Chereads / Proses Delete / Chapter 25 - Menanti Jawaban

Chapter 25 - Menanti Jawaban

Pangeran Bara yang sedari tadi mencemaskan Neira menunggu di depan pintu kamarnya. Dia sudah menemui Ibunya untuk mendengarkan apa yang tengah terjadi terhadapt Neira tadi, namun dia tetap ingin tahu dari Neira sendiri. Tak lama keluarlah Naya dari dalam kamar, padahal dirinya mengharapkan Neira yang keluar, bukanlah Naya.

"Apa yang terjadi dengannya?" tanya Pangeran Bara.

"Dia hanya butuh waktu dan beristirahat sejenak Yang Mulia," balas Naya kepada Bara.

"Apa dia menangis?," lanjutnya dalam kekhawatiran.

"Jangan khawatir Pangeran, dia sudah membaik," jawab Naya dengan tersenyum.

"Apa dia akan meninggalkan aku?" tanyanya masih dalam kekalutan.

"Yang Mulia tenang saja, serahkan semua padaku." Sahabat Neira berusaha menenangkan Pangeran Bara.

"Apa yang akan kamu lakukan?," ucap Bara dalam tanda tanya.

"Apa aku pernah mengecewakanmu Yang Mulia? Semua akan baik-baik saja Pangeran." Akhirnya Pangeran akan menunggu kabar selanjutnya dari Naya, mungkin memang benar Neira membutuhkan waktu. Ia akan tanya nanti atau besok kepada Naya lagi.

Naya pergi meninggalkan kamar Neira. Dia merasa perlu berjalan-jalan sejenak untuk mengenal ruang-ruang di istana. Karena dia memang sebagai orang asing yang datang ke kerajaan ini secara instan.

Sementara itu Neira sendirian di kamarnya, dia sangat bersedih hati dan bingung dengan pilihannya. Di satu sisi dia sangat mencintai Pangeran Bara, juga mencintai Negaranya yang memang benar kata Naya, Negaranya akan selalu butuh pangeran Bara. Apalagi dia sudah menjadi sebatang kara. Tak tahu dia akan hidup untuk siapa jika harus kembali ke dimensinya itu. Di sisi lain dia harus mengorbankan perasaannya dan dirinya untuk rela berbagi Pangeran dengan perempuan lain. Apa dirinya akan mampu menjalani kehidupan yang seperti itu selamanya?.

Satu jam berlalu Naya telah kembali ke kamar Neira. Dia menyapa sahabatnya itu terlebih dahulu.

"Bagaimana keadaanmu Nei? Apa sudah lebih baik?" sapa Naya memulai pembicaraan.

"Aku sudah lebih baik Naya, tapi aku masih bingung," jawab Neira pasrah.

"Kita harus ambil keputusan dengan cepat, besok adalah Raja dan keluarga Putri calon istri Pangeran akan datang, kita tak akan bisa berbuat apa-apa kalau sampai Raja tidak suka dengan kita, kita akan diusirnya. Maka kita akan terlambat untuk ambil keputusan, tapi jika kita ambil keputusan sekarang Nei, Pangeran dan Ratu bisa melakukan sebuah rencana untuk menerimamu dan membujuk Raja menerimamu juga aku,"

"Rencana apa Nay?," tanya Neira penuh harap.

"Aku akan panggil Pangeran Bara, dia yang akan menyampaikan semuanya. Dari tadi dia mencemaskanmu. Sungguh dia tulus kepadamu. Dia sama sekali tak mencemaskan Putri calon istrinya itu. Di hatinya ada kamu." Naya menekankan nasehat untuk Neira dan ia berlari keluar kamar untuk memanggil pangeran Bara.

Naya kembali masuk ruangan dengan membawa Pangeran Bara, Bara menatap penuh arti kepada Neira karena Neira yang masih nampak sangat berduka itu.

"Apa jawabanmu untukku Nei?" cerca sang Pangeran.

"Aku sangat takut jika harus menikah denganmu. Apakah keluargamu menerimaku? lalu permaisurimu itu juga bagaimana perlakuannya kelak terhadapku?" akunya dalam kecemasan.

"Apa kau tak melihat Ibuku? seperti itulah seharusnya Ratu bersikap kepada istri Raja yang lainnya. Tujuh selir itu mereka semua baik-baik saja dan hubungan kami juga sangat baik di mata keluarga."

"Katakan aku harus bagaimana?"

"Menikahlah denganku, aku sangat mencintai dirimu." Bara segera berlutut di hadapan Neira yang tengah duduk di ranjang kerajaan itu.

Bara meraih kedua tangan lentik Neira, dia mencium tangan itu keduanya.

"Aku akan menjadikanmu istri pertamaku. Ini sebagai bukti bahwa kamu istimewa diantara siapapu. Aku akan menikahimu pertama kali sebelum siapapun juga. Aku tak peduli walau harus melanggar aturan kerajaan."

