"Kamu masih memukulku!" Istri Beny menutupi wajahnya dengan tangannya dan menatap Arman dengan mata lebar, seolah dia tidak percaya bahwa dia akan ditampar untuk kedua kalinya!
Pipi kiri Istri Beny semakin membengkak, membuat seluruh wajahnya terlihat sangat tidak terkoordinasi. Wajah kiri Istri Beny yang tidak dipukuli juga mulai memerah, bukan hanya karena luka di wajahnya, tapi juga karena rasa malunya ditampar di depan umum.
"Ini taman kanak-kanak, tempat yang bersih, bukan rumahmu, apakah kamu makan terlalu banyak sebelum datang ke sini, mulutmu terlalu bau!"
Setelah Arman menampar istri Beny, dia menggerakkan pergelangan tangannya dengan acuh tak acuh, dengan senyum dingin di bibirnya.
Arman kemudian berjalan ke sisi Kirana dalam dua langkah, berjongkok dan mengulurkan tangannya untuk memegang Kirana. Memeluk kepala kecil Kirana dengan lembut.