Saat masuk ke dalam ruang tamu, Huo Jingshen memanggil seorang pelayan, "Bawa Nyonya ke atas untuk istirahat."
"Baik Tuan."
Setelah Su Wanwan dan sang pelayan tidak terlihat lagi, Chu Xiuhuang tertawa kecil dan berkata, "Laki-laki setelah menikah menjadi orang yang berbeda, ya."
Huo Jingshen hanya melihat ke arah Chu Xiuhuang dengan sorot mata datar.
Tapi di saat yang sama juga terlihat penuh peringatan.
"Kakak kedua, kakak pertama memangnya jadi berbeda?" Nangong Ci tidak bisa menahan diri untuk menanyakan hal itu karena dia tidak melihat ada yang aneh dari Huo Jingshen.
Di saat yang sama, Lu Chenyu yang tidak memiliki pasangan itu mengangkat alisnya.
Chu Xiuhuang mengangkat gelas anggurnya lalu berkata dengan perlahan, "Kalau kalian sudah berpacaran beberapa kali baru datang lagi ke aku untuk menanyakan tentang hal ini."
Nangong Ci memalingkan pandangannya, "Ini apa hubungannya dengan pacaran?"
"Kalian berdua bahkan tidak pernah berpacaran, itu seperti ibarat kalian ini masih SD tapi ingin membicarakan persoalan milik profesor." Setelah Chu Xiuhuang selesai mengatakan itu dia berkata lagi, "Sedangkan kakak pertama itu kasus spesial, dia bahkan belum masuk TK tapi sudah langsung lulus."
Nangong Ci yang sedang minum anggur merah seketika tersedak mendengar itu dan menyemburkan anggur merah yang ada di dalam mulutnya.
Lu Chenyu kemudian langsung mengangkat ibu jarinya dan mengarahkannya ke arah Huo Jingshen seolah sedang memujinya.
Huo Jingshen memicingkan matanya, "Kalian bertiga sudah tidak punya pekerjaan?"
Huo Jingshen berkata dalam hati, 'Untuk apa mereka masih di sini?'
Chu Xiuhuang mengulurkan kaki panjangnya, dia bersikap santai dan berkata, "Kak, kali ini aku kehilangan puluhan juta yuan karena dirimu. Kalau kamu tidak memberikan penjelasan apapun, aku akan langsung pergi menemui Xiao Yebai."
"Kak, di belakang Xiao Yebai ada keluarga Mo." Nangong Ci seolah sedang mengingatkan.
"Memangnya kenapa kalau ada keluarga Mo?"
Chu Xiuhuang berkata dalam hati, 'Aku Chu Xiuhuang tidak pernah menganggap keluarga Mo, jika tidak maka aku tidak mungkin melakukan investasi ke Gui Di untuk menentang keluarga Mo.'
Huo Jingshen kemudian bangkit berdiri, "Sebelum aku turun, kalian semua sebaiknya sudah pergi dari sini."
**
Di lantai atas, Su Wanwan melihat kamar tidur yang sangat besar dan luas lalu dia bertanya, "Apa tidak ada kamar lain?"
"Nyonya ini adalah kamar tidur utama." Kata pelayan itu dengan wajah terkejut hingga membuatnya berpikir bahwa Su Wanwan sedang ingin tidur terpisah dengan Huo Jingshen.
Su Wanwan tentu saja tahu bahwa itu adalah kamar tidur utama.
Di dalam sana selain warna hitam, putih dan abu-abu tidak ada warna lain, membuat suasana kamar itu menjadi terasa dingin.
Dengan sekali lihat sudah jelas bahwa itu adalah selera laki-laki tua.
Tapi Su Wanwan merasa bahwa kamar ini terlalu besar dan luas, selain itu juga kosong. Dia merasa jika harus tidur di sini maka dia tidak akan merasa nyaman.
"Nyonya, jika ada keperluan lain maka bisa memanggil saya kapan saja. Saya selalu ada di sini setiap hari dari pukul 10 pagi hingga pukul 6 sore. Anda bisa memanggil saya seperti tuan memanggil saya, Bibi Liu."
