. Ternyata di arah yang berlawanan dengan mobil yang akan disela oleh sang supir taksi tersebut. Terdapat sebuah truk besar yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi.
"PAAK, ADA TRRUK!!!!"
Mendengar sebuah teriakan dari penumpangnya, supir taksi tersebut pun spontan memutar balikkan setir mobilnya dengan cepat, ditambah dengan kecepatan tingginya dan rem yang diinjak secara mendadak, membuat mobil taksi tersebut pun menabrak pembatas jalan cukup keras.
Brrukkk!!!!
Mobil yang ditumpangi Ibu Rina terbakar hebat, dengan bagian bemper depan yang penyok dan habis dilalap si jago merah. Sehingga, menyebabkan jalanan menjadi macet tak terkendali.
"KECELAKAAANNN!!!!!!"
Teriak beberapa orang pengemudi yang tampak turun dari kendaraannya masing-masing, saat melihat tragedi kecelakaan yang terjadi di depan mereka. Salah seorang pengemudi yang melihat kejadian itu pun langsung segera menelpon pihak berwajib untuk segera mengevakuasi korban.
Kurang lebih 15 menit, akhirnya polisi pun sudah sampai dan segera mengevakuasi korban kecelakaan dan mengatur kembali lalu lintas yang sempat macet, saat terjadinya sebuah kecelakaan.
-o0o-
"Reina, Rito. Ayah pergi berangkat kerja dulu, ya, " ujar Ayah Andri berpamitan terlebih dulu kepada kedua anaknya.
Reina dan Rito yang sedang menonton televisi di sofa pun, mengangguk mengerti "Hmm... Hati-hati di jalan ya, yah, " ujar mereka berdua, lalu tersenyum ke arah ayahnya.
Setelah pamitan kepada kedua anaknya, Kazuya Andri pun segera bergegas menuju garasi mobil di samping rumahnya, untuk mengambil mobilnya yang terparkir disana.
Namun, baru saja sampai di pintu garasi. Tiba-tiba ponselnya mendadak berbunyi.
Ddrrrttt drrrttt
Kazuya Andri pun langsung merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya, dan mengangkat telfonnya.
"Hallo? Maaf, dengan siapa disana?" tanyanya sopan sambil mengedikkan bahunya sebelah ke atas, guna menahan ponselnya supaya tidak terjatuh, dikarenakan kedua tanganya saat ini sedang ia gunakan untuk membuka garasi.
"Selamat pagi, apa ini dengan keluarga Kazuya?" tanya di telepon tersebut.
Kazuya Andri mengganguk, lalu menjawab "Iya, benar. Saya kepala keluarganya sendiri."
"Kami, dari kepolisian ingin memberitahukan kabar buruk yang telah menimpa istri anda, Kazuya Rina pak."
Kazuya Andri membelalakan matanya kaget, "Hah? Kabar buruk? Memangnya, apa yang telah terjadi dengan istri saya pak?!" tanyanya panik.
"Ibu Rina, mengalami kecelakaan mobil di jalan dan saat ini Ibu Rina sedang di bawa ke Rumah Sakit untuk segera di selamatkan nyawanya. Karena, mobil yang ditumpangi Ibu Rina bersama supir taksi telah dilahap abis oleh api, sehingga menimbulkan kebakaran di daerah sekitar mobil taksi tersebut bahkan, sempat membuat jalanan di sekitar situ macet."
Kazuya Andri menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya dengan perkataan polisi tersebut. "Tidak! Tidak mungkin! Istri saya pasti baik-baik saja! Bapak pasti salah orang!!!!!" sentaknya tidak percaya.
"Maaf Pak, dari data yang kami temukan, korban bener-benar bernama Kazuya Rina. Saat kami evakuasi mobil dan korban, kami tidak sengaja menemukan tas Ibu Rina yang lumayan masih bersisa dan disitu tanpa sengaja kami menemukan jejak KTP korban. Dan disitulah, kami dapat menyimpulkan identitas korban ternyata bernama Ibu Kazuya Rina."
