Nan mendengar suara dan dia membuka matanya. Dia merasakan udara dingin melalui hidungnya dan cahaya yang begitu terang membutakan pandangannya. Semua tampak begitu jelas dan dia bisa merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Sekali lagi Nan kehilangan kesadarannya.
Detik-detik sebelum dia kehilangan kesadarannya, dia hanya bisa memikirkan Din yang berdarah tepat di depannya. Dia ingin berteriak dan memanggil namanya, tetapi tidak berhasil. Dia bahkan tidak memiliki kekuatan untuk berbicara satu kata pun.
Setelah beberapa jam operasi, Nan akhirnya membuka matanya. Syukurlah, dia sudah bisa merasakan tubuhnya dan dia bisa menggerakkan tangan dan kakinya. Dia ingat Din dan mulai panik karena khawatir. Dia mencoba turun dari tempatnya tetapi dia jatuh dari tempat tidur. Dia menangis minta tolong, bertanya di mana Din berada dan ingin melihat keadaannya langsung.