Chereads / Dunia Kita Berbeda / Chapter 25 - 25. Komik Volume 3

Chapter 25 - 25. Komik Volume 3

Kota Malang menurunkan air hujan yang begitu deras di hari Sabtu, hari itu juga Randy berniat untuk pergi ke toko komik. Ada salah satu buku yang dia suka yang baru saja merilis volume terbarunya. Mendengar kabar itu, tentu saja membuat hati Randy gembira.

Namun Dahlia sudah berkali kali mengatakan jika pergi kesana bisa besok besok, ataupun nanti ketika hujan nya turun. Namun dia adalah Randy, anak yang susah sekali di atur. Jika dia ingin itu, maka dia harus mendapatkan nya.

"Aku ingin pergi kesana!" Teriak Randy, ia mendekapkan tangan nya ke dada.

"Hei... Kau bahkan takut dengan suara petir. Bagiamana kamu akan berhasil pergi kesana hah?!" Bentak Dahlia.

Sungguh, Randy adalah orang yang keras kepala jika kemauan nya di tentang. Ibunya Randy yang baru saja pulang dari luar negri itu segera melerai pertengkaran itu.

"Sudah nak... Kamu kan bisa pergi nanti saja. Nanti sore deh... Kalau sekaran kan masih hujan. Nanti Randy sakit loh. Kata finding Nemo, kita harus?...."

"Sabar..." Balas Randy dengan menatap ibunya.

Ting tong! Suara mainan Randy berdering menandakan ada sesuatu yang harus Randy kerjakan. Dalam suara rintikan hujan, Randy mengeluarkan cat dan kuas nya.

Lalu dia mendirikan kanvas dan menyandarkan pada tiang nya. Ini adalah hal yang tepat sekali. Dia harus membuat lukisan yang indah sekali dengan suasana hujan yang cukup membuat dia terbawa perasaan.

"Jangan terlalu kasar dengan adik mu..." Ucap Ibunya Randy.

"Jangan pasang muka. Gue tau kok, mama cuma mau ambil harta nya papa kan?" Ketus Dahlia.

"Bukan seperti itu Dahlia! Kamu salah paham... Aku tau ibu mu dulu lebih---"

Dahlia melemparkan buah apel yang dia makan ke lantai. Dan menginjak lantai itu dengan sepatu hak tinggi nya.

"Aku tidak akan pernah mencintai mu." Ucap Dahlia.

Dia segera pergi ke dalam kamar nya, mengunci kamar itu dengan rapat.

"Jangan marah... Jangan marah... Ya. Jangan marah..." Ucap Randy dengan mengulang ulang perkataan nya. Dia tau sekali jika Dahlia adalah orang yang kasar dan dia takut jika Dahlia melakukan sesuatu yang membuat papa nanti marah.

Dalam pikiran nya Randy sekarang dia sedang fokus untuk menggambar seorang wanita. Tapi dia gagal. Mencoret nya dengan cat warna hitam. Lalu dia menebali nya dengan warna putih. Mengembalikan kanvas ke warna aslinya.

Menarik napas dengan panjang.

"Apa yang harus ku lukis?" Tanya Randy pada dirinya sendiri.

Bad mood sudah dia. Tidak bisa keluar karena hujan. Randy memutuskan untuk tidur di kasur nya, lelah sekali karena tidak tau harus melukis apa. Dia tertidur di sana.

Tak lama kemudian ibunya masuk dengan membawakan segelas minuman dan air putih segar.

Lalu tersenyum manis ke arah Randy.

"Kamu sudah makan kan? Ayo minum obat dulu..." Ucap Ibunya dengan tersenyum lebar.

Itu menakutkan sekali. Hingga Randy menurut untuk meminum minuman itu. Dia sangat lemah sekali jika di tatap seperti itu, menurutnya itu begitu menakutkan sekali.

Randy mengambil pil berwarna putih itu dan menelan nya dengan tegukan air. Glek. Masuk ke dalam perut nya, namun itu sedikit menuangkan beberapa efek yang membuat nya pusing sekali. Perasaan nya jadi gundah sekali. Perasaan gelisah, namun ibunya berkata jika itu baik-baik saja. Hanya efek samping biasa.

"Ibu harap... Kamu jadi normal dan sehat kembali ya nak... Tidurlah. Kamu akan mengantuk." Ucap Ibunya.