Kazuya Andri hanya bisa pasrah mendengarnya, tubuhnya tiba-tiba lemas seketika saat mendengar ucapan polisi tersebut yang sangat yakin bahwa korban kecelakaan mobil itu adalah istrinya, "Baiklah jikalau begitu. Terimakasih telah memberitahukan info istri saya pak, saya akan segera bergegas pergi ke Rumah sakit, " ujar Ayah Andri/ Kazuya Andri kepada pak polisi tersebut lewat telpon.
"Sama-sama Pak. Kami turut berduka cita, atas kecelakaan yang telah menimpa istri Anda."
Kazuya Andri mengangguk, lalu menjawab "Iya."
Setelah menerima telpon dari pihak kepolisian, Kazuya Andri pun langsung masuk kembali ke dalam rumah, berniat untuk menghampiri kedua anaknya.
"Anak-anak, ayo kita ke Rumah Sakit!" panggil Ayah Andri kepada kedua anaknya yang satu sedang menonton televisi sambil selonjoran dan yang satunya lagi sedang belajar di bawah lantai.
Reina menoleh ke belakang,menatap ayahnya heran "Ada apa memangnya yah? Kenapa kita tiba-tiba harus ke Rumah Sakit?" tanyanya yang bingung kenapa ayahnya tiba-tiba mengajaknya untuk pergi ke Rumah Sakit.
Kazuya Andri menghembuskan nafasnya pelan dengan wajah yang sangat terlihat lemas dan pucat pasi, "Sudah, ganti pakaian kalian terlebih dulu. Ayah akan menjelaskan semuanya nanti di Rumah Sakit, " ucap Ayah Andri kepada kedua anaknya.
Reina dan Rito saling menoleh, lalu mereka berdua mengedikkan bahunya masing-masing ke atas, kemudian, menoleh kembali menatap ayahnya, "Baik Ayah."
Setelah Kazuya Reina dan Kazuya Rito selesai mengganti pakaian, tanpa basa-basi, mereka semua langsung bergegas naik ke dalam mobil untuk segera berangkat ke Rumah Sakit.
Sesampainya di area Rumah Sakit, Ayah mereka, Kazuya Andri. Menceritakan apa alasannya tiba-tiba menyuruh mereka pergi ke Rumah Sakit, dan mereka berdua membulatkan matanya sempurna tak percaya saat mendengarkan perkataan ayahnya.
"Rito, Reina. Ibu kalian mengalami kecelakaan saat di jalan, tadi pihak kepolisian menelpon ayah dan memberitahu kabar bahwa ibu kalian mengalami kecelakaan saat di jalan dan nyawa ibu kalian tidak tahu bisa tertolong atau diselamatkan lagi dikarenakan mobil taksinya saat itu benar-benar terbakar hebat, sampai tidak menyisakan apapun di dalamnya. Dan sekarang, pihak kedokteran sedang berusaha menyelamatkan nyawa ibu kalian, " jelas Ayah Andri panjang lebar.
Rito menatap ayahnya tak percaya, "Tidak, itu pasti berita bohong kan yah? Ibu tidak mungkin mengalami kecelakaan tragis seperti itu. Ibu pasti baik-baik saja yah!" ujar Rito yang tidak percaya dan tidak mau percaya akan hal itu.
Kazuya Andri menghembuskan nafasnya kasar, "Ayah sendiri berpikiran seperti itu. Tapi, untuk memastikan lebih baik kita ke Rumah Sakit, supaya kita bisa mengetahui info tentang ibu kalian lebih lanjut, " seru Ayah Andri dengan wajah memelas.
"I-ibuuu... Ibu pasti baik-baik saja kan, kak Rito????" tanya Reina, mata gadis kecil itu kini terlihat seperti membendung air mata di pelupuk matanya. Rito yang melihat adiknya seperti akan mulai menangis pun tidak tega melihatnya.
"Rei....."
"Rito, Reina. Ayo kita masuk ke dalam, " titah Ayah Andri kepada Rito fan Reina untuk segera masuk ke dalam Rumah Sakit.
