*Selasa, 3 April 2078*
Pagi hari telah tiba, hari pertama kegiatan di Academy pun akan dimulai. Saat ku bangun dan melihat sekeliling kamar ternyata Karin sudah tidak ada. Mungkin dia sudah pergi ke Academy lebih awal, itu yang ada dipikiranku.
Kemudian aku segera bergegas bersiap-siap.
Setelah selesai aku pun pergi meninggalkan asrama.
Udara di pagi hari yang masih segar, aku berjalan sambil menikmati suasana ini, bunga sakura yang terbang terhembus oleh angin musim semi. Para siswa lain yang sedang berjalan menuju Academy juga, sepertinya mereka menikmati suasana pagi ini.
Saat sedang menikmati perjalanan, tidak lama kemudian aku berpapasan dengan Kanbe, lalu aku menghampirinya....
"Oi Kanbe!"
"Yo, pagi Ryuichi!" balasnya sambil melambai.
"Pagi Kotagawa," sapa dari lelaki yang berada di sebelah Kanbe.
"Ah, pagi juga," balasku sedikit canggung.
"Oh ya Ryuichi, perkenalkan ini temanku Watanabe Tobi, dia sama sepertiku berasal dari Carnilda," kata Kanbe memperkenalkan teman nya kepadaku.
"Aku Kotagawa Ryuichi, aku dari Vitegra salam kenal," ungkapku sambil berjabat tangan dengan nya.
"Salam kenal juga."
Setelah berkenalan, kami pun melanjutkan perjalanan.
"Oh iya watanabe, kamu ada di kelas mana?" tanyaku.
"Aku dikelas C," jawabnya.
"Yah sayang sekali kita tidak sekelas."
"Ya emm," gumamnya.
Sambil berjalan kami membicarakan berbagai hal....
Setelah melewati obrolan yang panjang tidak terasa kami sudah sampai di Academy, ketika di aula, kami berpisah dengan Watanabe. Kemudian kami pun pergi menuju kelas.
Sesampainya di kelas....
"Ternyata sudah ramai begini," ucap Kanbe melirik ke dalam kelas, yang kemudian pergi untuk menyapa para siswa lain yang sedang berkumpul.
Aku juga ikut menghampiri mereka yang sedang berkumpul untuk menyapa, lalu pergi ke tempat duduk ku.
Sekarang jam menunjukan pukul 07:43, lalu jam pelajaran akan dimulai sekitar jam 08:00.
Keadaan di kelas sudah mulai ramai, ditambah dengan para siswa yang baru berdatangan.
"Ah! pagi semua!" sapa Minami yang juga baru datang, ke para murid perempuan yang sedang berkumpul di dekat pintu.
"Pagi juga Minami," balas mereka yang sedang asik mengobrol.
Entah apa yang mereka bicarakan. Aku hanya memperhatikan, dan mendengarkan kebisingan mereka dari kursiku.
Saat sedang memperhatikan mereka berbicara. Minami menoleh ke arahku, lalu berjalan ke atas, ke arah mejanya.
"Ah! pagi Mina ..." saat ingin ku sapa, dia malah memalingkan wajahnya dan kemudian duduk dikursinya.
"Ehh, a-apa dia membenciku?" ucapku dalam hati terheran.
"Oi, Minami apa ak—"
"Baik semuanya, kembali ketempat duduk masing-masing," suara bu Izumi yang baru saja memasuki kelas.
Para murid pun langsung kembali ke meja mereka masing-masing. Ucapan ku juga langsung terhenti saat ingin bertanya pada Minami.
"Selamat pagi semuanya! apakah kalian semangat untuk belajar hari ini!" sapa bu Izumi bersemangat.
"Yaa!!" sorak satu kelas.
"Wah ternyata semua semangat yah! iya baik, pelajaran kali ini kita akan adakan di lapangan. Jadi semua segera bersiap ke ruang ganti lalu pergi ke lapangan segera," papar bu Izumi yang kemudian keluar kelas, lalu di ikuti dengan para murid lain yang keluar, menuju ke ruang ganti.
"Ayo kau tunggu apa," ajak Kanbe yang sudah melangkah turun.
"E-ah iya tunggu aku," jawab ku, yang masih bingung dengan sikap Minami tadi.
Kemudian kami berjalan mengikuti murid yang lain menuju ke ruang ganti.
