Entah kenapa saat bertatapan muka dengan Rivan, Melora langsung mengenali cowok bertubuh jangkung itu. Tapi, apa saja yang mereka lakukan dimasa lalu tidak diketahuinya hanya samar-samar saja. Masih abu-abu!
Usai mengucapkan salam, mereka bubar untuk mengikuti kelas masing-masing dan berjanji untuk bertemu di kantin saat kelas telah berakhir. Melora dengan Alvaro berjalan
beriringan menuju kelas yang sama karena kebetulan Alvaro mengambil jurusan yang sama.
Dari kejauhan tampak gerombolan mahasiswa yang memadati jalan dengan tatapan tertuju pada Melora seakan menunggu kedatangan nya, ia pun menjadi bingung. Siapa mereka?
Mencoba untuk mengabaikannya, Melora bersiap melewati tiga mahasiswa itu yang segera menghadangnya dengan cepatnya. Alvaro yang melihat itu pun perlahan memindahkan tubuh Melora di belakangnya.
"Siapa kalian?" pertanyaan yang ingin Melora lontarkan itu ditanyakan Alvaro.
Salah satu dari mereka bertiga maju selangkah. "Seharusnya saya yang bertanya seperti itu. Dan ya Kami sahabatnya Atlas dan Melora," ucapnya sedikit ngegas.
"Yaelah nih anak malah ngegas, ntar dia ngajak baku hantam langsung nyerah Lo, Ganaka," cibir cowok yang bername tag, Garrey.
"Gerrell bilang jangan berantem di depan banyak orang," sahut cowok berpenampilan rapi dan terlihat sangat err... Imut.
Cowok yang bernama Garvyn berdehem untuk kembali kepada topik tadi. "Ehem. Sekali lagi gue tanya, ada hubungan apa Lo sama Melora?" tanyanya, lagi.
"Gak ada hubungan antara aku dengannya. Alvaro hanya dekat dengan ibuku." jawab Melora sembari mengamati ketiga manusia itu. Rasanya seperti familiar dengan mereka?
Ada sedikit rasa tidak suka saat Melora berbicara begitu. Tapi, kenapa harus tidak suka? Toh bodoh amat dengan gadis itu, lagian tugasnya hanya menjaga Melora hingga aman dari orang-orang yang mengincar sesuatu darinya.
"Oy, Trio Idiot!" seru seorang gadis berpenampilan, tomboi. Cowok dengan nama awalan berhuruf G itu menoleh ke asal suara tersebut. Seketika terdengar helaan napas kasar dari mereka.
"Bisa kau berhenti memanggil kami dengan sebutan itu?!" balas Garrey berusaha melembutkan nada suaranya yang terdengar mengerikan di kuping kedua temannya.
Setelah sampai, gadis itu sempat melirik Melora dan Alvaro yang diam seribu bahasa sembari menatap mereka secara bergantian. "Melora?!" pekiknya lalu segera memeluk erat tubuh Melora yang terhenyak.
"Nah kan tadi kita juga lupa berpelukan ala teletabis. Berpelukan!" ujar Ganaka, kemudian langsung memeluk Melora diikuti dua temannya.
"Dasar curang, Sherren!"
Lagi, Melora terlonjak kaget ketika tubuhnya ditubruk tiga cowok itu. Sementara Alvaro telah terhempas jauh akibat dorongan dari mereka yang sangat kuat. Hampir saja cowok itu terbentur tembok karena ulah mereka.l
"Hah." Alvaro berusaha acuh dengan lirikan orang yang berlalu-lalang di koridor kampus. Setelah mengamati lima manusia berbeda gender, iapun mendapatkan sesuatu yang menarik dari sana.
Tatapan Ganaka, Garrey dan Gerrell kepada Melora terlihat seperti memendam sesuatu. Tatapan yang penuh rindu dan... Teduh?!
_____________
"Hati-hati." ujar Melora datar sembari menyenggol lengan gadis yang barusan menabraknya dengan menumpahkan air yang panas di pakaiannya.
"Aw!" adunya merasa sedikit nyeri pada lengannya.
"Hei, jangan kasar diakan ga sengaja!" saut Olena sedikit keras karena tidak terima temannya dibegitukan sementara temannya itu telah meminta maaf.
Letha yang merasa sahabatnya itu mulai emosi segera ingin menyeretnya menjauh agar suasana tidak semakin runyam. Melora hanya menatapnya datar, lagi.
Sementara yang lain diam menatap wajah datar Melora. Tidak biasanya gadis itu memasang mimik seperti itu. Kalaupun ada kejadian seperti itu Melora di masa lalu akan tersenyum ramah dan mengatakan 'aku baik-baik saja', tapi ini... Melora terlihat berbeda.
