"Selamat malam sepupu-sepupuku senang rasanya bisa bertemu dengan kalian aku juga berharap kita dapat mengakrabkan diri dengan baik. Segeralah duduk...bukankah kalian lapar dari perjalanan yang panjang, para pelayan sudah menyiapkan makanan-makanan yang akan segera dihidangkan... Paman dan bibi pasti juga sudah lapar". Setelah semuanya duduk para pelayan dengan cepat masuk dan menghidangkan sekaligus makanan-makanan hangat dan mengeluarkan aromanya yang wangi nan gurih.
Aku yang sudah menahan lapar dengan beberapa camilan kue kering langsung saja menyantap beberapa potong daging sapi bakar yang diselimuti dengan saus yang baunya asing namun rasanya sangat familiar di lidah.
"Rowena apakah hari-harimu berjalan dengan lancar selama ini? Bagaimana dengan Ratu Elisa apakah ia berani untuk menyulitkanmu?" Paman yang sedari tadi melirikku memulai pembicaraan di meja makan...
"Semua hal berjalan dengan lancar di istana paman, ada Ana yang membantuku dengan baik walaupun aku membuat beberapa masalah tapi sudah sedikit demi sedikit aku atasi dan perbaiki dan Ratu Elisa tidak ada sesuatu yang berarti yang ia lakukan kepadaku, mungkin hal ini juga karena aku masih belum menjadi masalah baginya tapi tentu saja aku juga harus berhati-hati dalam segala hal bukankah begitu paman...." Aku menjawab pertanyaan paman dengan apa adanya walaupun disini ada saudara-saudara sepupuku dan beberapa pelayan tapi aku pastikan mereka tidak akan berani untuk menjual kata keluar dari meja makan ini dan juga mereka pasti sudah mengetahui bagaimana keluarga Ridric yang menaruh sakit hati kepada keluarga Lebania.
"Hemm benarkah itu ...tapi melihat kamu bisa menyiapkan makan malam yang sempurna seperti ini menandakan kamu sudah belajar banyak dari para guru-gurumu mengenai persiapan dan etika bangsawan... dan juga Rowena sebagai seorang putri kamu harus bisa membangun dan mengambil peranan penting di lingkungan para bangsawan bagaimana pun itu jangan biaran Ratu Elisa mengambil alih seluruhnya sehingga ia mempunyai kekuasaan untuk diberikan kepada Kristina"
"Aku akan mengingat nasehatmu paman..."
"Bukankah pamanmu ini sangat menyeramkan Rowena...bahkan setelah sekian lamanya tidak bisa bertemu denganmu ia hanya mengawatirkan Ratu Elisa akan mengambil alih kekuatan para bangsawan dari tanganmu... bukankah harusnya ia lebih mengawatirkan kesehatan keponakanya ini setelah sekian lama..." bibi yang dari tadi mendengarkan mulai berbicara seperti seorang ibu yang mengawatirkan anaknya yang ditinggalkan sendirian di tengah hutan..
"Bukan seperti itu yang aku maksudkan Andenia...aku juga mengawatirkan Rowena lebih dari apapun karena aku tau tidak ada satupun keluarga Ridric yang dapat menemaninya di sini dan dapat dipercaya untuk mengurus Rowena... karena ayahnya sendiri juga sama seorang pria pendua yang tak setia itu ...sampai saat ini pun aku tidak tau apakah ia menyayangi Rowena atau tidak sejak kepergian Amelia..."
"Jaga perkataanmu, jangan sembarangangan membicarakan yang mulia kaisar .. Rian kita tidak tau jika disini semua pelayan dapat menjaga kesetiaanya kepada Rowena atau tidak" Bibi yang tiba-tiba memotong pembicaraan paman yang menyebut kan ayah langsung melihat ke sekeliling dan kembali melihatku seakan menanyakan apakah tempat ini aman jika kita tidak menjaga apa yang kita bicarakan...