Sesampainya di sana lalu kami pun masuk. Di dalam ruangan itu, terdapat banyak loker yang berjajar, dengan nomer absen yang sudah tertera di depan pintu loker.
Lalu aku pergi mencari loker sesuai nomer absen ku, sesudah ketemunya aku pun lekas mengganti seragam ku, dengan seragam yang ada di dalam loker tersebut.
Setelah selesai berganti pakaian, kami pun pergi ke lapangan.
Saat sampai di sana para murid pun terkagum dengan lapangan yang besar, dan juga adanya bangku penonton yang berjejer panjang di bagian samping lapangan.
*Note = seperti lapangan bola tapi sedikit lebih kecil*
"Apakah lapangan ini digunakan untuk turnamen sihir yah?" tanyaku ke Kanbe.
"Ya, memang ini lapangan untuk turnamen," jawab Kanbe.
Lalu terdengar suara bising dari belakang, ternyata para murid perempuan dan bu Izumi yang baru sampai.
"Baik anak anak, semuanya kumpul di sini!" panggil bu Izumi ke murid-murid.
Lalu kami semua berkumpul menghampirinya, sesuai dengan intruksi bu Izumi.
"Baik karena semuanya sudah berkumpul, kita akan mulai belajar sihir dasarnya. Ya, tapi ibu akan menjelaskan terlebih dahulu soal sihir. Jadi sihir itu terbagi menjadi 5 level atau 5 tingkatan, semakin rendah level sihir, semakin kuat tingkat sihir tersebut, dan juga penggunaan Mana nya akan semakin banyak terkuras. Jadi tidak banyak orang yang bisa memakai sihir level 2 ke atas. Ya jujur saja ibu juga berada di level 4 hehe," papar bu Izumi menjelaskan tentang sihir ke para muridnya.
Aku pun mencoba memahami penjelasan yang diberikan oleh bu Izumi.
"Baik apakah ada pertanyaan? tidak ada? baik kalau begitu kita mulai pelajaran sihir dasarnya. Pertama-tama ubah posisi barisan kalian agar tidak terlalu berdekatan," bu Izumi mengintruksikan para murid-murid.
Aku pun bergeser mengikuti arahan bu Izumi.
"Baik jika sudah, tangan kanan kalian ulurkan ke depan, lalu bagian dalam telapak tangan kalian hadapkan ke atas, kemudian bentuk seperti sedang memegang bola, kemudian kosongkan pikiran kalian lalu fokuskan ke tangan kalian."
Kosongkan pikiran, Aku mencoba melakukannya....
"Hmm ... sepertinya menarik."
"Ah! bu kepala sekolah, kau ada di sini?" ucap bu Izumi yang terkaget melihat bu Kanae yang sedang berada di bangku penonton.
"Ya, aku cuma ingin melihat dia," balas bu kanae tersenyum.
"Hmm, begitu yah. Lalu bagaimana dengan yang 'itu' apakah Anda sudah melihatnya?" cakap bu Izumi menghampiri sisi lapangan.
"Aku menyapa nya tadi pagi saat berpapasan dengan nya," balas bu Kanae sambil memperhatikan para murid yang sedang berlatih.
Fokus pada tanganku, kosongkan pikiran, lalu terjadi....
"Ah!? apa ini!"
Aku kebingungan melihat tanganku seperti ada api putih sedikit kebiru-biruan menyala, tetapi tidak panas.
"Wah apa itu!" para murid lain yang tengah fokus langsung berpaling ke arahku.
"Heh ... dia berhasil dengan cepat," ucap bu Kanae dengan muka yang tersenyum.
"Pastinya kan. Sesuai harapan nya, dia pasti hebat," lontar bu Izumi yang kemudian menghampiri murid-murid nya meninggalkan bu Kanae.
Karena bu Izumi melihatku kebingungan dia pun menghampiriku lalu menjelaskannya.
"Ya anak-anak, ini namanya energi sihir awal, ini hanyalah sihir dasar untuk menciptakan sihir yang lebih kuat lagi, dan setiap orang itu berbeda-beda bentuk dan warna energi nya, contohnya punya ibu."
Bu Izumi mengulurkan tangan kanan nya, kemudian keluar energi sihir berwarna hijau gelap.
"Wah!!" murid lain terkagum melihat nya.
"Ya lihat, punya ibu berwarna hijau gelap tidak beraturan, jadi jika sudah bisa melakukan ini, kita akan melakukan latihan tahap berikut nya. Jadi tetap kembali fokus."