"Lora, aku antar ke toilet ya!"
Setelah Ametta menggiring Melora menuju toilet kampus, situasi disana menjadi canggung sekejap. Alvaro berjalan meninggalkan Trio Idiot dengan Sherren karena masih menganggap mereka orang asing baginya.
Jangan kalian pikir bahwa dirinya tidak mempunyai teman, karena Alvaro mempunyai sebuah geng. Bukan geng motor seperti kebanyakan melainkan geng rahasia.
Didalamnya terdapat tujuh cowok. Anggotanya hanya sedikit. Sengaja. Karena mereka tidak suka keramaian. Sudah kuliah tapi masih main geng-geng begitu? Kalau kata Reyn si ketua geng, 'Tidak usah ikut campur urusan orang lain. Kan suka-suka kami mau gimana.' dan masih banyak lagi katanya.
"Hei!" sapa nya kepada enam cowok yang tengah mencicipi makanan yang dipesannya itu. Lantas mereka menoleh dan terkejut melihat wajah Alvaro.
"Alvaro? Kapan lu pindah lagi?" tanya Reyn.
"Minggu lalu." jawab Alvaro seadanya.
"Gak balik lagi kan ke Amerika?" kini Arva yang bertanya. Cowok yang bersurai cokelat itu.
Menoleh sekilas. "Mungkin," Alvaro hanya mengedikkan bahu tanda tidak tau. Kan dia tidak tau kedepannya seperti apa. Dia bukan peramal.
Sekedar informasi bahwa Alvaro semester satu sempat berkuliah di Indonesia tapi semester berikutnya ia memutuskan pindah ke Amerika karena paksaan dari orangtuanya. Itu ringkasan nya.
"Owh iya, turut berdukacita ya. Kami sudah tau kakakmu itu meninggal karena---" ucapan Edsel terpotong karena Nico menyela pembicaraan nya. Untung saja ia tidak memegang batu kalau tidak susah dapat dipastikan benda itu akan menghantam tubuh teman laknatnya itu!
"Gue denger Melora lupa ingatan, apa segitu parahnya ya?" tanya Nico yang hanya diacuhkan oleh Alvaro. Sabar.
"Gue lagi malas bahas tentang itu. Bisa ganti topiknya gak?" balas Alvaro heran. Bukan kah mereka harus saling melepas rindu persis seperti yang dilakukan Melora dan teman-temannya? Tapi kenapa temannya itu malah beraksi tidak seperti ekspektasi nya. Hm.
__________________________
"Lora ih. Makan nya pelan-pelan dong, tuh kan belepotan kayak anak kecil deh!" Ametta melap sisa makanan yang berada diujung bibir Melora menggunakan tisu bersih. Tak habis pikir dengan sifat Melora yang terlihat beda seperti semula.
Garrey yang berniat ingin melakukan hal tersebut malah mengantungkan tangannya di udara. Kalah cepat, bro!
"Kamu terlihat beda hari ini, Melora." ucap Ganaka kemudian.
Hal itu sontak membuat Garrey bergidik mendengar suara Ganaka yang alay. "Najis, pake aku-kamu segala." Garrey menyentil dahi itu.
"Yaelah, suka-suka gue lah, bege!"
"Heh, Gerrell udah bilang ya jangan ngomong kasar begitu pada sesama jenis!"
"Sesama Teman!" koreksi Garrey dan Ganaka kompak.
Usai menghabiskan makanannya dengan cepat, Melora kembali menatap satu persatu orang yang dihadapannya. Namun sebelum itu ia meneguk habis dulu jus alpukat yang dipesannya tadi lalu menaruhnya dengan kasar diatas meja.
"Maksudnya terlihat beda, apa?"
"Ya ampun Lora, jangan-jangan sifatnya Sherren tertular ke kamu?" semprot Ametta heran tapi langsung dihadiahi dengan jitakan maut milik Sherren. "Enak aja Lo kalau ngomong!"
Sorot mata Melora kembali menatap tiga cowok didepannya meminta penjelasan. Mereka pun saling senggol-menyenggol satu sama yang lain. "Lo aja,"
"Gamau Lo aja deh, kan Lo yang ngomong begitu tadi!"
Apa hanya Gerrell yang normal diantara teman-temannya itu? Berdehem sejenak, manik mata itu pun membalas tatapan sang lawan bicara.
"Iya beda. Bukan hanya amnesia tapi sifat kamu juga berubah drastis, yang awalnya kalem kini berubah jadi bar-bar gitu." jelasnya kemudian.