Chereads / Struggle Towards Funny / Chapter 2 - Kesedihan Wanita Penjual Nuklir

Chapter 2 - Kesedihan Wanita Penjual Nuklir

By : @ekyMTD

Kehidupanku sangat bahagia, aku punya orang tua yang utuh, aku punya pacar yang pengertian, aku punya teman yang bisa di ajak nongkrong bareng, aku bisa jalan-jalan dan melakukan apapun yang aku mau. Tapi itu dulu sebelum terjadi perang Santet di seluru dunia.

Dampak dari perang tersebut membuat semua yang aku miliki sirna dalam waktu 1 hari. Orang tuaku meninggal karena radiasi dari Santet. Pacarku Smaput karena tiap waktu memuntakan Busi Motor, sementara teman-teman gila karena tidak bisa menerima kenyataan dengan apa yang terjadi.

Demi orang tua, demi pacar, dan demi teman-temanku. Aku memutuskan untuk menghentikan perang Santet apapun dan bagaimanapun caranya.

Aku Agustina Laode. teman-teman memanggilku Tina, pacarku memamnggilku Agus. dan Orang Tuaku memanggilku Ode.

Aku sempat menyelesaikan kuliaku sebelum perang Santet terjadi di seluru dunia. Jurusanku Manajemen Kemiskinan.

Selesai di Wisudah aku sempat menjadi simpanan om-om.

Tidak lama menjadi simpanan om-om aku divonis dokter HIV/AIDS.

Di saat itu aku merasa terpuruk. Aku ingin jujur pada pacarku dengan apa yang aku alami, tapi perang Santet mendahuluiku. Hingga pacarku Mati dia tidak tahu kalau aku menderita penyakit HIV/AIDS.

Waktuku hanya 5 tahun maksimalnya untuk balas dendam. Sebelum aku mati, dendam ini harus terpenuhi.

"Terimakasi…bapak mau bekerja sama denganku" kataku pada pak Lee, yang merupakan C.E.O perusahaan kembang api.

"Oh yes ok…aku juga senang bisa bekerja sama denganmu" katak pak lee padaku kegirangan

Aku mengumpulkan sumber dana, sumber daya, dari semua perusahaan pembuat nuklir. Termasuk perusahaan kembabg api, karena di perusahaan itu bahan utama untuk membuat nuklir bisa di dapatkan.

2 tahun kami merancang Bom Nuklir dari bahan pembuatan kembang api.

Bom Nuklir kamipun cukup besar. Panjangnya 6 km dengan lebar 3 km.

"Ini tombol peledaknya…jika tombol ini ditekan maka Nuklir ini akan terbang menuju target utama dan meledak…tekan tombol ini setelah semuanya sudah siap mengahiri perang Santet ini" kata salah satu Profesor yang merancang Bom Nuklirku.

Karena harus diuji apakah bom nuklir itu berfungsi serta memiliki martabat yang baik aku menekan tombol peledaknya

Bom nuklir itu tidak terbang tapi langsung meledak, dan melulu lantakan tempat kami.

Tidak ada seorangpun yang selamat dari ledakan itu.

Kami semua smaput tanpa sempat balas dendam.

Kehidupanku sia-sia karena HIV/AIDS

Sementara kematianku tidak berguna karena dendam yang tidak terbalaskan.

Aku gagal menjadi manusia, jika terlahir kembali aku lebih baik menjadi daki saja.