Chereads / Rumah Lama / Chapter 2 - Bibliotek

Chapter 2 - Bibliotek

Pukul 5 pagi telah berlalu dengan berbagai kesibukkan yang dijalani oleh perempuan 25 tahun itu. Tangannya dengan cekatan memasukkan makanan ke dalam kotak bekal dan beberapa camilan ringan yang bisa dinikmati setelah mengunjungi perpustakaan.

Malam itu Karina menelpon Anna bila mereka akan pergi bertiga bersama Nathan, setelah Karina menyelesaikan urusannya di perpustakaan. Mereka berencana mengajak Anna ke taman kota. Karina begitu menyukai bunga Kamelia yang dirawat dengan khusus sejak taman itu berdiri. Oleh karenanya Karina begitu antusias ke taman kota, sebab bunga sedang bermekaran di sana.

" Aku merasa jika hari ini akan banyak hal yang mengejutkan. Sebaiknya aku membawa beberapa obat pribadi dan juga lotion serangga." Ujar Anna seraya membuka tirai jendela.

Sinar matahari menyeruak masuk menerangi setiap sudut ruangan. Angin segar menjadi hal yang begitu Anna syukuri karena dia bisa menikmati pagi ini dengan hangatnya sinar matahari.

" Genzi aku harap kau bisa merasakan nikmatnya sinar matahari pagi ini." Gumam Anna saat menyiram pot bunga yang dirawatnya sejak lama dengan air.

Setelah perempuan itu bersiap dengan barang bawaannya. Dia melihat ke arah figura yang di pajang di atas meja. Foto keluarga yang selama ini Anna simpan dan rawat dengan baik. Tangannya mengelus sosok anak berumur 7 tahun dengan senyum manis dan pipi tembam yang semakin memperkuat wajah polos adik Anna yaitu Genzi.

Suara klakson mobil mulai terdengar, setelahnya ketukan pintu dengan ritme yang sama membuat perhatiannya tersadar. Tangan Anna membuka kenop pintu dan melihat tampang gadis dengan rambut kepang satu dibelakang.

" Ayo Mba Ann! Kita berangkat!" Ujar Karina seraya menarik tangan Anna.

Terbesit di pikiran Anna jika saat ini dia seperti merasakan kenangan lama yang hangat, tetapi sudah menghilang begitu lamanya. Apakah hubungan yang tercipta ini akan selamanya bertahan?

" Iya tunggu sebentar." Ujar Anna seraya mengambil barang bawaannya.

Mereka pun pergi menuju ke perpustakaan pusat kota. Karina mencoba mencairkan suasana yang cukup canggung selama perjalanan. Namun keduanya tidak menyambut baik niat baik Karina. Sehingga ketenangan yang membosankan bagi remaja seperti Karina membuat moodnya jadi memburuk.

" Bibliotek sepertinya memiliki referensi lengkap untuk buku novel karya Hurell. Bukankah kau begitu menyukai buku fantasi Karin?" tanya Nathan setelah melihat wajah jutek adiknya.

" Aku tidak mengerti maksudmu kak. Bisa ulangi dengan lebih sederhana lagi, pada adikmu yang cukup merepotkan ini?" Sarkas Karina seraya melihat raut wajah kakaknya dibalik spion utama.

Anna tersenyum melihat pertengkaran kedua kakak beradik itu. Dia merasakan desiran aneh yang cukup menggerakkan hatinya untuk ikut dalam pembicaraan.

" Bibliotek itu perpustakaan atau taman pustaka. Itu seperti sinonimnya dari perpustakaan. Mba punya buku edisi pertama hingga edisi terakhir karangan Hurell. Kalau Karin mau, Mba bisa pinjamkan." Ujar Anna seraya tersenyum. Wajah Karin berbinar begitu mendengar bahwa ada penggemar novel kegemarannya juga.

Sedangkan Nathan hanya berdeham dan sesekali melirik ke arah dua perempuan yang larut pada pembicaraan. Kenapa perempuan langsung begitu akrab, jika berbicara mengenai kegemaran mereka. Sepertinya Anna mulai banyak berbicara dan terbuka pada Karin. Baguslah jika Anna bisa memiliki kepercayaan pada orang selain dirinya. Nathan berharap waktunya saat ini bisa dia pergunakan dengan baik untuk pemulihan Anna.

" Mba dulu punya adik juga ya?" tanya Karina seraya melihat buku jurnal milik Anna yang sengaja dilihatnya.