"Hm, terima kasih Bibi Liu."
Setelah Bibi Liu pergi, hal pertama yang dilakukan Su Wanwan adalah mencari stop kontak dan segera setelahnya, ia menghubungkan charger handphonenya.
Kemudian dia pergi ke kamar mandi dan membuka pintunya.
Su Wanwan berseru dalam hati, 'Wah! Bahkan kamar mandinya juga begitu besar!'
Salah satu bagian dinding dipenuhi dengan kaca, lantainya terbuat dari marmer berwarna hitam putih. Kamar mandi itu dibagi menjadi 4 bagian, wastafel, toilet, shower room dan bathtub yang sangat besar.
Su Wanwan berkata dalam hati, 'Berendam di sini saat malam hari pasti akan sangat nyaman…'
"Sepertinya bathtubnya kurang besar."
Tiba-tiba ada suara yang mengagetkan Su Wanwan dan membuatnya tersadar dari lamunannya.
Su Wanwan berseru dalam hati, 'Astaga, apa dia tidak mengeluarkan suara saat berjalan?'
Su Wanwan berbalik badan kemudian dia melihat Huo Jingshen yang berdiri di belakangnya, jarak mereka sangat dekat, begitu dekat...
Hingga dia dapat merasakan aroma samar tembakau.
Su Wanwan tanpa sadar langsung melangkah mundur, tapi karena dia menggunakan sandal milik Huo Jingshen yang ukurannya terlalu besar, sehingga saat dia melangkah mundur kakinya terlepas dari sandal dan menginjak lantai yang dingin.
Huo Jingshen melihat ke bawah dan dan dia melihat kaki Su Wanwan yang sangat kecil, sangat putih… hingga membuatnya merasa tertarik.
Su Wanwan dengan cepat kembali mengenakan sandalnya, kemudian berusaha mencari topik secara acak untuk mencairkan suasana, "Hm, bukankah kamu harus mengejar penerbanganmu?"
Huo Jingshen hanya menjawab 'Hm'.
"Sekarang sudah akan setengah 5." Su Wanwan mengingatkan Huo Jingshen dengan maksud baik.
"Aku tidak terburu-buru." Setelah mengatakan itu Huo Jingshen melangkah maju.
Su Wanwan tidak bisa menahan diri dan melangkah mundur.
Tapi Huo Jingshen malah melangkah maju lebih dekat lagi.
"Apa yang akan kamu lakukan?" Su Wanwan mengedip-ngedipkan matanya.
Huo Jingshen terus melihat ke arah Su Wanwan, "Hm, aku ingin melakukannya… tapi tidak bisa."
Su Wanwan terlihat kebingungan, 'Hm? Apa dia sedang…'
"Kemari."
Huo Jingshen tidak ingin bicara berbelit-belit sehingga dia langsung mengulurkan satu tangannya dan menggerakkannya untuk menyuruh Su Wanwan mendekat.
"Kamu mau apa sebenarnya?" Su Wanwan melihat mata Huo Jingshen dan dia merasa dirinya seperti kelinci kecil yang masuk sarang serigala, memikirkan hal itu membuatnya merasa tidak tenang.
Su Wanwan berkata dalam hati, 'Aku tahu bahwa jika sudah menikah pasti akan melakukan hal seperti itu, tapi bukankah hari ini dia harus mengejar penerbangan? Jadi dia tidak mungkin memakanku seperti ini, kan?'
"Kemari." Suara Huo Jingshen terdengar semakin tidak sabaran.
"..."
Su Wanwan menggertakkan giginya, 'Lupakan saja, terserah dia mau apa, cepat atau lambat dia juga pasti akan melakukannya kepadaku.'
Su Wanwan mengangkat kakinya untuk melangkah maju tapi saat dia bahkan belum menginjakkan kakinya itu di lantai tiba-tiba saja tangannya sudah ditarik.
"Tutup matamu."
Su Wanwan merasa sedikit kebingungan.
Senyuman indah perlahan terlihat di wajah Huo Jingshen, "Kamu suka membuka matamu?"
Su Wanwan masih tidak bisa memahaminya.