'Tap....tap...tap.'
Langkah sepatu seorang pria terdengar jelas di koridor sekolah dia menyapa hangat siswa/i yang ada di sekolah yang tampak dengan wajah-wajah tanya.
Guru-guru pun lalu lalang seakan tak peduli dengan pria asing itu, mereka berpikir kalau pria asing itu wali dari salah satu murid di sekolah itu.
Pria itu duduk di bangku samping kanan ruang kelas enam dan depan ruang guru, ada lapangan yang sangat luas di tengahnya.
Lalu dia membuka sebuah bungkusan yang membuat anak-anak itu tertarik datang menghampirinya.
"Om, jualan ya," tanya Sasya seorang murid kelas satu, polos dengan mata berbinar.
Pria itu tersenyum...
"Gak, sayang," jawab pria itu, lembut.
"Lho...kalau gak dijual, lantas untuk apa dong." Rendi siswa kelas tiga yang tampan itu menyelutuk.
Pria tertawa, lalu...
"Permen-permen ini memang gak Om jual, tapi untuk dibagikan secara gratis," ujar pria itu, lagi.
"Benarkah, Om?" Sasya berseru senang karena tergoda dengan permen-permen cantik pria itu.
"Apa enak, Om?" selidik Rendi.
"Dijamin enak, kalian pasti suka deh rasanya," promonya.
Ternyata tidak hanya satu atau dua anak saja yang tertarik, anak-anak yang lain pun tertarik dengan kecantikan permen-permen itu apalagi warna-warnanya yang mencolok.
Jam demi jam pun berganti, seluruh kelas pun mengakhiri jam pelajarannya mereka pulang dengan tertib.
Di tempat berbeda...
"Apa kau sudah berhasil?" tanya seorang misterius dalam percakapannya di android.
Bersambung...