"Iya, ayah, " balas Rito dengan kedua tangan yang tengah mengelus-elus pucuk rambut adiknya supaya adiknya tidak menangis.
Mereka semua pun masuk ke dalam Rumah Sakit dan menuju resepsionis untuk menanyakan dimana ruangan yang tengah di tempati oleh Kazuya Rina, Istri Kazuya Andri dan Ibu bagi Reina dan Rito.
Netranya ia edarkan ke seluruh penjuru ruangan Rumah Sakit, untuk mencari dimana tempat resepsionis berada. Pandangannya berhasil mendapati tempat resepsionis itu, dan tanpa perlu berpikir panjang ia langsung berjalan ke arah tempat resepsionis tersebut, diikuti dengan kedua anaknya di belakangnya.
"Permisi. Korban kecelakaan mobil atas nama Kazuya Rina, berada di ruangan yang mana ya mba?" tanya Kazuya Andri sopan kepada petugas resepsionis tersebut.
"Ada di sebelah sana pak, " tunjuk petugas resepsionis itu kepada sebuah ruangan.
Kazuya Andri mengarahkan matanya ke rahasia yang ditunjuk oleh petugas resepsionis itu, "Baik, terimakasih."
Mereka semua pun langsung bergegas berlari menuju ruangan yang diberitahukan. Saat sudah sampai di ruangan yang di tunjuk, baru saja mereka semua akan masuk ke dalam ruangan bersamaan. Netra mereka malah mendapatkan seorang dokter dan seorang perawat di sampingnya, yang baru saja keluar dari ruangan tersebut.
Kazuya Reina dan Rito yang melihat ada seorang dokter dan perawat yang baru keluar dari ruangan itu pun langsung bertanya, "Ibu saya ada dimana dok? Ibu saya baik-baik saja kan dok???"
Dokter itu mendongak ke bawah, menatap kedua anak gadis dan laki-laki yang berada di hadapannya ini, "Apakah kalian semua dengan keluarga Kazuya?" tanya dokter itu.
Kazuya Andri melingkarkan tangannya di kedua pundak anaknya, sambil menatap dokter tersebut, "Iya dok. Saya kepala keluarganya sendiri, " jawab Ayah Andri.
Dokter itu mengangguk mengerti, "Baiklah, kalau begitu tanpa perlu basa-basi. Kami mohon maaf sebesar-besarnya kepada Anda sekalian, dikarenakan istri Anda nyawanya tidak dapat diselamatkan atau tertolong lagi. Luka bakar di seluruh bagian tubuhnya cukup parah, ditambah lagi luka benturan yang dialami oleh Ibu Kazuya Rina, " ujar dokter tersebut dengan kepala yang ia tundukkan terhadap Kazuya Andri.
Kazuya Andri membelalakan matanya tak percaya, "Tidak! Tidak mungkin!!! Istri saya pasti masih hidup dok! Istri saya pasti baik-baik saja kan dok?!!!" sentak Ayah Andri kepada dokter itu.
Dokter tersebut menggeleng-gelengkan kepalanya, "Maafkan kami pak. Kami semua sudah berusaha sekeras mungkin untuk menyelamatkan nyawa istri Anda. Namun, sepertinya takdir mengatakan lain. Kalau begitu, saya permisi, " sarkas dokter itu sambil pergi meninggalkan Ayah Andri, Rito, dan Reina di tempat.
Rito dan Reina yang menganga tak percaya saat mendengar ucapan dokter tadi, tanpa berpikir panjang mereka semua langsung masuk ke dalam ruangan dan pandangan mata mereka mendapatkan ibu mereka yang sudah tertutup kain putih di sekujur tubuhnya.
Buliran air mata menetes tak berhenti-berhenti dari mata mereka. Kini, perasaan mereka berdua berkecamuk. Takdir bagaikan memainkan perasaan mereka. Disaat, anak-anak seumuran mereka yang masih perlu kasih sayang dari seorang ibu, mereka berdua malah harus merasakan rasa sakitnya kehilangan seorang ibu.