"Bagaimana bisa selir kau nikahi terlebih dahulu daripada calon Ratumu itu? Bagaimana kata Raja dan semua rakyatmu dengan keanehan ini?"

"Aku akan menikah denganmu malam ini, sebelum Ayah dan rombongan datang besok,"

Neira semakin kaget mendengarkan ide aneh itu. Bagaimana bisa terjadi? Cara apa yang akan ditempuh?.

"Ratu, keluarga kerajaan yang ada dan Paman sekeluarga bisa atur pernikahan kita malam ini. Akan kita undang pemuka yang kami tuakan untuk menikahkan kita,"

"APA?! Malam ini? Kau akan menikahiku?" tanyanya berekspresi kaget.

"Ya, sebagai bukti bahwa hanya kau yang aku cintai dan kau yang tertinggi nilainya di hatiku. karena itu aku mengistimewakan dirimu untuk menjadi yang pertama. Apa kau tak suka jika aku segera menjadi suamimu?" jelas Bara meyakinkan Neira.

Neira tampak menatap mata Naya seakan megharap bantuan jawaban darinya. Naya dengan yakin mengangguk diiringi senyuman.

Neira dengan hati yang masih penuh kekalutan dan kebingungan akhirnya mengiyakan juga. Dia sangat mempercayai bantuan jawaban dari sahabatnya itu.

Neira mengangguk pelan sebagai tanda ia setuju dan mau menikah dengan Pangeran Bara malam ini. Pangeran menyiratkan tatapan yang penuh dengan kebahagiaan. Dia segera berlari dan menyampaikan berita bahagia ini kepada siapapun yang ia temui.

Pangeran segera memanggil Ibunya, Sang Ratu, ia juga memanggil Paman dan keluarganya. Semua keluarga yang ada di istana telah ia beri tahu bahwa dirinya ingin menikahi Neira malam ini. Semua anggota kerajaan mulai dari pelayan, dayang-dayang, beberapa pengawal dan pesuruh kerajaan berbondong-bondong menyiapkan segala keperluan yang ada. Paman Bara segera mendatangi para Tetuah Penganut kepercayaan. Karena Bara dan semua penduduk Negeri memiliki paham Politeisme karena Pada masa itu adalah masih menganut kepercayaan terhadap Dewa-Dewa.

Para dayang dan perias kerajaan mempercantik Neira agar secantik dan seanggun mungkin bila berhadapan dengan Pangeran Bara.

Dirinya masih didampingi Naya desebelahnya. Neira duduk dihadapan cermin besar yang berukiran yang sangat indah. Dia menatap dirinya didandani dan di pakaikan pakaian pengantin yang sangat Indah, harusnya Ratu menyiapkan semua perlengkapan untuk pernikaha Pangeran Bara bersama Putri Metania, tapi Pangeran Bara sudah menggebu-gebu meminta untuk menikahi Neira terlebih dahulu. Sang Ratu pun mengiyakannya. Ratu dan anggota kerajaan tahu bahwa ini adalan sebuah pelanggaran, tapi ini semua akan dijalankan serapi mungkin sehingga jangan sampai ada yang tahu hal ini kecuali keluarga yang sekarang berada di istana saja. Mereka akan membuat sebuah rencana dan merahasiakan sebagiannya kepada yang lain.

Neira sangat berbinar-binar tak percaya akan secepat ini dirinya menikah dengan Bara, lelaki yang dicintainya. Dia menatap dirinya seakan tak percaya. Pantulan cermin yang tampak oleh matanya terlihat gadis yang sangat cantik. Ia sampai tak percaya bahwa gadis yang ia lihat di cermin itu adalah dirinya. Dia sangat cantik dan anggun sebagai seorang pengantin kerajaan. Dia tersenyum sendiri berbunga-bunga menatap tak mau berpaling dari cermin itu.

"Pernikahan kita hanya akan dihadiri oleh keluarga kita saja Neira, dengan di saksikan oleh Ratu dan Pangeran August-18, pamanku, sebagai perwakilan keluarga inti Kerajaan, kau tidak keberatan kan? Aku belum bisa mempublikasikanmu kepada rakyatku dulu. Aku harus menunggu waktu. Maafkan aku"

"Apapun aturan yang berlaku disini akan aku patuhi Hero, kau tak perlu meminta maaf," balas Neira.

"Hero, terima kasih ya?" Dia sambil tersenyum manis atas semua kebahagiaan yang dihadiahkan untuknya sejak pertama bertemu dirinya.

"Untuk apa?" tanya Bara.

"Untuk semuanya, untuk kau percayakan hatimu kepadaku, hingga kau harus melanggar aturan Kerajaan karena aku,"

"Aku melakukan semuanya hanya untuk diriku sendiri, tidak perlu berterima kasih. Aku sungguh bahagia kau mau menerimaku," pungkasnya membalas senyuman calon istrinya ini.