Randy menguap lebar di depan meja makan. Dia tidak nafsu makan matanya terus membaca halaman komik itu sedangkan dia juga mengambil makanan dengan sendok di tangan kanan.
Muak sekali Dahlia menatap itu. Hingga dia menyahut komik milik Randy. Menyuruh adiknya itu untuk makan dulu.
"Makan dulu... Nanti baru makan." Ucap Dahlia dengan lembut dan sabar sekali.
Padahal itu akan segera habis di baca oleh Randy, tapi kakaknya itu malah menyuruh nya untuk makan dulu. Hari menjadi lebih cepat sekali berlalu. Bahkan sudah tidak terasa hari ini akan segera malam.
"Aku mau pergi ke warung dulu Rand. Rio udah ada disana. Kamu mau ikut ga?" Tanya Clara.
Randy mengangguk. Tentu saja dia harus bekerja juga untuk membantu kedua teman nya itu. Dia langsung memakai jaket tebal nya karena udara dingin sekali setelah hujan.
Dahlia yang merasa bosan di rumah ingin sekali rasanya ikut. Tapi itu hilang seketika ketika dia sangat mager untuk pergi ke luar. Yah, males memang hukuman bagi orang seperti Dahlia.
Dia ingin bersenang senang, tapi jiwa nya menolak karena kemalasan nya sendiri.
Randy berjalan di sebelah nya Clara. Tinggi cowok ini adalah 180 cm. Sungguh tinggi yang fantastis di usia nya yang padahal baru 17 tahun.
"Hey Randy, kamu ini tiang atau apa sih? Tinggi banget... Aku aja cuma 170 cm." Kata Clara.
Tunggu. Dahlia pernah menyebut tiga serangkai ini dengan sebutan, genk tiang listrik. Itu karena tinggi mereka yang sangat tidak terbayangkan.
Untuk Clara, di usia nya yang ket tujuh belas tahun, dan statusnya yang sebagai wanita. Tinggi 171 adalah yang terbaik. Bahkan Clara adalah anak perempuan yang paling tinggi di sekolah nya.
Sedangkan Rio? Pria itu tinggi nya 179 cm. Mereka memang tiang berjalan yang fantastis.
"Oh ya Randy, Kakak mu sudah mau kuliah. Dia akan masuk kuliah atau... Bagaimana?" Tanya Clara.
"Dia... Dia akan Kuliah di Jerman. Ikut dengan salah satu keluarga ayah ku di sana." Kata Randy. Sedih sekali jika harus membahas itu sekarang.
Kurang 6 bulan lagi Dahlia lulus. Kakaknya itu akan melanjutkan studi nya di Jerman selama 4 tahun lamanya. Meski Dahlia anak yang kasar, tapi dia adalah kakak terbaik menurut Randy.
Dia sangat mencintai kakaknya, daripada mencintai dua orang tuanya. Namun apalah daya, dia hanya bisa mengikuti apa keputusan ayah nya.
"Kamu juga akan kuliah?" Tanya Randy.
Mereka harus memikirkan nya mulai sekarang, apalagi sebentar lagi mereka akan naik ke kelas 12 itu harus di pikiran matang matang.
"Mungkin tidak. Kau tau sendiri. Aku mungkin langsung menikah, katanya ada seseorang yang ingin menikahi ku." Ucap Clara.
"Jangan... Kau harus sekolah. Saat ini sulit sekali dapat pekerjaan tanpa sekolah..." Ucap Randy.
Clara menggeleng.
"Aku tidak punya biaya untuk itu. Ya, Randy? Kau mau beli permen karet?!" Tanya Clara.
Gadis itu semangat sekali menunjukkan gerobak toko berjalan. Dan dia segera membeli dia bungkus permen karet. Randy tidak tau bagaimana cara memakan permen itu. Karena ibunya melarang dia untuk makan itu sejak kecil.
Randy menggeleng dia hanya memegang permen itu sedari tadi, tanpa membuka ataupun memakan nya. Clara menoleh ke arah Randy, dia menyahut kembali permen itu.