Begitulah takdir. Namun, apalah daya jika Tuhan sudah berkehendak, maka tidak akan ada yang bisa mengatakan 'TIDAK!'.
Pada akhirnya, Reina dan Rito mau tak mau harus merelakan kepergian ibu mereka. Saat ini, mereka berdua sedang berhadapan dengan sebuah batu nisan yang tertulis nama ibu mereka.
-Kazuya Rina-
Mereka semua menangis sendu saat melihat nama yang tertulis di batu nisan itu. Mereka semua masih tidak percaya, bahwa takdir mempermainkan perasaan mereka sampai seperti ini.
-o0o-
Setelah selesai acara pemakaman. Mereka semua langsung pergi ke rumah mereka tanpa ada satu suara pun yang keluar saat di perjalanan.
Rito, yang sedari tadi mendapati adiknya yang terus-menerus menangis pun tidak bisa melakukan apapun, ia sudah berusaha sekeras mungkin untuk menenangkan sang adik. Namun apalah daya, anak seumuran Reina yang masih dibilang cukup kecil sudah mendapati ibunya yang meninggalkan nya begitu cepat.
Hati dan perasaan Rito saat ini pun sama-sama berkecamuknya dengan Reina. Hati dan pikirannya masih belum bisa menerima takdir. Hati, pikiran dan logikanya sedang berkecamuk saat ini, benar-benar sedang berkecamuk!
Namun, di hadapan adiknya. Mau tak mau ia harus memundurkan egonya. Pikirannya harus terlihat lebih dewasa dalam menerima takdir, perasaannya harus ia kuatkan untuk tidak menangis saat ini. Demi adiknya. Demi menenangkan adiknya yang sedari tadi menangis, ia rela memundurkan egonya untuk tidak ikut menangis, ia membuang jauh perasaannya yang sangat ingin berteriak mengatakan 'TIDAK MUNGKIN' pada takdir. Ia harus terlihat lebih kuat di depan adiknya.
"Sudahlah Rei. Kita harus
Bisa menerima takdir. Kita doakan saja, supaya ibu bisa tenang di alam sana, " ujar Rito yang berusaha menenangkan adiknya yang terus menerus menangis semenjak acara pemakaman tadi.
Reina menatap kakaknya dengan tatapan sendu, "T-tapi Reina sayang sama ibu kak. Reina gak percaya kalo ibu udah meninggal. Reina gak percaya kak. Reina gak mau ibu ninggalin Reina secepat ini. Reina sayang banget sama ibu kak...." ucap Reina sambil memeluk kakaknya dan dibalas pelukan lagi oleh kakaknya, ia kembali menangis di pelukan kakaknya.
Kazuya Rito mengelus-elus punggung dan pucuk rambut Reina, supaya berhenti menangis, "Tenanglah Rei. Masih ada Kakak dan Ayah disini, jadi jangan menangis ya?"
Reina melepaskan pelukannya dan kembali menatap sendu kakaknya, "Tapi, tidak lama lagi kan kakak akan pergi kuliah. Lalu, Reina dengan siapa saat itu?" tanya gadis itu.
Kazuya Rito meneguk salivanya susah, ia bingung harus menjawab apa pertanyaan adiknya, "K-kan, masih ada Ayah Rei, " ujarnya gugup.
"Tapi Ayah pasti akan selalu sibuk dengan pekerjaannya kak."
Rito mengudap-usap dadanya kemudian menghembuskan nafasnya pelan, "Reina, adikku yang manis. Kamu harus belajar mandiri ya, kamu harus belajar menerima takdir dan mengikhlaskan apa yang sudah terjadi. Lagipula, kakak hanya 4 tahun saja berkuliah di sana. Dan setelah lulus, kakak janji akan langsung menemuimu, " seru Rito kepada adiknya.
Kazuya Reina menatap serius manik-manik mata kakaknya, "Janji ya kak. Kakak gak bohong kan? Kakak bakal langsung pulang saat sudah lulus kuliah???" tanya gadis itu yang masih belum percaya perkataan kakaknya.