Kemudian para murid kembali fokus pada tangan mereka masing-masing.
"Ano, bu Izumi," aku mencoba memanggilnya pelan.
"Ya ada apa Kotagawa?"
"Ini ... cara menghilangkannya bagaimana?" tanya ku pelan ke bu Izumi, sambil menunjukan tangan kanan ku.
"Eh, kamu tidak bisa menghilangkannya? hahaha!" bu Izumi tertawa puas menertawaiku.
"Kenapa, malah ketawa," kata ku pelan.
"Hahaha ... duh ... maafin ibu, haha ... ah ..." ujar nya mencoba berhenti tertawa.
"Jadi bagaimana?" tanyaku lagi.
"Ehem .... Ya, kamu hanya harus membayangkan seperti sedang meniup api kecil," tegas bu Izumi sambil mencontohkan dengan energi sihir nya lalu menghilangkannya.
"Ah baiklah akan kucoba."
Aku mencoba fokus kembali ke tanganku, lalu membayangkan seperti sedang meniup api kecil, dan kemudian api ditanganku pun menghilang.
"Woah! berhasil!" ucap ku kagum sendiri.
"Ya seperti itu, coba ulangi terus agar terbiasa," kata bu Izumi kemudian pergi mengawasi murid yang lain.
"Wah aku bisa!"
"Aku juga!"
Para murid yang lain sepertinya juga berhasil mengeluarkan sihirnya. Warna dari sihir mereka sangat beragam ada yang merah terang menyala, biru muda, kuning pekat, dan banyak lagi. Dan ku lihat ke arah Kanbe, dia juga berhasil mengeluarkannya dan itu berwarna biru seperti air.
"Baik karena kalian sudah bisa melakukannya sekarang kalian coba untuk menghilangkan sihir itu," bu Izumi mencoba mengintruksikan para murid.
"Ah! iya ini tidak bisa hilang!" seorang murid mencoba mengibas-ngibaskan tangannya.
"Bukan seperti itu menghilangkan nya, kalian cuma harus membayangkan seperti sedang meniup api kecil saja," kata bu Izumi sambil mencontohkannya, seperti kepadaku tadi.
Kemudian murid itu mencobanya.
"Wah! iya ini menghilang," kata salah satu murid yang berhasil menghilangkan sihirnya.
Murid yang lain juga berhasil menghilangkannya, lalu mereka mencoba memunculkannya kembali. Tapi aku melihat seseorang yang sepertinya mengalami kesulitan dengan sihirnya.
"Apa kamu tidak bisa menghilangkan sihirnya Minami?" sapaku sambil menghampiri dirinya yang seperti orang kesusahan.
"Ah! a-aku tidak apa-apa kok?!" jawabnya panik.
"Heehhh."
"Apa!?" tegasnya
"Tidak ada apa-apa, oh iya! aku ingin tanya sesuatu. Apa kamu marah padaku?" tanyaku mendekatinya.
"Ah! e-e ti-tidak juga," ucapnya terpotong-potong.
"Lalu kenapa tadi pa—"
"Sudahlah! jangan bahas itu ini masih jam pelajaran tahu!" teriaknya memotong perkataanku.
Dari suara teriakannya itu, para murid pun langsung menoleh ke arah Minami.
"Ada apa Minami?" tanya bu Izumi dari kejauhan.
"Ti-tidak ada apa-apa bu," balasnya dengan wajah yang terlihat malu.
"Jika ada yang ingin ditanyakan, tanyakan saja ke ibu," bu Izumi menambahkan.
"I-iya bu."
Kemudian bu Izumi melanjutkan mengawasi para muridnya lagi.
"Ini gara-gara kamu!" marahnya kepadaku.
"Kok jadi salahku?"
"Kamu menggangu ku, sudah sana jangan ganggu aku," ujar nya mencoba menjauhiku.
"Aku kan mencoba membantumu, itu tangan mu mau kamu apakan?" tunjukku ke tangan kanannya.
"Ah iya harus ku apakan ini!" langsung paniknya mengusap dan mengibaskan tangan kanannya.
"Tenang-tenang! bu Izumi kan sudah kasih tau, tinggal bayangkan seperti sedang meniup api kecil," ucapku sambil mencontohkannya juga.
