"GERALD!"
"GERALD!"
"GERALD!"
"SAYANG!"
"GERALD!"
Sepanjang koridor Gina terus memanggil-manggil Gerald yang masih stay cool. Cowok itu tidak menyahut sama sekali seolah tidak terganggu.
Gadis mungil itu terus mengikuti Gerald dari belakang, tidak lelah ataupun mengeluh walau tidak digubris sama sekali.
"Ger! Lo tau gak?" ujar Gina tiba-tiba bertanya.
Cowok itu hanya melirik sekilas sambil melangkah, Gina dengan langkah kecilnya sambil berlari kecil untuk menyamakan langkah cowok jangkung yang ada disebelahnya itu.
"Ih jawab dong!" paksa Gina.
Gerald menghentikan langkahnya lalu diikuti oleh gadis mungil itu.
"Apa?!" cetus Gerald tak minat sama sekali.
"Kamu tau gak bedanya kamu sama tas?" tanya Gina sambil tersenyum manis.
"Gak tau," jawab cowok jangkung itu datar.
"Kalo tas ditenteng, kalo kamu di GANDENG!" seru Gina langsung menggandeng tangan Gerald dan menariknya sambil berlari di koridor.
Gerald tentunya terkejut saat Gina tiba-tiba menarik tangannya sambil berlari. Dibelakang gadis itu Gerald menatap punggung kecil Gina serta rambut terurainya yang terbang kebelakang karena angin. Sedetik cowok itu merasa tersihir, ia bahkan tidak sadar jika saat ini ia dan gadis itu menjadi pusat perhatian di koridor.
Gina terus berlari menyeret Gerald, gadis itu sambil tertawa bahagia. Langkah kecil dan tangan mungilnya menggenggam tangan Gerald yang besar.
Saat menoleh kebelakang, Gina tersenyum manis dan melihat Gerald tersenyum tipis kepadanya.
Keduanya berhenti di taman sekolah, Gina masih tersenyum menyengir. Sedangkan Gerald masih tersihir oleh indahnya wajah Gina dengan rambut panjangnya.
"Gue seneng Lo senyum karena gue," ujar Gina.
"cantik," ucap Gerald tanpa sadar.
Gadis itu menganga sambil mengerjapkan matanya berkali-kali, apa yang cowok ini ucapkan? Cantik? Siapa? Gina kah?
"Lo bilang gue cantik?" tanya Gina memastikan.
Gerald terkejut, apa ini? Apa yang ia lakukan dan ia katanya? 'gue pasti udah gak waras.' batinnya.
"Bukan Lo! Tapi bunga disana!" elak Gerald kembali jutek.
"Gue kira Lo bilang gue cantik, udah nge-fly tadi eh malah jatuh lagi," keluh gadis itu sedih.
"Tapi gak papa, yang penting gue udah buat Lo senyum, gue seneng banget!" sambungnya kemudian tersenyum.
"Ada apa?" tanya Gerald mengalihkan pembicaraan.
"Ha?" binggung gadis itu.
"Lo bawa gue kesini kenapa?" jelas Gerald.
Gina ber oh ria kemudian berkata, "enggak ada apa-apa, gue cuma pengen berduaan sama Lo aja, kan jarang-jarang kayak gini apalagi gue tadi megang tangan Lo," jelas Gina kemudian menghirup telapak tangannya.
"Tangan Lo wangi!" ujarnya sambil menyengir.
"Gue habis cebok!" asal Gerald menjawab.
"Gak papa," geleng gadis itu.
Cowok jangkung itu menatap Gina dengan datar, 'benar-benar udah gila nih cewek.' pikirnya.
Gerald berbalik badan hendak pergi, namun sebuah tangan mungil melingkar di pinggangnya.
"Gue sayang sama Lo Ger, gue harap Lo selalu ada buat gue, gak papa Lo berusaha nge-jauh, yang penting jangan jauh-jauh sampe gue gak bisa lihat Lo lagi," ujar Gina memeluk Gerald erat dari belakang.
"Ayah sama mama gue udah cerai, dan Lo tau fakta selanjutnya apa? Iya mama Rita bukan mama kandung gue, mama gue udah meninggal sejak gue kecil dan belum tau apa-apa," curhat Gina.
"Dan parahnya gue tahu fakta ini disaat gue udah sakit Ger, gue gak baik-baik aja. Lo mau kan selalu ada buat gue?" lanjutnya semakin mengeratkan pelukannya.
Gerald melepaskan pelukan Gina, cowok itu berbalik badan menunduk menatap gadis mungil yang tinggi hanya sebahunya itu.
"Satu hal yang perlu Lo ingat, jangan pernah menggantungkan kebahagiaan Lo sama orang lain, sebab kebahagiaan orang lain belum tentu kebahagiaan Lo, termasuk gue," tekan Gerald kemudian memegang kedua bahu kecil itu.