"Iya, Reina."
Tak lama setelah kematian dan kepergian ibu mereka. Rito, yang sudah lulus pendidikan SMA lebih memilih untuk melanjutkan pendidikannya, untuk kuliah di luar negeri selama 4 tahun.
Sedangkan, Reina. Mau tak mau ia harus mau menerima kenyataan tinggal berdua dengan ayahnya saja tanpa ditemani sesosok ibu. Tapi, lama kelamaan, Reina sepertinya mulai terbiasa tinggal berdua bersama ayahnya, bahkan saat ini ia lebih terlihat mandiri dibanding dirinya di masa lalu saat itu. Di sekolah pun ia dijuluki sebagai murid atau siswa terpintar, dikarenakan nilainya yang selalu di atas rata-rata.
-o0o-
Pada suatu malam. Reina dan ayahnya sedang duduk di meja makan, menyantapi hidangan makan malam.
Setelah selesai makan, Reina mencuci piring yang tadi ia pakai, dan membereskan sisa-sisa makanan yang masih tersisa di atas meja makan.
Baru saja, Reina berniat untuk pergi ke kamarnya saat semuanya sudah rapih. Namun, langkahnya terpaksa berhenti saat ayahnya memanggil namanya dan menyuruhnya untuk duduk di sofa terlebih dulu.
"Rei, Ayah bisa bicara sebentar?" panggil Ayah Andri tiba-tiba kepada anaknya yang baru aja ingin berjalan menuju kamarnya. Reina yang merasa terpanggil namanya pun, menoleh ke belakang menatap ayahnya.
"Memangnya, apa yang ingin ayah bicarakan?" tanya gadis itu kepada ayahnya
Kazuya Andri mengetuk-ngetuk jari tangannya ke meja makan, "Jadi begini, ayah berpikir kita hanya tinggal bertiga selama ini, dan tidak ada yang mengurus Rei, Ayah, maupun Kak Rito, bukan?" ujar Ayah Andri.
Reina menaikkan sebelah alisnya tak mengerti, "Lantas, memangnya kenapa ayah?" tanya gadis itu yang sama sekali tidak mengerti maksud dari perkataan ayahnya.
Kazuya Andri terdiam sejenak, ia menghembuskan nafasnya kasar kemudian kembali menatap anak gadisnya itu, "Ayah mungkin, berniat ingin menikah lagi, Rei, " jelas Ayah Andri kepada Reina.
Mendengar itu, mulut Reina bungkam seketika. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Rasanya, hatinya benar-benar tidak mau ada yang menggantikan sosok ibunya yang sudah meninggalkannya 4 tahun yang lalu dengan sosok wanita lain.
Kazuya Andri mengerti kenapa anaknya berekspresi seperti itu, "Ini semua demi, kebaikan kita semua Reina. Lagipula, sebentar lagi, kakakmu Rito akan sampai dan Rito akan mengurus perusahaan ayah dan Rei, pasti membutuhkan seorang ibu bukan?" tanya Ayah Andri.
Reina mengagaruk-garuk tengkuk lehernya yang sebenarnya tidak gatal, "Em, apa tidak terlalu cepat untuk ayah menikah lagi?" ucap gadis itu sambil menatap ayahnya.
"Cepat? Reina, sudah 4 tahun kematian ibumu. Jadi, ayah rasa sudah wajar bagi ayah untuk menikah lagi, supaya kamu bisa memiliki sosok ibu lagi, " jelas Ayahnya.
Reina tampak diam tak bergeming sama sekali. Ia benar-benar bingung apa kata-kata yang harus ia jawab untuk membalas perkataan ayahnya. Ia sangat amat mencintai ibunya, bahkan hatinya tak mau dan tak ingin ada yang menggantikan sosok ibu tercintanya. Namun, ia juga tidak ingin terlihat egois di depan ayahnya. Ia mengerti, pasti selama ini ayah kesepian karena tidak ada yang mengurusnya setelah sepulang kerja. Dan pada akhirnya, Reina memikirkan kembali, kata-kata apa yang ia pantas untuk menjawab pertanyaan ayahnya tadi.
