Chereads / The Secret Angel / Chapter 2 - BAB 2 SAHABAT SEJATI

Chapter 2 - BAB 2 SAHABAT SEJATI

Masih Flashback 4 bulan yang lalu

***

Di perpustakaan

"Lama sekali kamu Xena. Baru dari mana?" Tanya Dara sambil memilih buku yang akan ia pinjam.

"Aku tadi di belakang kalian, membenahi tali sepatu aku yang lepas. Tapi tiba-tiba ada pria aneh yang menabrakku dari depan." Jawab Xena kesal.

"Kamu mengenalnya Xena?" Tanya Ana.

"Tidak, aku belum pernah melihat pria itu di sekolah kita."

"Tunggu-tunggu, jangan-jangan itu Jackson putra pertama dari pak Jackob Martinez pemilik yayasan sekolah kita." Ujar Ana meyakinkan.

"Entahlah, lagian kau selalu saja mengada-ada Ana." Kata Xena meledek. Ana cengengesan mendengar perkataan Xena.

Mereka ber-tiga memilih buku yang akan mereka pinjam. Sampai ketika Xena telah menemukan buku yang akan ia pinjam. Ia mengambil buku itu, tetapi seseorang juga akan mengambilnya hingga tangan mereka saling bersentuhan. "Eh, maaf." Kata pria itu yang ternyata juga akan meminjam buku yang sama dengan Xena.

"Oh iya tidak apa-apa. Buku ini kamu ambil saja." Jawab Xena, lalu ia berpaling membelakangi dan akan memilih buku yang lain lagi.

"Tunggu." Panggil pria itu. Xena pun menoleh ke arah pria itu. "Ada apa?" Tanya Xena.

"Perkenalkan nama aku Jenno." Kata pria itu memperkenalkan dirinya kepada Xena tiba-tiba dan mengulurkan tangannya.

"Oh. Nama ku Xena." Balas Xena tersenyum dan membalas uluran tangan Jenno.

"Bolehkan aku bertanya?" Tanya Jenno. Xena menganggukkan kepalanya menandakan iya.

"Sebelum nya apakah kita pernah bertemu disuatu tempat? Entah kenapa aku ketika melihatmu terasa tidak asing." Tanya Jenno lagi. "Entah lah aku juga tidak ingat. Btw, aku dengar kau pindahan dari LA ya?" Tanya Xena kembali.

"Iya. Memang kenapa?"

"Tidak hanya tanya saja. Aku juga murid pindahan dari LA." Jawab Xena

"Wah, benarkah?" Xena menganggukkan kepalanya meyakinkan Jenno.

"Mungkin kita pernah bertemu saat di LA." Lanjut Jenno. Xena hanya menjawab Jenno dengan mengangkat kedua bahunya dan tersenyum.

"Buku ini kamu ambil saja, mungkin kamu lebih membutuhkannya." Ucap Jenno. Xena mengambil buku itu dari tangan Jenno. "Thank you, kalau begitu aku duluan ya?" Pamit Xena. Jenno menganggukkan kepalanya dan mengembangkan senyum di bibirnya.

"Wanita yang unik." Gumam Jenno.

Xena menghampiri kedua temannya yang telah selesai meminjam buku dan duduk dibangku menunggu Xena. "Kau lama sekali memilih bukunya?" Tanya Dara.

"Barusan aku bertemu dengan Jenno, tanpa disengaja ia juga akan mengambil buku yang sama denganku. Tetapi ia menyerahkan buku itu padaku." Jawab Xena, ia berjalan kearah penjaga perpustakaan.

"What? Xena, kau barusan bilang berbicara dengan si Jenno pria tampan itu?" Tanya Ana terkejut.

Xena telah selesai melaporkan buku yang akan ia pinjam kepada penjaga perpustakaan. Ia duduk di bangku tempat kedua temannya duduk dan menjawab pertanyaa Ana. "Iya, kenapa kau seterkejut itu? Bagi ku itu biasa saja." Jawab Xena tidak peduli yang telah terjadi padanya barusan.