"Dan, Lo harus tetap menjadi diri Lo sendiri, sebesar pun masalah Lo, Tuhan tidak akan pernah memberi cobaan melewati batas kemampuan seseorang," lanjut Gerald panjang lebar.
Gina terdiam, air matanya sudah berada turun dan anehnya gadis itu terus menatap mata Gerald lekat.
"Gerald," lirih Gina.
Cowok jangkung itu menurunkan tangannya dari bahu Gina kemudian berbalik badan dan meninggalkan gadis itu sendiri di taman sekolah.
"Hiks!" tangis Gina pecah, gadis itu luruh dan duduk di tanah menangis disana.
Jadi selama ini? Perjuangannya sia-sia? Perjuangannya untuk mendapatkan cinta Gerald? Bolehkah ia tertawa?
"HAHAHAHA!!!" jerit gadis itu tertawa kemudian kembali menangis dengan keras sambil memukul-mukul dadanya yang sesak.
Tidak ingatkah cowok itu akan ucapannya, 'Lo harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan apa yang Lo mau' itulah perkataan dari mulut Gerald sendiri yang Gina ingat.
Gina menghapus air matanya, ia menatap arah depan dengan tatapan tajam. Gadis itu menghapus air matanya kasar.
"Ingat Gin, mungkin saat ini kebahagiaan Gerald itu bukan Lo, tapi Lo harus buat semua apa yang dikatakan Gerald itu menjadi boomerang untuknya," Gina menghela nafas kemudian bangkit berdiri, saat ini bukan waktunya untuk bersedih karena penolakan, tapi dari penolakan ia harus belajar untuk bisa mendapatkan apa yang ia mau.
Gadis itu berlari dari taman untuk mengejar Gerald, gengsi? Tidak ada dalam kamus Gina. Apapun itu yang pasti tujuannya hanya untuk mendapatkan Gerald.
"GERALD!" teriak Gina didalam kelas Xl IPA 3.
semua penghuni kelas menatap kearah pintu, Gina berjalan menghampiri Gerald yang duduk dipojok.
Brak! Gina mengebrak meja belajar Gerald.
Srup! Gadis itu menarik ingusnya. "Lo harus tanggung jawab!" ujarnya menunjuk wajah cowok itu.
Vian, Alder dan siswa yang lain terkejut. Tanggung jawab? Apa maksudnya.
"Tanggung jawab apa?" tanya Gerald binggung.
"Caelah! Pake nanya lagi Lo, Lo harus tanggung jawab karena buat gue makin jatuh cinta sama Lo!" jelas Gina.
"Terus?" Cowok itu mengangkat sebelah alisnya.
"Lo harus cium gue sekarang!" seru Gina tidak tahu tempat.
"Gak!" tolak Gerald cepat, ya kali nyium anak orang dikelas, apalagi ini anak orangnya rada sarap.
"Kenapa? Takut Lo?" tantang Gina dengan berkacak pinggang.
"Udah buat anak orang jatuh cinta malah gak bertanggung jawab! Cowok apa cewek Lo huh?!" lanjutnya semakin memancing Gerald.
"Lo nantangin gue?" jawab Gerald sedikit tak terima dengan ucapan Gina yang meremehkannya sebagai laki-laki.
"Iya kenapa? Takut?" ejek Gina terkekeh, sepertinya rencana dadakannya ini berhasil.
Gerald berdiri dari bangkunya dan langsung menarik tengkuk gadis mungil itu dan mencium bibir mungil yang sering mengoceh ini.
Cup!
Semua orang yang ada dikelas membelalakkan matanya kaget. Uwau, apa yang mereka lihat dipojok.
Alder menutup mulutnya dan sebelah tangannya menutup mata Vian yang membola.
Gerald tidak hanya mengecupnya, tetapi juga melumat bibir mungil itu.
Gina yang kaku dengan mata yang terbuka hanya diam. Ia merasa sedikit... Ah entah lah.
Gerald mengakhiri ciumannya dan menjauhkan kepala dan bibirnya dari Gina.
"Gimana? Masih nantangin gue?" Kekeh Gerald kemudian kembali duduk di bangkunya.
Gina memegang bibirnya kemudian menatap Gerald dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Lo_"
"Itukan yang Lo mau?" ujar Gerald menatap Gina datar.
Pipi Gina sudah seperti kepiting rebus, gadis itu malu bahkan sangat-sangat malu. Ia berbalik badan dan pergi dari kelas Gerald dengan berlari kencang.
Ia merutuki dirinya sendiri kenapa dengan bodohnya menantang Gerald yang mempunyai sifat dan tindakan yang tidak bisa ditebak.
"Bodoh! Malu sendiri kan Lo?! Siap-siap aja besok pasti diserang fans fanatiknya Gerald!" Gina memukul-mukul kepalanya sambil berlari menuju kelasnya.