Keadaan pagi ini terlihat cerah, angin berhembus menerbangkan dedaunan kering yang rapuh dari ranting - ranting. Keadaan rumah malam ini lumayan membosankan menurut Queen Aliana, seorang gadis berumur 18 tahun. Gadis itu memiliki kulit putih dan rambut bergelombang kecoklatan yang indah warisan ayahnya yang merupakan seorang berkewarganegaraan Amerika. Matanya yang berwarna coklat terang seakan memikat siapapun yang menatapnya.
Walau merupakan blasteran Indonesia dan Amerika, Queen merupakan anak dari kalangan kelas menengah, keseharian nya sibuk mencari uang dari hasil kerja part time. Karena kecantikan yang ia memiliki menjadikan nya banyak memiliki fans sekaligus Haters di sekolah. Sebagian besar fans dari queen adalah kaum laki - laki.
Dan yang paling utama sebagai ciri khas seorang Queen yaitu "Jomblo" selain jomblo, Queen juga seorang Trouble Maker sekaligus jenius paling berbakat di sekolahnya ARIKSA SCHOOL.
Kesehariannya tak banyak yang istimewa, keluarga mereka menetap di Indonesia dan papanya kini sudah berganti kewarganegaraan menjadi warga negara Indonesia. Walau Amerika termasuk negara yang cukup bebas dalam pergaulan, tapi papanya sangat overprotektif padanya. Ia tak ingin Queen masuk ke dalam pergaulan bebas seperti itu, yah padahal papanya sendiri adalah mantan playboy yang akhirnya tobat karena jatuh cinta kepada Ibunya.
Jam menunjukkan pukul 19:45 pm, suasana di ruangan itu tampak mencekam dan serius. Pasangan paruh baya itu menatap seorang gadis yang merupakan anaknya dengan helaan nafas kecil.
"Queen Aliana" suara tegas sang papa terdengar, Queen menanggapi nya dengan deheman kecil.
"Queen, yang sopan sama orang tua" kini suara ibu nya yang mencoba memberitahu lagi untuk yang ke sekian kalinya. Queen, gadis itu akhirnya mengangkat kepalanya dan menjawab.
"Iya pa? apa lagi kali ini?" Sang papa mengurut batang hidungnya karena merasa frustasi dengan kelakuan sang putri yang semakin hari semakin susah untuk di nasihati.
"Queen, sekarang kamu umur berapa?" Queen menghela nafas, kali ini apa yang papanya akan lakukan? setelah semua hal yang tak masuk akal termasuk jangan berpacaran harus ia turuti, kali ini apa lagi?
"18 tahun, tenang saja pa, aku belum memiliki pacar sama sekali, aku 'JOMBLO' seperti permintaan papa" Ucap queen dengan penekanan pada kata Jomblo, pasalnya ia sedikit kesal. Disaat teman - temannya asik pamer tentang pacar mereka, Queen seorang troublemaker dan primadona di sekolah nya itu harus terdiam karena ia jomblo dan tak ada yang harus ia pamerkan.
"Queen bukan itu maksud papa, dengarkan dulu jangan potong ucapan papa!" Kali ini Baron ikut kesal dengan dirinya. Ayu sang ibu menepuk pelan punggung suaminya agar suaminya itu tenang.
"Queen, papa mendapat banyak laporan tentang kamu. Kamu bolos beberapa kali pelajaran, apa itu benar?" Gadis itu dengan polosnya mengangguk. Memang benar ia membolos kelas beberapa kali dan kebanyakan di jam pelajaran si guru killer.
Alasannya, matematika adalah pelajaran yang ia kurang sukai, walau guru matematika nya terbilang ganteng dan termasuk ke dalam jejeran guru favorit menurut teman - temannya tapi menurutnya tidak sama sekali.
"Queen jawab papa, sayang" Ayu menyadarkan gadis itu dari lamunannya.
"Hahh.. iya pah, aku membolos beberapa kali. Tapi tak masalah kan, lagipula hanya di satu mata pelajaran"
"Coba lihat ini" Baron memperlihatkan layar ponsel nya, disana terdapat percakapan yang membuat Queen menjadi kesal. Guru itu mengadu pada papanya?!
"Dia mengadu?" Ayu menepuk pelan pundak anaknya.
"Dia yang kamu maksud itu guru kamu, yang sopan queen. Sudah, kamu selesaikan dulu masalah itu dengan papa, ibu mau ke dapur." Wanita paruh baya itu berdiri dan beranjak menuju dapur.
