"What?! Beneran Ger?!" pekik Dinda ketika mendengar cerita dari Gerald.
Keempat orang tanpa Gina itu sedang mengobrol serius di kantin.
"Gila si Zita, mainnya udah kasar banget," kata Alder lalu menyeruput es tehnya. Cowok itu sedang duduk bersebelahan dengan Dinda, sementara Vian duduk bersebelahan dengan Gerald.
Vian mengangguk setuju, "kayaknya kita harus turun tangan, meskipun dia saudaranya Gina, dia harus dapat ganjaran!"
Dinda mengacungi jempolnya, "bener! Kita harus bertindak, orang kayak Zita itu nggak bisa dikasih toleransi! Baik banget kemarin Gina bantuin dia dari bullying temen sekelasnya, eh malah balasnya ke Gina. Pinter tapi gila!" timpalnya.
Gerald mendengus, ia merogoh ponselnya disaku celana abu-abunya untuk menghubungi kekasihnya yang masih tidur di apartemennya karena sakit dari pulang sekolah kemarin.
Namun panggilannya tidak diangkat.
"Diangkat Ger?" tanya Dinda dan cowok itu menggeleng.