Ana memanyunkan bibirnya dan membulatkan matanya mendengar jawaban Xena.

"Xena, setelah ini kau mau kemana?" Tanya Dara.

"Mau pulang, aku lelah." Jawab Xena

"Btw, kita kan ada tugas dari Mrs.Sophia. Bagaiman kalau kita kerjakan bersama saja?" Saran Dara.

"Okelah terserah kalian, tapi aku lelah."

"Dirumah mu aja Xena." Sahut Ana.

"Oke, tapi kalian pulang dulu saja. Jika kalian langsung pergi ke rumahku takutnya kalian dicari orang tua kalian."

"Oke, tapi bagaimana dengan Elsy?" Tanya Dara.

"Nanti aku akan mengabari dia." Jawab Xena.

"Jangan lupa share lokasi ya Xena,  kita belum tahu rumahmu." Kata Dara, "Iya."

***

Hari sudah mulai sore. Xena duduk di teras depan rumahnya, menunggu ketiga sahabatnya. Ia sangat bahagia memiliki tiga sahabat yang senantiasa menemaninya baik suka maupun duka.

Xena berharap persahabatan yang telah mereka bangun bisa langgeng sampai tua dan akan terus begini, tidak ada pertengkaran apapun. Ketika ia merasa sedih dengan semua yang terjadi disekolahnya, semua ejekan,cacian dan hinaan hilang seketika, ketika ia sudah bersama sahabatnya.

Xena sedang membaca buku yang telah ia pinjam di perpustakaan 2 jam yang lalu. Sambil memandangi Mamanya yang sedang sibuk menyirami bunga kesukaannya di taman depan rumahnya.

"Teman mu jadi datangkan Xena?" Tanya Mama Xena. "Iya ma, mereka sedang dalam perjalanan. Mungkin sebentar lagi juga datang." Jawab Xena dengan riang.

"Kamu tampaknya sangat bahagia Xena?" Tanya Katterine Mama Xena. Ia telah selesai menyirami bungan dan menghampiri Xena.

"Iya ma. Aku sangat senang sekali, sekarang aku memiliki sahabat yang selalu ada disaat aku senang ataupun sedih." Jawab Xena dengan nada riang.

"Syukurlah Xena, kamu telah kembali seperti Xena yang mama kenal dulu." Kata Katterine sambil memeluk Xena.

"Jangan terlalu terpuruk lagi dengan kepergian kakakmu dan kakek nenekmu, itu bukan sepenuhnya kesalahanmu." Ujar Katterine. Xena hanya membalasnya dengan tersenyum.

"Kamu tunggu teman mu didalam saja Xena!" Perintah Katterine, Xena mengangguk dan berajalan menuju kedalam rumah.

"Xena..." Panggil ketiga temannya yang telah tiba didepan gerbang rumahnya.

"Hei." Jawab Xena. "Ma, teman aku sudah datang."

"Iya, Mama ke dapur dulu mengambil minuman dan camilan."

Xena menghampiri ketiga sahabatnya, mereka berpelukan bahagia.

"Xena...Rumah kamu ternyata bagus sekali, kau tidak pernah bilang kepada kami kalau kau dari keluarga kaya raya." Kata Elsy takjub dengan rumah Xena yang memang mewah. Xena hanya tersenyum mendengar pujian dari Elsy.

Xena memang terlahir dari keluarga kaya. Papanya memiliki perusahaan yang sangat terkenal di Amerika dibidang konstruksi dan pertelevisian. Bahkan pernah dijuluki keluarga terkaya nomer 2 setelah Jeff Besoz dengan kekayaan senilai  USD.111 atau senilai dengan 1.642 miliar. Namun, keluarganya mengajarkan agar tidak sombong kepada orang lain. Bahkan, penampilannya terlihat sederhana dari luar dan sedikitpun tidak terlihat bahwa ia dari keluarga kaya. Namun dibalik semua itu, banyak sekali masalah dan masa lalu kelam yang terjadi di keluarga Xena.