"Kamu terus - terusan begini nanti papa sama ibu pergi ke Amerika, mau?" ancam Baron. Queen langsung membelak.
"Enggak mau! kalau papa dan ibu pergi tanpa queen, queen akan mencari pacar lebih dari sepuluh disini tanpa papa tau" Ucapnya. Baron yang mendengarnya langsung menggeleng kecil, benar - benar anaknya ini.
"Kenapa sih pah aku gak boleh punya pacar? papa kan dulu Playboy? kenapa aku gak boleh jadi playgirl?" Pria paruh baya itu langsung menjitak jidat anaknya dengan keras, queen mengusap jidatnya yang berdenyut sakit lalu cemberut.
"Itu dulu, sekarang papa sudah tobat. Ini di Indonesia, bukan Amerika. Tuh kan kamu alihkan pembicaraan lagi, queen!" Queen menyengir memperlihatkan deretan gigi nya yang rapi.
"Guru itu suka ngadu ke papa. Selain itu, dikelas juga aku selalu ditunjuk untuk maju menjawab soal yang diberikannya. Gimana aku gak kesal, pa?" Ucap queen mencoba membela diri. Baron justru memutar matanya terlihat lelah dengan alasan queen, anaknya itu selalu punya banyak alasan untuk membela diri.
"Lalu nilai kamu? bukankah matematika ada dua?" Queen mengangguk, matematika wajib dan matematika minat. Satu saja sudah cukup sulit tapi ini dua matematika, wahh rasanya queen ingin menangis saat mengingatnya.
"Iya pa, keduanya diisi oleh guru yang sama." Jawab queen.
"Baguslah, jadi papa tak akan repot." monolog Baron, ia memiliki alasan untuk tidak membiarkan Queen memiliki pacar untuk saat ini.
"Sudah papa putuskan" Gadis itu langsung terheran - heran, apalagi? Queen terlihat menanti lanjutan dari kalimat papanya.
"Papa akan Carikan guru private untukmu, tak ada penolakan." Gadis itu menganga, apa? guru private?
"Guru private pa? guru private apa?"
"Matematika"
"Hah? matematika?!"
***
Lesu, gabut dan kesal bercampur jadi satu. Papanya selalu begitu, selalu mengambil keputusan tanpa bertanya padanya terlebih dulu. Apa sekarang artinya ia akan mendapat matematika empat kali dalam seminggu? tapi siapa yang akan menjadi guru private nya?
Daripada merasa pusing lebih jauh lagi, queen akhirnya membuka gawainya. Setidaknya dengan bermain ponsel ia akan merasa terhibur sedikit. Belum juga ia membuka aplikasi tiba - tiba pintu terbuka lagi. Queen menoleh dan langsung terkejut.
"Kakak!!" Badan yang tinggi dengan kulit seputih giok, mata coklat terang yang sama seperti miliknya dan juga jakun yang baru tumbuh. Adiknya, Andreas masuk ke dalam kamar dengan mata berkaca - kaca. Dilihat dari penampilannya sepertinya Andre baru bangun tidur. Walaupun andre berumur 13 tahun namun ia lebih tinggi dari Queen yang merupakan kakak.
"Kenapa Andre?" Andre melangkah masuk dan melompat naik ke atas kasur kakaknya yang empuk.
"Gak apa - apa, cuma pengen bersandiwara"
"Aduh.. aduh... ampun.. sakit kak!" Queen mencubit Andre dengan kesal, dirinya dalam mood yang buruk tapi Andre malah memperparah nya lagi. Sekalian saja gadis itu melampiaskan nya kepada Andre.
"Rasakan! bikin kesal saja!" Andre mengaduh sambil mengusap bekas cubitan Queen.
"Galak banget, pasti abis di ceramahin nih wkwk" Queen ancang - ancang mencubit lagi, dengan cepat Andre mengangkat tangannya tanda maaf.
"Diem kamu, sok tahu"
"Coba lihat deh kak, aku iseng nembak cewek lagi, teman sekelas, eh ternyata diterima. Haha.. aku memang tampan"
Rara menggigit bantal dengan kesal, sesuatu yang sangat tak adil! Papa nya bahkan tahu kalau Andre berpacaran tapi sama sekali tak melarang, tapi kalau itu dirinya? dia pasti akan dihukum dengan tak mendapat uang jajan. Tak adil!!
Bersambung.