Saat tengah asik-asiknya bergibah ria, Gina, Dinda dan Riri kedatangan orang yang membuyarkan percakapan mereka.
"Gue mau ngomong berdua sama Lo," ujar seorang cowok dengan wajah datarnya to the point.
"Ha?" Gina yang sedikit kaget sambil menoleh kearah cowok itu dengan heran.
"Gue mau ngomong sama Lo," katanya lagi.
Gadis itu tersenyum manis, ia beranjak dari kursinya dan berdiri didepan cowok jangkung itu.
"Mau ngomong apa? Udah suka ya sama gue?" tanya Gina percaya diri.
Dinda dan Riri hanya menatap dua insan itu tanpa adanya niat untuk ikut campur.
Bukannya menjawab pertanyaan gadis itu, Gerald langsung menarik tangan Gina dan menyeretnya keluar dari kelas Xl IPS 1 lalu membawanya ke rooftop.
Sesampainya di sana, barulah Gerald melepaskan tangannya dan menatap gadis pendek yang ada dihadapannya ini.
"Emang mau ngomong apa sih sampe bawa gue kesini? Mau kasih surprise ya," tebak Gina menggoda Gerald yang masih diam dengan tatapan lekat kearahnya.
"Lo pacaran sama Rama?" tanya Gerald langsung.
Gina tersentak kaget, apa kata Gerald? Ia pacaran sama Rama? Sejak kapan? Apakah cowok ini tau tadi pagi ia berangkat bersama dengan Rama? Oh bagus dong!
"Kenapa nanya gitu? Kalo emang iya kenapa? Dan kalo enggak juga kenapa?" Percayalah saat ini Gina sedang memancing cowok yang didepannya itu memastikan apakah Gerald cemburu atau tidak ia dekat dengan Rama.
"Kenapa harus Rama?" tanya Gerald lagi.
Gina menyergit kan dahinya, kenapa Gerald bertanya seperti itu seolah-olah ia mengenal seluk-beluk Rama. Apakah mereka berteman atau semacamnya?
"Maksud Lo apa? Kenapa harus Rama? Emang Rama kenapa?" tanya balik Gina, ia masih belum mengerti maksud perkataan cowok ini.
Gerald berdecak, "susah jelasin sama orang bego!" ketusnya.
Gina tentunya tidak terima apa yang Gerald ucapkan, "kok Lo ngegas sih?! Kan gue nanya baik-baik kenapa dengan Rama kalo gue Deket sama tuh cowok? Dan Lo juga kenapa tiba-tiba nyeret gue disini dan nanya tentang Rama? Emang Lo kenal Rama siapa?!" tanya Gina lantang.
Entah kenapa setiap tindakan Gerald selalu tidak terduga, cowok itu memang pantas disebut cowok Bunglon karena selalu berubah-ubah sifat. Bahkan ketika Gina bertanya apakah ia kenal dengan Rama, cowok itu langsung menoyor kepala gadis itu.
"Bego!" makinya.
Gina mengusap-usap keningnya akibat toyoran Gerald.
"Mau Lo apa sih? Gue deket dengan Rama emangnya ada urusannya Lo?"
Gerald menghela nafas, "Lo boleh deket sama cowok lain, pacaran pun terserah, itu hak-hak Lo juga, tapi nggak dengan Rama!" ujarnya mencoba menjelaskan pada Gina.
"Lo aneh tau nggak! Rama itu temen gue, kenapa juga sih dengan dia? Lagian Rama anaknya asik dan humoris gak kayak Lo yang kaku, jutek, dingin dan cuek banget!" katanya Gina membeda-bedakan antara Rama dan Gerald.
"Udah dibayar berapa Lo sama dia? Sampe segitunya Lo belain tuh cowok?" tanya Gerald memandang Gina dengan tatapan meremehkan
Plak!
Satu tamparan mendarat di pipi kiri Gerald, Gina menatap nyalang cowok jangkung yang ada dihadapannya itu. Bahkan dadanya naik turun menahan emosi yang sudah diujung tanduk.
"Maksud Lo apa ngomong kayak gitu?! Segitu rendahnya gue dimata Lo?!" bentak Gina.
Gerald yang masih menoleh kesamping akibat tamparan Gina kembali menoleh dan menatap gadis pendek yang ada didepannya.