"Baiklah aku akan coba," katanya, lalu dia pun memfokuskan dirinya untuk mencoba menghilangkan sihirnya.
"Eh, berhasil!" tunjuknya kepadaku dengan senang.
"Ya seperti itu, coba kamu munculkan lalu hilangkan agar terbiasa," ujarku.
Kemudian Minami pun melanjutkan latihannya. Karena Minami sudah tidak kesulitan lagi, aku pun ingin kembali ke tempat tadi aku berbaris. Lalu saat aku ingin kembali ke tempat awalku tadi aku merasakan perasaan kuat seperti menggangu pikiranku entah apa itu, aku pun melihat sekeliling dan tidak ada apa-apa yang terlihat sepertinya aneh.
Karena mungkin bu Izumi menyadari diriku kebingungan, dia pun menghampiriku.
"Apa ada masalah Kotagawa?" tanya bu Izumi mendekat kepadaku.
"Ah, tidak bu ... hanya saja seperti ada yang mengganggu pikiranku," ucapku.
"Yang menggangu pikiranmu? maksudmu bagaimana?" ungkap bu Izumi kebingungan.
"Entah, seperti ada perasaan kuat yang kurasakan dipikiranku bu," ujarku mencoba menjelaskan perasaanku.
"Perasaan kuat? apa maksud nya itu?" bu Izumi sepertinya kebingungan dengan pernyataanku.
"Tidak apa-apa bu! mungkin itu cuma perasaanku saja."
"Ya mungkin saja ...."
"Baik bu aku akan kembali dulu ke sana," kataku kemudian pergi ke tempat awal tadi aku berbaris.
"Perasaan kuat? apa itu maksudnya? ah ya ... mungkin dia tahu sesuatu!" gumam bu Izumi. Kemudian melihat ke arah bangku penonton ternyata sudah tidak ada orang.
"Kenapa dia sudah pergi saat dibutuhkan! hah!" kesal bu Izumi.
Saat aku berjalan, perasaan ini semakin bertambah kuat dalam pikiranku. Aku pun mencoba memahami apa yang terjadi, karena aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya, lalu saat aku mencoba memahami ini. Sesuatu terjadi.
Wiuu!! Wiuu!! Wiuu!!
Suara sirine berbunyi. Para murid pun langsung terkejut dengan suara sirine yang sangat keras. Lalu murid-murid itu bingung dengan apa yang terjadi saat ini.
"Ah ternyata begini yah maksudnya .... Wah! aku harus mengungsikan dulu para murid agar tidak di luar ruangan," gumam bu Izumi.
"Anak-anak semua! segera masuk ke Academy dan jangan sampai ada yang tertinggal!" tegas bu Izumi mengintruksikan muridnya masuk ke Academy.
Kemudian semua murid langsung berlari masuk ke Academy. Aku juga berlari mengikuti di belakang mereka, lalu di saat itu, Aku mendengar suara terjatuh dari belakang.
"Aduh ...."
Dan kulihat kebelakang ternyata Minami yang terjatuh, lalu aku pergi berlari menghampirinya.
Kanbe pun menyadariku ada di belakang, lalu mencoba memanggilku.
"Oi kau mau kemana Ryuichi!" teriak Kanbe dengan keras.
"Minami terjatuh di sana aku akan menolongnya!" teriakku sambil berlari ke arah Minami.
Setelah sampai di dekatnya, aku melihat dia merintih kesakitan, sama seperti kemarin pertama kali aku bertemu dengannya.
"Kau selalu saja terjatuh yah," ucapku sambil mengulurkan tanganku untuk membantunya berdiri.
"Umm ... kamu selalu meledek ku," ujarnya, sambil mencoba berdiri memegang tanganku.
"Masih bisa jalankan?"
"Ya, hanya segini tidak apa-apa."
Lalu kami berdua mencoba berlari, kembali ke arah para murid yang sudah menunggu di pintu keluar lapangan. Lalu di saat itu perasaan ini muncul kembali lebih kuat dari pada yang tadi.
Kemudian terdengar teriakan dari seseorang di depan.
"Awas belakangmu!!"
Aku langsung menoleh ke arah belakang, lalu ku lihat sekilas ada sesosok makhluk terbang di dekatku.
Seketika makhluk itu pun langsung menyerangku.
"Arghhh!!" teriakku yang terpental karena serangan mahkluk itu.
"Ryuichi!!"
"Kotagawa!!"