Saat ini Gina berada di supermarket, gadis itu sepertinya tengah kesusahan mengambil barang yang hendak ia beli di rak paling atas.
"Tinggi banget sih!" gerutunya sambil lompat-lompat. Menyerah untuk mengambil sendiri, gadis itu menoleh ke kiri dan ke kanan untuk meminta bantuan orang lain. Tapi sepertinya Supermarket ini sepi.
Gina menghela nafas pasrah, keinginannya untuk membeli barang itu pun pupus, alhasil ia harus membeli barang yang lain.
"Makanya jangan pendek!" ujar seseorang tiba-tiba dari belakang.
Gadis itu terkejut, dia berbalik badan dan mendapati seorang cowok jangkung dibelakangnya.
"Gerald? Kamu ngapain disini?" tanya Gina.
"Ini tempat umum," jawab Gerald acuh lalu mengambil barang yang Gina hendak ambil tadi kemudian menyodorkan pada gadis itu.
"Makasih Ger, jadi makin sayang deh!" Gina tersenyum sambil menatap Gerald yang menatapnya datar.
Cowok itu kemudian berlalu pergi sambil membawa barang yang ia beli ke kasir. Gina mengikuti Gerald dari belakang, sedari tadi gadis itu senyam-senyum tidak jelas sambil melihat punggung tegap Gerald.
Bahkan sampai keluar dari Supermarket pun Gina masih setia mengikuti Gerald dari belakang.
Merasa diikuti Gerald menghentikan langkahnya dan tiba-tiba Gadis mungil itu menabrak punggungnya.
"Aw!" pekiknya sambil memegang hidungnya.
Gerald mendengus lalu berbalik badan dan menatap gadis itu, "ngapain?" tanyanya.
Gina menyengir kuda, "anterin pulang dong," pintanya memasang wajah sok imut.
"Gak!" tolak Gerald lalu melanjutkan langkahnya ke parkiran.
"Ger ini udah malam loh, masa iya Lo tega sama gue," rengek Gina memegang ujung baju Gerald seperti anak kecil.
Cowok jangkung itu menatap Gina tajam, "Lo gak inget janji Lo?"
"Kapan-kapan aja janjinya, gue takut Ger pulang sendiri, nanti gue kenapa-kenapa gimana? Lo mau lihat pacar Lo yang syantik ini terlukah?" kata Gina lalu menyibak rambutnya kebelakang.
Bukannya tersentuh dengan kata-kata gadis itu Gerald malah menaiki motornya lalu menghidupkan mesin dan pergi meninggalkan gadis itu sendiri diparkiran.
"GERALD! SAYANG! KOK GUE DITINGGALIN SIH?!" teriak Gina, tak ada gunanya lagi karena cowok itu telah menghilangkan dari pandangannya.
Dengan terpaksa Gina pulang dengan berjalan kaki, tadinya ingin memesan gojek atau taksi, tapi gadis itu tidak membawa ponsel saat pergi ke supermarket. Benar-benar sial, umpatnya dalam hati.
Diperjalanan pulang Gina masih terlihat santai, tapi lama-kelamaan ia merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Masih berfikir positif Gina mencoba acuh, namun tak lama ada seseorang memegang pundaknya.
Saat itu tubuh Gina menegang, ia tidak bisa berkutik apa-apa, perlahan gadis itu menoleh kebelakang.
"Hai cantik!" sapa seorang cowok gondrong dengan tubuh yang dipenuhi oleh tato. Pasti orang ini preman, tebak Gina dalam hati.
"Sendiri aja cantik, mau Abang temenin gak!" coleknya pada dagu Gina.
Gina berusaha menghindar saat orang itu ingin memegang tangannya.
"Sombong amat sih, Lo!" bentaknya lalu menarik pergelangan tangan Gina erat.
"LEPAS GAK! ATAU GUE TERIAK!" ancam Gina tapi malah ditertawakan preman tersebut.
"Silahkan aja, tapi sayang, gak bakal ada yang denger teriakan Lo. Ini wilayah gue gak ada yang berani sama gue!" kata preman tersebut tersenyum simrk.
Gina semakin panik, gadis itu meronta-ronta untuk kabur, namun tenaganya tak sebesar tenaga preman tersebut.
"LEPASIN BANGSAT!"
Preman itu tidak mendengarkan umpatan-umpatan dari Gina, ia terus menarik gadis itu untuk membawanya pergi dan pastinya untuk dinikmati terlebih dahulu.
Gina menangis sambil meronta-ronta, kresek supermarket yang ia pegang entah jatuh kemana, yang pasti ia ingin melepaskan diri lalu melarikan diri sejauh mungkin.
