Di tengah suasana hati yang sedang gembira, ia mendengar suara ponsel yang tidak henti-hentinya berbunyi. Wanita itu menoleh ke sana-kemari untuk mencari asal suara itu.
"Bukan ponselku, lalu ...." Senejak ia berpikir, kemudian dia menyadari bahwa itu pasti ponsel milik Rery.
Dengan cepat Grizelle segera keluar kamar dan mencari di mana Rery menyimpan ponselnya. Dia melihat ponsel milik idolanya berada di samping tubuhnya karena jatuh dari kantung depan hoodie yang Rery kenakan.
"Maafkan ketidak sopananku, oke?" bisik Grizelle. Meski tahu Rery tidak mendengarnya, tetapi wanita itu tetap meminta izin sang idola sebelum membuka ponselnya.
"Kakak." Nama itu tertulis di layar ponsel milik Rery.
Karena harus membuka kunci terlebih dahulu, Grizelle pun mencoba membukanya menggunakan sidik jari sang idola.
'Wah, aku punya kesempatan untuk menyentuh tangan idola.' Dalam hati, Grizelle begitu senang. Bahkan wajahnya yang dihiasi senyuman sudah tampak seperti orang bodoh.
Setelah ponsel terbuka, dia segera menjawab panggilan yang bukan untuknya.
"Halo? Di mana kamu? Kenapa kamu belum sampai apartemen? Kami—."
"Umm ... anu ... maaf—."
"Halo? Siapa ini? Kenapa wanita?"
"Ada apa? Siapa?" Suara lain terdengar di samping suara utama yang menelepon.
Dengan singkat Grizelle memperkenalkan diri dan menjelaskan situasi sebenarnya. Orang yang meneleponnya pun meminta tolong pada wanita itu untuk menjaga Rery sementara, karena mereka akan segera pergi menuju apartemen Grizelle.
Ponsel ia letakkan di meja, tubuh rampingnya pun segera menempati sofa kecil yang kosong. Matanya tidak henti-henti menatap sang idola. Rasa bahagia yang tidak tergambarkan membuat wanita itu tersenyum tanpa sebab.
***
Suara ketukan pintu merambat masuk ke telinga Grizelle. Ia segera berjalan mendekat dan membuka daun pintu berwarna pastel.
Dua orang pria asing berdiri tepat di hadapannya. Belum sampai bertanya, mereka sudah menjelaskan terlebih dahulu bahwa mereka adalah asisten serta manager Rery. Dengan penuh rasa hormat, Grizelle mempersilakan mereka masuk.
Karena di apartemen kecil Grizelle hanya ada sofa panjang yang digunakan Rery tidur dan satu sofa kecil di sampingnya, akhirnya hanya manager saja yang duduk, sedangkan dia dan si asisten memilih untuk berdiri.
Manager itu menjelaskan bahwa saat ini Rery sedang pemulihan karena cidera yang ada di tangan kirinya.
"Mohon untuk Nona Grizelle merahasiakan hal ini ya? Dan juga untuk satu bulan ini kalian akan menjadi tetangga," ujar sang manajer di akhir pembicaraan.
"Tentu, saya tidak akan mengatakan apapun. Tapi ... tu-tunggu dulu. Tetangga?" Grizelle merasa penasaran, dia tidak ingin salah dengar, tetapi tidak mungkin idola terkenal akan tinggal di tempat kecil seperti ini.
"Benar. Mulai hari ini Rery akan tinggal di sebelah. Mohon bantuannya ya." Senyum profesional keluar dari bibir manajer itu. Mereka tidak ingin terlalu mencolok dengan membawa sang idola ke tempat mewah atau sejenisnya. Itu sebabnya mereka membawa Rery ke tempat ini. Grizelle yang masih tidak percaya dengan semua itu hanya dapat tersenyum kaku.
Kini manager dan asisten membawa Rery yang masih tertidur kembali ke apartemen sebelah. Sedangkan Grizelle masih duduk dipenuhi rasa tidak percaya akan apa yang terjadi. Namun, di balik semua itu, dia merasa senang karena akan hidup berdampingan selama sebulan bersama dengan sang idola.
***
"Kak, di mana aku?" tanya Rery yang sudah terbangun. Manager yang berada di sampingnya pun merasa bersyukur, dia juga menjelaskan bahwa Rery berada di apartemennya dan sudah tertidur selama enam jam.