"Lo boleh maki-maki gue! Lo boleh bentak gue dengan omongan kasar Lo! Tapi jangan rendahin gue! Gue gak sanggup Ger! Lo tahu semuanya tantang gue, dan Lo juga udah mengenal gue baik buruknya gue! Tapi kenapa Lo masih giniin gue Ger! KENAPA?!" teriak Gina lalu menangis.
Gadis itu menundukkan kepalanya dengan isak tangis yang sangat terdengar jelas ditelinga Gerald.
"Lo bo boleh marah-marahin gue Ger, ta tapi jangan rendahin gu gue," ujar Gina disela-sela tangisannya.
Sepertinya sudah banyak kali Gina menangis karena cowok jangkung ini. Entah kenapa disaat berada didekat Gerald, Gina seolah menjadi cewek yang lemah dan sangat sensitif sekali.
"A Apa se selama ini pe perjuangan gue sia-sia Ger? Ka kasih ta tau gue Ger, bi biar gue mundur dan gak ma mau be berharap lagi sa sama Lo," kata Gina lagi dengan bahunya yang naik turun.
Gerald sangat merasa bersalah, entah mengapa ia selalu lepas kontrol saat memarahi gadis ini. Sejujurnya ia tidak tega jika melihat Gina menangis karenanya.
Cowok itu berjalan selangkah dan langsung meraih tubuh kecil Gina dan mendekapnya erat.
"Maaf," ucapnya sambil mengelus-elus rambut panjang gadis itu.
Bukannya reda, Gina semakin menangis kencang sambil memukul-mukul dada bidang Gerald. Gadis itu sangat sakit hati atas ucapan Gerald yang merendahkannya, apalagi kata 'maaf' Gerald yang selalu membuatnya semakin tak berdaya.
"Maaf, maaf udah buat Lo nangis, gue cuma gak suka Lo deket sama Rama, dia bukan cowok baik. Gue gak masalah Lo deket sama siapa aja, asal jangan dengan Rama. Gue gak mau Lo bakal jadi target dia selanjutnya," papar Gerald panjang lebar.
Gerald melonggarkan pelukannya dan mendorong pelan bahu Gina. "Tatap gue," katanya lalu mengangkat dagu gadis itu.
Gina menatap manik mata Gerald dengan lekat. "Jauhin Rama!" suruhnya.
"Kenapa?" tanya Gina dengan nada parau karena habis menangis.
Gerald menghela nafas, "gue gak suka!" kata cowok itu sambil mengusap sisa air mata Gina.
"Lo cemburu?" tanya Gina memastikan.
Gerald tidak menjawab, cowok jangkung itu hanya diam sambil menatap Gina.
"Lo cemburu Ger?" lagi-lagi Gina bertanya.
Cowok itu sama sekali tidak bergeming, lalu sedetik kemudian Gerald melangkah mundur dan pergi meninggalkan Gina yang masih bertanya-tanya.
Raut wajah gadis itu seketika murung, "sesusah itu kah buat dapetin Lo Ger? Perlu cara apa lagi agar Lo tahu kalo gue bener-bener perjuangin Lo," monolong Gina menatap pintu rooftop yang baru saja tertutup.
Gadis itu menghela nafas berat, kemudian mendongak melihat langit cerah.
"Sejujurnya gue capek Ger, capek buat berjuang. Buat apa berjuang kalo Lo emang gak mau di perjuangin."
Kedua sudutnya tertarik membentuk sebuah senyuman dengan mata yang masih menatap langit. "Lo itu kayak langit, setinggi apapun gue terbang dan sekuat apapun sayap gue buat terus gapai Lo, Lo gak bakal pernah bisa gue genggam. Tapi dengan bodohnya gue masih berjuang."
"Kalo gue enggak kepikiran perkataan Lo waktu itu, mungkin udah dari lama gue nyerah, nyerah buat dapetin Lo dan juga nyerah buat hidup," lanjutnya tersenyum miris.
'Usaha tidak akan berhasil dalam semalam, Lo harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan apa yang Lo mau.'
Iya, Gina masih teringat sekali ucapan Gerald waktu itu saat ia ingin mengakhiri hidupnya dijembatan dan dengan bangsatnya Gerald menghentikan aksi nekad Gina dan membuatnya semakin merasakan sakitnya berjuang untuk tetap bertahan.
Dia itu Gerald, cinta pertama Gina setahun lalu saat pertama kali masuk SMA. Cowok itu dari awal emang dingin dan sangat tidak peduli keadaan disekitarnya. Dan dia juga Gerald yang tau Gina berjuang namun masih saja tidak luluh apalagi tersentuh, miris bukan?