'Tolonglah hamba mu ini Tuhan.' Sekuat apapun Gina berteriak, tidak ada satupun orang yang menolongnya karena daerah yang ia lewati ini sangatlah sepi.
Gina hanya bisa berharap semoga akan ada orang yang ditakdirkan untuk menyelamatkannya. Jika orang tersebut menyelamatkannya, ia akan sangat berterimakasih.
"LEPASIN CEWEK ITU!" suara berat milik seseorang telah menginterupsi pergerakan preman tersebut.
Gina menoleh kebelakang, ia mendapati seorang cowok tampan dan tinggi yang terlihat menahan emosinya.
Preman itu terkekeh, lalu tiba-tiba menjambak rambut Gina hingga gadis itu meringis kesakitan.
"Lo mau gue lepasin ini cewek? Jangan mimpi!"
Rahang Gerald mengeras, cowok itu lalu melangkah mendekati preman tersebut dan membogem wajahnya.
Bugh!
"BANGSAT!" umpat Gerald.
Gina telah terlepas, lalu berlari mendekati Gerald dan bersembunyi di belakang cowok itu dengan ketakutan.
"Lo gak papa?" tanya Gerald.
Gina mengangguk.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Gerald terus membantai preman brensek tersebut hingga tak berdaya.
"Sekali lagi Lo berbuat ulah didepan gue, MATI LO ANJENG!" kemudian Gerald menarik tangan Gina dan membawa gadis itu pergi jauh dari sana.
"Gerald!" panggil Gina.
Tidak ada sahutan dari cowok itu, Gina masih di tarik hingga sampai dimotor Gerald yang terparkir agak jauh.
"Gerald," panggil gadis itu sekali lagi.
Gerlad menoleh lalu tiba-tiba memeluk Gina erat.
Gina mematung, gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali.
"Lo baik-baik aja kan?" tanya cowok itu.
Gina mengangguk lalu membalas pelukan Gerald. "Gue baik-baik aja kok."
Gerald melepaskan pelukannya kemudian menangkup kedua pipi Gina. "Jangan buat gue khawatir please," ucapnya namun Gina tidak mengerti apa yang cowok itu katakan.
Bahkan saat dikamar, Ia terus kepikiran Gerald, cowok itu hampir membuat kepalanya ingin pecah karena sifat cowok itu tadi benar-benar berbeda dari biasanya.
"Itu Gerald? Kok beda?" Gina bermonolog.
"Gerald soft banget tadi, gue jadi gak kenal."
"ARGH!! GERALD!" gadis itu mengacak-acak rambutnya frustasi.
Gina mencoba menebak, gadis itu menghela nafas, "oke Gin! Lo harus tenang. Pertanyaannya cuma satu, 'Tadi Gerald kenapa?'"
gadis itu menghela nafas, kemudian menutup kedua matanya. Tapi suara notifikasi mengangetkannya.
Drit! Drit!
Ponselnya bergetar, Gina bangkit dan mengambil ponselnya di atas nakas. Terlihat bahwa pesan dari grub yang masuk, Gina langsung membukanya dan membaca pesan tersebut.
(Grub) Ciwi Cantik!
from: Dinda
Woe!
Pada kemana?
From: Riri
Boker
Kenapa?
Kengen Lo?
From: Dinda
Pantes bau t*i
Sono cebok dulu
Gina terkekeh kecil kemudian mengetik sebuah pesan.
From: Gina
Guys, tadi Gerald peluk gue! Gilak! Tadi itu kek bukan Gerald yang gue dan Lo pada kenal!
From: Dinda
What? Kok bisa? Wahhh Daebak! Cerita gak Lo Gin!
From: Riri
Gue mencium aroma-aroma t*i!
Serius Lo Gin?!
From: Dinda
Kan Lo lagi boker Ri, gimana sih?!
From: Gina
besok gue cerita okay! Ini nomu-nomu Daebak guys!
Gina keluar dari room chet grub dan menyimpan ponselnya kembali, gadis itu tersenyum senang, pasalnya Gerald telah membuatnya makin mencintai cowok itu.
"Gue rasa, gue, gak bisa jauh-jauh dari Gerald deh besok, tapi gue udah janji? Gimana dong?" Gina menyentuh bibirnya menggunakan jari telunjuknya.
Dan sedetik kemudian seolah-olah ada bola lampu yang menyala di kepalanya.
"Gue ada ide!" Gina berlari keluar kamarnya untuk turun kebawah.
Percayalah apa yang Gina rencanakan untuk hari esok hanya untuk Gerald, sebab dia sangat mencintai cowok itu dengan tulus, hanya orang yang mati rasa yang tidak dapat merasakan cinta itu.
[sudah direvisi✓