"Tapi, bagaimana dengan pendapat kakak? Apa ayah sendiri sudah membicarakan perihal ini berdua dengan kakak?"
"Tenang saja, saat kakakmu pulang nanti juga ayah akan membicarakan perihal ini berdua dengannya, " jawab Ayah Andri.
Reina hanya bisa ber-oh ria, "Oh, baiklah kalau begitu. Rei, ingin pergi tidur terlebih dulu ya yah. Selamat malam ayah, " ujarnya sambil melangkah pergi menuju kamarnya, dikarenakan hari yang sudah sangat larut.
Kazuya Andri paham apa yang dirasakan anaknya saat ia berbicara tiba-tiba seperti itu, "Baiklah, selamat malam juga Reina."
-o0o-
Beberapa hari kemudian, Reina bersama dengan ayahnya sudah berada di bandara untuk menyambut kepulangan kakaknya, Rito. Setelah cukup lama menunggu, pandangan mereka mendapati Rito yang melambaikan tangannya ke arah mereka dari jauh. Dan tentunya, lambaian tangannya itu di balas oleh Reina dengan senyuman yang merekah lebar.
Reina tersenyum, lalu menunjuk ke suatu arah kepada ayahnya, "Itu kakak yah...." tunjuk gadis itu.
"Sepertinya begitu, " balas Ayah Andri saat melihat seorang remaja laki-laki yang bertubuh lumayan tinggi dengan sebuah koper yang ia seret di belakangnya.
Reina tersenyum, ia berteriak, "Kakak... Kakak. Aku disini...." teriaknya
Rito menoleh ke arah sumber suara dan ia mendapati seorang gadis remaja yang sangat cantik itu tengah melambai-lambaikan tangannya kepadanya "Reina.... Aku kembali!!!!" serunya berteriak kembali.
Rito berlari ke arah Ayah dan adiknya berada, dengan satu buah koper di sampingnya. Terlihat jelas dari ekspresi wajahnya yang terlihat begitu bahagia saat melihat wajah ayah dan adiknya lagi, selama 4 tahun ia berkuliah di negar yang berbeda.
Reina tersenyum saat melihat kehadiran kakaknya di hadapannya lagi, "Okaeri... Oni-chan, " ujar gadis itu ramah (Selamat datang kembali, kakak)
"Selamat datang kembali, Rito, " lanjut Ayah Andri memberi smambutan kepada anaknya yang laki-laki yang baru aja lulus dari pendidikan kuliahnya.
Rito mengangguk, kemudian mengukir senyuman kecil di wajahnya, "Hm, Tadaima." (Aku pulang/Aku kembali lagi)
"Baiklah, kalau begitu mari kita pulang ke rumah lagi Reina, Rito, " ajak Ayah Andri kepada kedua anaknya.
Reina dan Rito saling menoleh, mereka mengangguk mengerti, "Wakarimashta" (Aku mengerti)
Akhirnya, mereka pun pergi kembali menuju rumah. Dan sesampainya di rumah yang sudah lama ia tidak tinggal disitu, Rito langsung pergi menuju kamar tidurnya. Setelah itu, ia membersihkan tubuhnya (mandi) dan membereskan barang-barang yang masih di dalam koper. Ia benar-benar lelah karena perjalanan tadi.
Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya, sehingga membuatnya menoleh ke arah sumber suara seketika.
Tok... Tok.. Tok
"Kakak...." panggil seorang gadis dari balik pintu kamarnya.
Kazuya Rito menoleh ke arah sumber suara tersebut, ia tau siapa yang sedanga ad di balik pintu kamarnya sekarang. "Iya, silakan masuk Reina. Pintunya tidak dikunci kok, " ujarnya dengan kedua tangan yang sibuk membereskan barang-barangnya dari koper ke dalam lemarinya.
Cklek...
