"Kamu tau, kamu adalah wanita pertama,, yang sudah berhasil memporak porandakan hatiku." gumam Hans pada Jeni yang telah tertidur pulas seperti biasanya.
"Aku sudah mengatakan padamu, aku menyukaimu, mengapa kau tidak menoleh ke arahku? dan malah bertambah mesra dengan Alexio, sungguh aku tidak mengerti, cara apa yang tengah kau pakai untuk membuatnya berpihak padamu. Tak pantaskah aku yang hanya sebagai asistrennya ini bersanding dengan wanita sejuta pesona sepertimu?" Racau Hans
"Yah.. siapalah aku ini.." tambahnya semakin mempererat kungkungannya di tubuh Jeni.
Ia kembali menoleh ke wajah Jeni yang tampak tertidur pulas di dadanya.
"Maaf, jika aku lancang," ucap Hans dengan tatapan sendu dan takut, karena ia akan melakukan sesuatu pada tubuh Jeni.
"Tapi aku sangat ingin mencium bibir semerah delima milik mu ini." racaunya sembari menyentuh bibir tipis milik Jeni.