"Silahkan kalian masuk!" Perintah Xena. Mereka berjalan masuk menuju ruang tamu.

"Bagaiman kalau kita mengerjakannya di taman belakang atau di kamar ku saja?" Saran Xena.

"Oke, di taman saja Xena. Sepertinya lebih asyik." Jawab Dara.

Mereka ber-empat pun menuju ke taman belakang. Sahabat Xena tidak henti-hentinya melihat pemandangan arsitektur rumahnya yang sangat indah dan menakjubkan.

Sesampainya di taman mereka merunding kan tugas dari sekolah. Dan juga tidak lupa canda tawa tetap mengiringi kebersamaan mereka.

Dari pintu dapur jalan menuju taman,  terdapat Katterine yang melihat kebersamaan mereka. Katterine sangat bajagia melihat anaknya tersenyum kembali dan tidak terpuruk lagi. Ia menghampiri Xena dan ke-tiga temannya untuk memberikan minuman dan camilan yang telah ia bawa. "Hai anak-anak, ini tante bawakan camilan untuk kalian." Sapa Katterine.

"Eh, tante. Salam kenal tante, namaku Ana." Sapa Ana memperkenalkan dirinya. Begitu juga Dara dan Elsy memperkenalkan dirinya kepada Katterine.

"Iya. Ya sudah tante pergi dulu, kalian lanjutin tugas kalian." Katterine pun pergi meninggalkan Xena dan teman-temannya.

Entah kenapa hari ini Xena tampak sangat bahagia hanya karena kerbersamaannya dengan sahabatnya. Mungkin orang lain bisa tersenyum bahagia jika ia bersama dengan kekasihnya. Lain lagi dengan Xena, baginya hanya berkumpul dengan sahabatnya ia bisa tertawa bahagia.

Sudah satu tahun lebih semenjak insiden itu. Ia tidak memiliki teman, karena banyak orang yang menyalahkannya atas kejadian yang menimpanya dan kakaknya beserta kakek neneknya. Semua orang menjauhinya, menganggap bahwa ia lah pelakunya. Bahkan ia juga menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian itu, walaupun sebenarnya bukan sepenuhnya kesalahannya.

Xena menggelengkan kepalanya,  mencoba mengenyahkan pikirannya dari kenangan buruk itu. Ia harus bisa melupakan masa lalunya yang kelam itu untuk bisa melanjutkan hidupnya. Bukan malah membuatnya terjebak, sehingga menenggelamkan dirinya kedalam keterpurukan yang terdalam.

Xena tersenyum bahagia melihat betapa ke-tiga sahabatnya begitu menyayanginya dan peduli dengannya, walaupun ia dalam keadaan terpuruk sekalipun. Dara, Ana dan Elsy tidak pernah meninggalkan Xena, malah ia selalu menyemangati Xena untuk bangkit kembali. Ia juga sengaja tidak memberi tahukan kepada sahabatnya bahwa ia dari keluarga kaya, ia hanya ingin melihat seberapa tulus mereka kepadanya. Bukan karena materi yang dimiliki keluarganya.

Ia ingin waktu berhentu sejenak, menikmati betapa bahagianya kebersamaan bersama ke-tiga sahabatnya. Melupakan sejenak segala masalah yang telah ia alami dan terjadi padanya di masa lalu.

Saat ini yang Xena pikirkan adalah ia tidak ingin kehilangan sahabatnya, yang ia inginkan hanya tetap bisa bersama ke-tiga sahabatnya orang yang ia sayangi. Ia tau bahwa ia egois, apapun akan ia lakukan agar tetap bisa bersama dengan sahabatnya. Ia tidak ingin kehilangan sahabatnya untuk ke-dua kalinya.