Dengan senyuman tipis aku menjawab dengan santai kepada bibi yang melihatku dengan penuh tanda tanya "Semuanya aman bibi pelayan disini adalah pelayan-pelayan lama ibu yang bertahan di istana Bromelia semenjak kepergian ibu dan tetap bertahan merawat istana Bromelia sehingga sampai saat ini masih dapat ditinggali dengan baik. Jadi aku dapat menjamin tidak akan ada pembicaraan kita yang sampai keluar istana ini"
"Ahhh terimakasi dewa... Rian bahkan setelah sampai di istana kamu masih tidak dapat menjaga perkataanmu itu.... jangan sampai nanti kamu mengeluarkan kata-kata yang tak pantas dan merendahkan kaisar di hadapan kaisar sendiri... kamu bisa saja menerima hukuman karena sebuah penghinaan" dengan wajahnya yang jengkel bibi memberikan ceramah kepada paman yang hanya bisa diam mendengarkan sambil terus menyantap makanan yang ada di hadapannya.
"Ayah memang seperti itu kakak Rowena ia suka membicarakan orang lain dan tidak menyukai orang yang suka melanggar janji dan tata krama seorang bangsawan apalagi jika itu mengenai janji kepada pasangan hidup bahkan ia sampai memberikan hukuman kepada para bangsawan-bangsawan di utara yang sampai berani berselingkuh kepada istrinya" Adelio yang dari tadi mendengarkan dengan diam mulai mengikuti pembicaraan dan memberitahu bagaimana sikap ayahnya itu dalam memimpin di utara...
Makan malam berjalan dengan suasana yang menyenangkan sesekali ada canda tawa yang keluar dan sesekali ada ketegangan yang dirasakan karena topik yang sedikit berat yang ditanyakan oleh paman dan di cairkan oleh bibi yang membicarakan topik-topik yang ringan tentang hobinya yang suka merajut dan bagaimana Adelia dan Adenia yang suka ikut mengacaukan rajutan yang hampir selesai dibuat karena rasa penasaran putri kembarnya itu...
Berbagai makanan manis sebagai makanan penutup menghiasi meja makan dengan tangan terampil koki istana, tidak diragukan lagi mereka memiliki kemampuan yang sudah terasah dengan baik sebagai koki yang mampu melayani seluruh anggota keluarga kerajaan. Beberapa potong kue bahkan berisikan bahan-bahan yang sangat sulit diolah dengan baik sehingga menghasilkan rasa yang diinginkan.
"Kue ini sangat enak ibu... aku menyukainya bisakah aku memakanya lagi nanti?" tanya Adelia dengan gembira ia sangat menyukai kue dengan buah-buahan yang ada di dalamnya wajah kecilnya itu memerah ketika ia menyukai sesuatu dan memintanya, bertingkah seperti layaknya anak kecil yang belum bisa menyembunyikan perasaanya.
"Apa kamu sangat menyukainya Adelia, aku akan meminta koki untuk membuatkanya setiap hari untukmu kamu hanya perlu memintanya ke pelayan untuk membawakan untukmu jika kamu menginginkanya..." aku menawarkan dengan wajah terbaiku mencoba untuk cepat-cepat akrab dengan sepupu jauhku ini.
"Benarkah itu kak Rowena aku akan sangat menyukainya...Terimakasih kakak Rowena, ahhh apakah aku bisa memanggil anda kakak karena aku hanya mempunyai kakak laki-laki tapi aku juga ingin mempunyai kakak perempuan...bisakah kamu menjadi kakak perempuanku yang mulia putri mahkota ...?" Adelia meminta ijin dengan matanya yang berbinar-binar. "Aku juga aku juga, tidak menyenangkan hanya mempunyai kakak laki-laki besar aku ingin mempunyai kakak perempuan yang besar juga" Adenia ikut menimpali dengan semangatnya..
Bahkan saat meminta sesuatu yang sangat sederhana ini mereka terlihat sangat lucu, aku hampir tidak dapat bertahan karena sikap lucu mereka...beginikah seharusnya seorang anak kecil bertingkah. Tetapi aku bukanlah Rowena yang berumur tujuh tahun yang sanggup untuk bertingah lucu seperti mereka walaupun tubuhku memang anak usia tujuh tahun tapi usia rohku tidak mengijinkanya untuk bertingah imut seperti itu...aku harus bekerja keras untuk bisa menyesuaikan dengan usia tubuhku jika tidak ingin dicurigai atau lebih parah dianggap aneh karena perubahan sikapku yang extreme.
" Tentu saja aku sangat menyukai jika kalian memanggilku dengan kakak, aku juga menginginkan seorang adik perempuan yang imut seperti kalian berdua"
"Terimakasih kakak Rowena" Adelia dan Adenia menyaut berbarengan.