Randy mengangguk. Dan benar saja dia merasakan jika matanya berat sekali, tidak bisa menahan kantuk hingga akhirnya terjatuh pada bantal nya. Tidur dengan pulas.

Dahlia menyaksikan hal itu dari balik pintu Randy. Dia menunggu ibunya hingga pergi, lalu mencari cari dimana letak obat itu berada. Tidak ketemu.

"Astaga. Dasar pelacur tidak berguna." Sumpah serapah Dahlia pada ibunya itu.

Sebenarnya selama ini Dahlia tau sekali kejahatan kejahatan ibu tiri nya itu, tapi dia tidak berani untuk mengatakan pada papa nya. Karena dia tau sekali jika papanya bisa marah dan tidak sayang lagi dengan nya.

Apalagi Dahlia tidak punya bukti sama sekali.

"Tunggu saja... Hm..."

.

.

.

.

Jam setengah empat siang akhirnya tiba. Di mana Randy terbangun dengan kepala yang sangat pusing sekali. Rasanya dia baru saja pergi dari dunia imajinasi nya, dan itu sungguh melelahkan sekali. Hidup di bawah mimpi. Sangat tidak menyenangkan.

Randy tersenyum menyaksikan warna cerah di awan sore hari. Dia menuju balkon kamar nya dengan memakan camilan coklat. Menyenangkan sekali.

Obat itu masih memberikan efek di hati Randy, dia sedikit merasa takut. Seolah tidak percaya diri. Tapi dia harus merubah itu semua dengan coklat.

"Randy!! Ayo turun!!" Teriak Clara dari bawah.

Randy tekejut. Sejak kapan gadis itu ada disana? Namun Clara melambaikan sesuatu yang membuat Randy senang sekali. Itu adalah buku komik volume 3 yang dia cari cari. Itu limited edition. Darimana Clara bisa membelinya?!

Dengan cepat Randy masuk ke dalam lift rumah nya dan menekan tombol. Ting! Suara berdenting muncul dan Randy segera lari setelah pintu terbuka. Ini menyenangkan sekali. Dia senang dengan pemberian dari Clara.

"Woah!! Ini adalah volume ke tiga! Aku mau pergi mengambil nya tadi... Hahahaha...." Tawanya dengan senang sekali.

Clara tertawa kecil, namun Randy malah merogoh sakunya dan memberikan dua lembar uang seratus ribu pada Clara.

"Hey... Aku tidak ingin di bayar. Aku sengaja membelikan nya. Hehehe... Aku baru saja gajian." Kata Clara dengan menunjukkan uang yang ada di amplop.

"Wah... Terimakasih banyak. Kamu mau makan di rumah ku?" Tanya Randy dengan menawarkan hal lainnya.

"Kalau boleh..."

Clara masuk ke dalam rumah itu. Dia melepaskan sepatunya karena kotor. Dan menginjak lantai rumah Randy dengan kaki telanjang.

Dahlia yang menatap nya langsung tertawa. Itu konyol sekali, bagaimana mungkin seseorang bisa masuk ke rumah yang besar sekali ini dengan kaki telanjang seperti itu?

"Hey ayolah jangan terlihat memalukan seperti itu. Kamu bisa pakai sandal itu..." Kata Dahlia dengan tertawa lebar. Menunjukkan rak sandal yang tidak jauh dari sana.

Clara mengangguk. Sedangkan Randy hanya diam saja, memang apa salah nya? Itu sama saja. Lagian rumah nya bersih. Lantai nya sudah di sapu. Kenapa harus memakai sandal?

Tapi Randy hanya mengangguk anggukan kepala nya saja dia menurut apa yang di katakan oleh Dahlia.

"Randy, kenapa terlihat bahagia?" Tanya Ibunya dengan curiga sekali.

Randy menunjukkan buku komik volume 3 yang limited edition. Lalu melompat gembira. Itu karena buku ini. Rasa gelisah tadi hilang karena komik volume 3 ini. Ibunya hanya diam saja. Sedangkan Clara yang ada di sana ikut senang.

Setiap kali melihat Randy tertawa, itu adalah moment yang langkah sekali.

"Baiklah... Ayo kita makan. Clara. Kamu duduk di sebelah ku yah!" Kata Dahlia dengan senyuman di wajah nya.