Tampak seorang gadis cantik nan lucu tengah berdiri di balik pintu, sambil tersenyum manis ke arahnya. Reina masuk ke dalam kamar kakaknya, lalu menutup pintu kamarnya.
Reina berjalan mendekat ke arah kakaknya yang terlihat sedang membereskan barang-barang dan pakaiannya dari koper ke lemari, sambil terus memperlihatkan senyumannya yang sangat merekah bahagia. Ia benar-benar rindu dengan kakaknya yang selama 4 tahun, meninggalkannya demi melanjutkan pendidikannya untuk kuliah di luar negeri.
Rito menoleh ke arah adiknya, kemudian tersenyum. "Bagaimana, keadaanmu selama aku tidak berada di sini Reina?" tanya Rito kepada adiknya.
Reina membalas senyuman kakaknya, kalu menjawab, "Selama ini aku baik-baik saja, kakak sendiri bagaimana? " tanyanya balik.
Rito mengudap-usap dadanya, "Syukurlah kalau begitu. Kakak sendiri baik-baik saja, sepertinya kamu sudah tumbuh menjadi gadis remaja dan cantik ya?" goda Rito kepada adiknya.
Reina,yang mendengar pujian dari kakaknya yang baru pulang selama 4 tahun tidak bertemu dengannya pun, merasa kaku dan seperti sangat asing baginya. "M-makasih kak. Kakak juga terlihat lebih dewasa dan tampan, " ujar Reina yang sedikit tersipu saat mendengar pujian dari kakaknya.
Rito terkekeh geli, saat melihat ekspresi adiknya. Ia tau bahwa adiknya sepertinya agak kaku saat berbicara dengannya kembali, ia juga sama seperti Reina. Sudah lama sekali menurutnya ia tidak berbicara normal seperti ini kepada adiknya, selama 4 tahun ia berkuliah di luar negeri.
"Haha... Terimakasih Reina. Ayah sendiri bagaimana kabarnya, selama aku pergi berkuliah?" ucap Rito menanyai kebara ayahnya kepada Reina.
Reina memiringkan kepalanya, pandangannya menyorot ke arah lantai, "Ayah baik-baik saja. Hanya saja—"
"Hanya saja, kenapa?" tanya Rito yang penasaran dengan lanjutan kalimat ucapan Reina.
"A... Ay... Ayah, akan menikah lagi...." ujar Reina yang sedikit gugup.
Rito terbelalak kaget, saat mendengar ucapan adiknya bahwa ayahnya akan menikah lagi. "APA?! Kenapa aku tidak tahu hal itu? Dan kenapa ayah tidak memberitahuku?!" tanyanya heran.
Reina mengedikkan bahunya, "Entah, aku sendiri tidak tahu kenapa ayah tidak memberitahu kakak. Tapi, beberapa hari yang lalu, ayah bilang akan memberitahu perihal ini kepada kakak, saat kakak sudah kembali pulang."
Rito menghembuskan nafasnya kasar, lalu kembali menatap adiknya, "Haa.. Baiklah. Sepertinya aku mengerti kenapa ayah ingin menikah lagi. Lalu, Reina sendiri apakah setuju jika ayah menikah lagi?" tanyanya kepada seorang gadis remaja di hadapannya ini.
Reina menggaguk lalu memperlihatkan senyumannya kepada kakaknya, "Iya, aku setuju kak....Mungkin saja, ayah butuh sosok istri baru untuk mengurusnya, membuatkannya sarapan, menyambutnya ketika pulang kerja. Karena kurang lebih sudah 4 tahun kematian ibu, bukan?" ujarnya dengan wajah yang masih tersenyum.
Rito tersenyum bahagia saat mendengarnya, "Benar, baiklah. Kalau begitu, kakak ingin menemui ayah dulu, " ucap Rito sambil berdiri bangkit dari posisi duduknya dan melenggang pergi menuju tempat ayahnya berada.
Reina menatap punggung kakaknya yang perlahan menghilang dari pandangannya "Iya, " jawabnya dengan kedua tangan yang ia kaitkan di belakang punggungnya.
BERSAMBUNG EPISODE 2.....