"Aku ajarin caranya. Ini... Pertama di buka. Terus kamu kunyah terus... Jangan di telan. Nanti akan ada rasa asam dan manis. Lalu... Kamu bisa melembungkan nya seperti ini. Dia tiup..." Ucap Clara.
Dia membuat gelembung besar dengan permen karet itu. Menyenangkan sekali rasanya, bahkan itu membuat Clara jadi merasa bahagia.
Randy mencoba nya, pertama dia takut sekali jika gigi nya sakit ataupun jika permen itu tertelan. Dia tau sekali, banyak anak kecil yang makan permen ini sampai di operasi karena tidak sengaja di telan.
"Wah! Kau melakukan nya dengan hebat sekali Rand... Kerja bagus!" Kata Clara dengan mengacungkan jempol nya. Tanda jika dia begitu senang dengan hasil yang di lakukan oleh Randy.
Randy tertawa. Tentu saja dia bangga dengan hasil nya. Tak berkesudahan dia terus terusan memainkan permen karet itu hingga rasanya hilang.
Puh. Randy membuang nya.
"Sudah tidak ada rasa." Katanya.
Clara tertawa terbahak bahak, lucu sekali eksepsi yang dibuat oleh Randy. Seperti mister Bean.
"Hey! Clara! Randy!" Teriak Rio. Dia sedang membuat mie instan untuk pelanggan yang sudah menunggu nya.
Clara melambaikan tangan nya, dia segera mencuci tangan nya dan ikut membantu Rio untuk memasak. Disini dia terlihat sangat senang sekali, Clara adalah tipe anak yang suka bekerja. Bahkan pekerjaan apapun dia lakukan untuk biaya kehidupan sehari harinya.
Randy duduk di bangku warung nya, tidak ada pekerjaan untuk nya. Karena belum banyak piring yang harus di cuci. Randy menguap sekali lagi, memutuskan untuk tidur sebentar.
"Ada apa dengan nya?" Tanya Rio. Dia merasa aneh sekali dengan Randy, tidak biasanya Randy mengantuk seperti ini. Bahkan dia tidak menyangka juga Randy sering tidur. Padahal Randy hanya tidur di jam 11 ataupun 1 malam.
"Mmm... Randy dia sepertinya baru saja tidur tadi. Tapi entah kenapa dia lemas sekali dari tadi. Padahal dia baru saja senang karena dapat koleksi buku." Ucap Clara.
Rio menggeleng. Dia juga bingung, kenapa Randy langsung berubah sikap seperti itu. Tiba tiba saja Rio memeluk Clara tiba tiba. Di balik tenda warung mereka.
"Ya!" Teriak Clara yang terkejut sekali dengan itu.
"Ada bola..." Kata Rio.
Rupanya pria itu sedang melindungi Clara dari tendangan bola yang di mainkan oleh anak anak kecil.
"Maaf bang. Ga sengaja..." Kata anak itu dengan polos.
Randy yang ada di sana melihat Rio dan Clara yang sedang berpelukan. Aneh sekali. Rasanya dia ingin marah, tapi Randy tidak tau harus marah karena apa.
Setelah itu Randy pergi pergi masuk ke dalam warung nya lagi dan memakan gorengan.
"Ambilah ini." Kata Clara dengan memberikan sesuatu yang terlihat berharga sekali menurut Rio.
"Wah... Terimakasih Clar... Aku sangat butuh ini. Hahahaha..." Kata Rio.
Itu adalah alat pencukur bulu. Yah, mereka sudah 17 tahun, bahkan sudah muncul janggut dan kumis nya.
"Balas Budi apa ini? Kau meledek ku? Hahahaha...." Tawa Rio dengan nyaring sekali.
"Anggap saja balas Budi yang kemarin. Sama satu hal! Aku benci sekali melihat laki laki yang memiliki kumis seperti mu... Astaga... Sudah seperti bapak bapak saja kamu ini." Ketus Clara dengan tawa kecil nya.
Bruk. Seseorang terdengar terjatuh dari luar sana. Rupanya itu adalah Rio, yang terbaring terlentang dengan tubuh nya yang sedikit memar.
"Hey!! Johan!!" Teriak Rio.