"A-apa? Enam jam?" Rery terkejut. Dia memegangi kepalanya yang sakit karena terlalu lama tidur. "Ini pasti ulah gadis itu. Di mana dia?" tanya Rery dengan kesal. Dia segera bangkit dari duduknya dan menoleh ke setiap sudut ruangan.
"Hei-hei! Tenanglah, ini hanya kesalahpahaman." Manager menarik tangan Rery dan memintanya duduk. "Kamu masuk ke rumah yang salah, dia pikir kamu penjahat dengan tampilanmu seperti tadi. Setelah itu dia memberimu obat tidur dan berencana menangkapmu," imbuh manager. Mendengar hal itu, Rery menyadari kesalahannya, tetapi rasa kesal karena diberi obat tidur masih ada di dalam hatinya.
Kini manager meminta Rery untuk menjaga dirinya dan menikmati liburan yang diberikan perusahaan. Dia juga berpesan agar identitas Rery jangan sampai tersebar karena selama tinggal di apartemen ini, keselamatannya menjadi tanggung jawabnya sendiri.
"Kak, apa aku benar-benar akan tinggal sendiri di sini? Kakak akan meninggalkanku?" Wajahnya tampak murung. Meski hanya manager, tetapi Rery menganggapnya sebagai kakaknya sendiri.
"Sudahlah, kamu sudah dewasa. Kamu bisa menghubungiku kapan saja. Aku akan tetap memantau keadaanmu, oke?" Manager menepuk pundak Rery. Dia juga tersenyum hangat seolah mengatakan semua akan baik-baik saja.
"Oiya, jika kamu butuh bantuan, kamu bisa pergi menemui gadis itu. Dia sudah tahu identitasmu dan berjanji tidak akan membocorkannya," imbuh manager.
Mendengar hal itu suara Rery yang semula lirih kembali naik. Dia merasa emosinya tersulut saat membicarakan orang yang membiusnya. Namun, dia dipaksa tenang, karena managernya harus pergi sekarang juga.
Dengan terpaksa pria itu mengikhlaskan manager dan asistennya pergi. Kini hanya tinggal dia sendiri di apartemen kecil yang terlihat nyaman.
Tubuh yang masih bersandar di daun pintu mulai merosot. Kedua telapak tangannya memegang kepala, sesaat dia memejamkan mata dan mengembuskan napas panjang. Saat itu pula sorot matanya menatap sekitar dan meyakinkan bahwa dia bisa melewati semua ini.
Rery memang sedang diasingkan karena kesalahan yang dia perbuat. Istirahat karena cidera? Itu hanya salah satu alibi yang digunakan perusahaan agar tidak ada gosip buruk yang tersebar. Dengan berat hati, pria itu pun harus menerima hukuman ini sebagai tanggungjawab dari kesalahannya.
***
"Ah, sial. Kenapa minimarket saja tidak mau menerimaku? Terlalu tua? Apa mereka pikir gadis cantik seperti aku pantas disebut tua?" gerutu Grizelle sembari menaiki anak tangga apartemen.
Wanita itu baru saja melamar pekerjaan untuk menyambung hidupnya, tetapi lagi-lagi dia ditolak dengan alasan yang menurutnya sangat konyol. Bahkan pria tua yang menunggu minimarket justru menawarinya untuk menjadi istri muda. Mendengar hal itu Grizelle mengamuk dan memaki pria itu.
"Harusnya kamu sadar diri, sudah tua, pengangguran, masih menolak menjadi istriku." Grizelle mengikuti kata-kata yang diucapkan pria tua di minimarket. "Hah, begitu katanya? Awas saja jika aku menikah dengan pria muda kaya, akan kupamerkan di depan matanya," imbuhnya.
Grizelle melangkah menuju apartemen tanpa semangat. Jika orang melihat, dia pasti tampak seperti manusia yang tidak makan selama satu minggu. Rambutnya berantakan, tubuhnya membungkuk seperti setengah nyawanya sudah hilang.
Begitu tangannya memegang gagang pintu, suara pintu terbuka terdengar di telinganya. Namun, itu bukan suara pintunya, melainkan tetangga sebelah yang membuka bersamaan dengannya.
Grizelle menoleh menuju asal suara, saat pria yang keluar merupakan idolanya, wanita itu segera berdiri tegap dan merapikan rambut.
Baru saja ingin menyapa, tiba-tiba sang idola berbicara terlebih dahulu. "Hei! Gadis pembius!"