" Iya namanya Genzi. Mungkin dia seumuran denganmu sekarang." ujar Anna seraya tersenyum pahit. Karina melihat buku jurnal milik Anna yang menguning. Sepertinya buku ini sudah lama. Padahal Karina hanya merapihkan tas Anna yang ditaruh di sampingnya. Karena hampir terjatuh saat mobil di depan mereka tiba-tiba rem mendadak.

" Karin jangan sembarangan membuka tas milik orang lain." Peringat Nathan seraya melirik Karin yang masih penasaran dengan isi tas Anna.

" Maaf Mba Ann, Karin sudah lancang. Tapi kalau tahu mba Ann punya adik, tadi kenapa tidak mengajaknya sekalian?" Tanya Karin setengah menyesal.

Karin berpikir jika ada anak seumurannya di sini mungkin dia tidak akan kebosanan bersama dua orang dewasa.

" Adik mba menghilang semenjak mba berumur 10 tahun. Sampai sekarang mba belum mengetahui penyebabnya. Oleh karena itu besok malam minggu, mba ingin pergi ke rumah lama mba di Guador dan mulai mencari petunjuk di sana. Mungkin mba bisa mendapat beberapa ingatan mba yang hilang di sana." Jelas Anna panjang lebar seraya melihat lampu merah.

" Oalah, begitu ya mba. Kelihatannya pasti ga mudah tapi disamping itu juga pasti seru. Tapi sayang, sepertinya Karin akan sulit mendapat izin untuk menemani mba, bukan begitu kak?" ujar Karin yang membuat Nathan menghela napas.

" Tidak begitu Karin. Justru kakak sebelumnya ingin mengajak kamu untuk ikut dalam perjalanan ini. Jika kamu mau, kita bisa membantu seraya membersihkan rumah lama Karin. Tapi jika kamu menuruti aturan yang kakak berikan." Ujar Nathan tegas seraya memasukki area perpustakaan.

Karina memberengut kesal pada kakaknya yang terlalu terpaku pada aturan. Sedangkan Mba Anna memiliki kebebasan dan sikap yang lebih fleksibel dibanding kakaknya. Oleh karenanya dia sudah mulai malas menuruti segala aturan itu.

" Iya kakak..." Jawab Karina malas.

" Oh iya, kau mau masuk ke perpustakaan juga Anna?" Tanya Nathan setelah melihat Karina yang sudah pergi ke perpustakaan lebih dulu.

" Boleh, sudah lama aku tidak ke sini." Ujar Anna seraya mengatur mode senyap di ponselnya.

Mereka memasukki wilayah sentral perpustakaan. Nathan mengamati beberapa penjuru perpustakaan, tapi tidak menemukan keberadaan adiknya. Setelahnya dia kehilangan sosok Anna.

" Haduh.." Ujar Nathan seraya menghembuskan napas berat. Akhirnya Nathan memilih untuk mengelilingi perpustakaan.

***

Derap langkah kaki yang menjadi fokus perempuan itu membuat orang disekitarnya secara tidak langsung memperhatikan Anna. Penyebabnya adalah suara familier yang tertangkap indra pendengar Anna. Cukup membuat hati dan pikiran Anna terganggu seraya menghampiri sumber suara itu berasal.

Seorang pemuda yang berumur 17 tahun tengah berdiri memegang buku seraya sesekali menimpali kata-kata gadis di hadapannya. Gadis itu adalah Karina.

" Karina, siapa laki-laki ini?" Tanya Anna yang membuat Karina gugup dan terkejut bersamaan.

" Di.. di.. a..Enzo.. mba Ann." Ujar Karina gelagapan karena aura wajah Anna sangat berbeda dari sebelumnya. Dan itu membuat Karina tidak berani menatap mata Anna.

" Enzo? Kamu Genzi bukan?" Ujar Anna seraya mengepalkan tangannya berusaha menahan emosi kesedihan yang mulai meluap.

Pemuda yang bernama Enzo itu hanya mengernyitkan dahinya dan menatap Anna dengan binggung. Beberapa kali dia melirik Karina yang ketakutan. "Apakah wanita ini kakaknya Karina?" Pikir Enzo seraya mencerna perkataan yang keluar dari mulut wanita yang menghampirinya secara tiba-tiba.

Hati pemuda itu merasakan hal aneh yang tidak bisa dijelaskan. Sehingga dia terus menatap wanita yang menyebut "Genzi" itu pada dirinya.

" Maaf tapi sebelumnya. Apa Anda mengenal saya?" Ujar Enzo yang membuat Anna terguncang.